Beranda / Romansa / Kakak Ipar Rasa Pacar / Bab 131 - Bab 140

Semua Bab Kakak Ipar Rasa Pacar : Bab 131 - Bab 140

167 Bab

Chapter 131. Masalah di Butik

Kediaman Rudi.Alana baru saja pulang ke rumah setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, dia langsung diantarkan naik ke kamar oleh mamanya, diminta untuk beristirahat sejenak sambil menunggu makan siang. "Tapi aku nggak bisa tidur, Ma," keluh Alana."Buat merem aja, Nak. Sebentar lagi makan siang, nanti kamu minum obat setelahnya. Mungkin setelah itu baru terasa ngantuk," sahut Rahayu, kini mendudukkan dirinya di samping Alana sambil mengelus lembut rambut putrinya. "Mama minta tolong untuk saat ini jangan dekati Darren lagi, kita beri mereka waktu. Takutnya kalau kita terlalu kentara gencar mencari masalah, Darren semakin kesal dan terus-menerus menyerang kamu. Ini mumpung videonya belum tersebar lagi, sambil nunggu Mama dapat ide buat dapetin kameranya."Alana mengurutkan kening mendengar penjelasan panjang mamanya. "Kita nggak jadi masuk ke rumahnya Darren?""Nggak!" Rahayu langsung menggeleng. "Rencana itu sangat beresiko, Nak. Di sana tersebar CCTV, kamu ingat s
Baca selengkapnya

Chapter 132. Keberhasilan Wilda

Darren baru saja selesai menjalankan meeting, pria itu menemui Jacob di ruangannya yang masih mengecek beberapa dokumen."Bagaimana menurutmu? Apa aku bongkar saja? Alana sudah sangat keterlaluan, dia bahkan membuat Nadia masuk rumah sakit. Kalau dibiarkan terus, bisa-bisa dia semakin nekat nanti," kata Darren, mencoba meminta saran kepada asisten pribadinya. "Bagaimana dengan video itu, Pak? Kenapa Anda tidak menyebarkannya lagi?" Darren menggeleng. "Tidak. Aku berencana akan menunjukkan videonya kepada Kakek, lagian sebentar lagi akan ada pertemuan besar di keluarga Kakek. Nanti juga akan hadir keluar dari Alana, aku akan membongkar semuanya di sana. Jadi, semua orang akan langsung tahu dan Kakek sendiri yang akan memutuskan hukuman untuk keluarga Om Rudi."Dia sebenarnya lelah sekali dan ingin segera mengakhiri semuanya, tetapi dia tahu semuanya tidak bisa berjalan instan. Ada banyak jalan yang harus ditempuh."Kapan acaranya, Pak?" tanya Jacob, penasaran."Dua minggu lagi. Kamu
Baca selengkapnya

Chapter 133. Gundah

Mentari sore mulai meredup, menorehkan warna jingga keemasan di langit Jakarta. Cahaya redup itu menerobos jendela kaca kantor Darren, menerangi meja kerja Jacob yang masih sibuk dengan tumpukan dokumen. Keringat tipis menetes di pelipisnya, seiring dengan detak jantungnya yang berdebar kencang."Selesai, Pak," ucap Jacob, meletakkan berkas tebal di atas meja Darren. "Surat untuk membeli saham di perusahaan Pak Rudi sudah siap."Darren mengangkat wajahnya, matanya tajam dan penuh tekad. Ia meraih berkas itu, menelusuri setiap halaman dengan seksama. Senyum tipis mengembang di bibirnya, menampakkan deretan gigi putih yang sedikit menonjol."Bagus, Jacob. Kamu memang asisten terbaik yang pernah kumiliki," puji Darren, suaranya terdengar dingin namun penuh makna. "Sekarang, kita tinggal menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan serangan."Jacob mengangguk, mencoba menyembunyikan kekhawatiran yang mulai merayap di hatinya. Ia tahu, perjuangan ini tidak akan mudah. Sunggu
Baca selengkapnya

