Di ruang tunggu rumah sakit, Nadia duduk di kursi roda, ditemani oleh perawat pribadinya sekaligus perawat yang juga bertugas di rumah sakit ini, Mbak Rina. Wajah Nadia pucat, meskipun senyum tipis terukir di bibirnya. Ia menatap ke luar jendela, mengamati langit yang mendung. "Ibu, dokternya sudah selesai," ujar Mbak Rina, lembut. "Ibu sudah boleh masuk." Nadia mengangguk pelan, matanya masih tertuju pada langit. "Baiklah, Mbak." Mereka berdua memasuki ruangan pemeriksaan. Dokter tersenyum ramah, menyapa Nadia. "Bu Nadia, bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya dokter, sambil memeriksa hasil rontgen. "Syukurlah, Dokter, saya merasa lebih baik," jawab Nadia, suaranya sedikit gemetar. "Bagus, Bu Nadia. Tulang paha Anda sudah mulai menyatu dengan baik. Operasi pelepasan pen bisa segera kita jadwalkan," ujar dokter, sambil menunjuk hasil rontgen yang diambil beberapa saat lalu. Nadia terdiam, matanya berkaca-kaca. Ia merasa lega mendengar kabar baik itu, tetapi juga dihantui rasa khaw
Baca selengkapnya