Chapter 134. Ingin Liburan

Cahaya temaram lampu meja makan menerangi wajah Alana yang kini sudah terlihat lebih segar. Warna merah muda kembali merona di pipinya, menandakan bahwa kesehatannya sudah mulai pulih. Ia menikmati sepiring nasi goreng yang disiapkan oleh maid."Nak, makanlah yang banyak. Kamu harus cepat sehat," kata Rahayu, suaranya terdengar lembut, tetapi penuh dengan kepuasan.Alana mengangguk, menelan sesuap nasi goreng dengan lahap. Ia tersenyum sinis, membayangkan Nadia yang sedang berjuang untuk menyelamatkan butiknya."Ma, aku senang sekali. Wilda sudah menjalankan tugas pertamanya dengan sangat baik," ucap Alana, suaranya berbisik penuh kemenangan.Rahayu terbahak-bahak, menatap Alana dengan penuh kekaguman. "Bagus sekali, Nak. Wilda memang anak yang pintar dan pekerja keras. Dia tidak akan mengecewakan kita.""Ma, aku yakin butik Nadia akan segera bangkrut. Dia pasti akan kehilangan semua pelanggannya," kata Alana, suaranya penuh kepuasan.Rahayu tertawa sinis, "Ten
Baca selengkapnya

Chapter 135. Mengaku

Mentari pagi menyinari butik dengan hangat. Darren duduk di sofa empuk di sudut ruang manager, menunggu Nadia yang sedang melayani tamu pertama yang membawa rejeki ke butik ini. Ia mengamati Nadia dari layar laptop, di sana terputar rekaman CCTV. Netranya menatap dengan penuh kekaguman, menikmati kecantikan dan kelembutan istrinya dalam menjamu tamu."Istriku memang bisa diandalkan," gumamnya.Tidak lama kemudian, Nadia sudah masuk ke ruangan manager. Mendudukkan diri di sofa panjang nan empuk, sebelah suaminya."Syukurlah, Kak. Aku sebenernya takut kalau tamu kemarin kasih rating buruk dan mempengaruhi butik kita, tapi sepertinya itu hanya kekhawatiranku saja. Aku sangat senang ada tamu yang langsung datang saat kita baru buka butik, Kak," kata Nadia, sambil menyandarkan kruknya pada meja.Darren mengulas senyum. "Sudah aku bilang, Nad. Saat ada aku, jangan khawatirkan apa pun."Nadia terkekeh, sudah sedikit bisa melupakan kegundahannya kemarin."Kita cek bareng aja, ya, CCTV-ny
Baca selengkapnya

Chapter 136. Hukuman

Wilda melangkah keluar dari ruang manager, kakinya terasa lemas. Tatapan Darren yang tajam masih terbayang di benaknya, menyeramkan. Ia merasa terjebak dalam permainan yang berbahaya, dan takut akan konsekuensinya.Sesaat kemudian, ponselnya bergetar. Pesan teks dari Alana muncul di layar.[Wilda, kamu harus menjebak Nadia. Rekam dia saat dia sedang melakukan kesalahan. Aku akan memberikanmu uang tambahan jika kamu berhasil. Ingat, kamu harus melakukan ini.]Jari-jari Wilda gemetar, membaca pesan itu. Ia merasa tertekan, diperangkap dalam situasi yang sulit. Ia tidak ingin terlibat lebih jauh, tapi takut akan konsekuensi jika menolak."Apa yang harus kulakukan?" gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar.Ia melihat ke arah ruangan manager, di mana Darren dan Nadia masih berada. Ia tahu, Darren tidak akan segan-segan untuk melaporkan dirinya ke polisi jika mengetahui kebenarannya."Aku tidak bisa melakukan ini," batinnya, merasa tertekan. "Aku tidak ingin masuk pe
Baca selengkapnya

Chapter 137. Penyesalan

Darren melangkah tegap memasuki kantor polisi, rahangnya mengeras menahan amarah. Ia membawa sebuah flash drive berisi bukti kejahatan Alana. Setelah mengatakan tujuannya datang ke sini kepada petugas, ia diantar ke ruang interogasi. Di sana Alana didudukkan paksa di kursi tunggu yang ada di pojok rungan, sementara Darren menghadap petugas yang tampak garang dalam setelan baju dinasnya."Saya ingin melaporkan kejahatan berlapis yang dilakukan wanita itu, Pak!" katanya sambil menunjuk Alana yang duduk di pojok ruangan.Tanpa berlama-lama, Darren langsung menyerahkan benda yang ia bawa dari butik tadi. Petugas segera memutarnya di komputer.Video penjebakan di hotel terputar. Di sana, Alana terlihat masuk bersama Rahayu dan seorang pria yang sepertinya Darren kenal."Aku seperti pernah melihatnya," batinnya, mengingat-ingat sosok Sean yang berjalan di belakang Alana dan Rahayu.Sesampainya di kamar dan tubuhnya dibaringkan oleh petugas hotel, Alana langsung naik ke ranjang lalu mencium
Baca selengkapnya

138. Aku Takut ....

Alana terduduk di kursi interogasi, tubuhnya lemas, matanya berkaca-kaca. Ia merasakan keputusasaan mencengkeram hatinya. "Aku di penjara ...," gumamnya, suara lirihnya hanya terdengar oleh dirinya sendiri.Tiba-tiba, sebuah ide licik muncul di benaknya. Ia ingat, di kantor polisi ini pasti ada telepon. Ia harus menghubungi Papa dan Mamanya.Dengan tangan gemetar, ia meraih telepon di meja interogasi setelah meminta izin dan diizinkan oleh petugas. "Halo, Papa? Ini aku, A-Alana," suaranya bergetar, menahan tangis."Alana? Ada apa, Sayang? Ada apa ..?! Kok pakai nomor telepon kantor polisi, kamu baik-baik saja 'kan?!" Rudi, terdengar panik di seberang telepon."Pa ... Papa, aku di kantor polisi. Aku ditangkap karena dituduh melakukan kejahatan." Alana terisak, suaranya teredam oleh isakannya."Hah? Apa? Kenapa kamu ditangkap? Ceritakan semuanya!" Rudi terdengar semakin panik."Aku ... aku tidak sengaja melakukan itu, Pa. Darren menuduhku menjebaknya dan menyuruh Wilda untuk mer
Baca selengkapnya

Chapter 139. Hasil Sidang

Dua minggu berlalu dengan cepat. Pagi ini, Darren bersiap-siap untuk menghadiri sidang kasus Alana. Ia mengenakan setelan jas rapi, wajahnya tampak tegang, tetapi matanya memancarkan tekad yang kuat. Ia bertekad untuk menuntut Alana atas semua perbuatannya.Sementara Wilda, karyawan yang disuruh Alana untuk merusak gaun rancangan Nadia, sudah dipecat. Meskipun Wilda memohon dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, Darren tetap bersikeras untuk memecatnya. Ia tidak mau mengambil risiko. Ia tidak ingin ada lagi orang yang mencoba untuk menghancurkan bisnisnya dan keluarganya.Darren berharap sidang hari ini akan menjadi titik akhir dari semua drama yang telah terjadi. Ia ingin Alana mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Mobil mewah Darren berhenti tepat di depan gedung pengadilan yang megah. Darren keluar dari mobil, wajahnya tetap tegang, tetapi matanya memancarkan tekad yang kuat. Ia langsung masuk ke gedung pengadilan, diikut
Baca selengkapnya

Chapter 140. Rencana Penghancuran

Mobil mewah Darren berhenti di depan rumah Jacob, asisten pribadinya. Darren keluar dari mobil, wajahnya tampak lelah, tetapi matanya memancarkan senyum puas. Ia langsung masuk ke rumah Jacob tanpa menunggu sambutan."Jacob, aku butuh minuman," ujar Darren.Jacob yang sedang menonton televisi di ruang tamu langsung berdiri dan menuju dapur. Ia mengambil sebotol wiski favorit atasannya itu dan dua buah gelas."Pak, ada apa sampai siang panas-panas begini datang ke sini?" tanya Jacob sambil menuangkan wiski ke dalam gelas."Aku ingin bercerita tentang Alana," jawab Darren sambil menerima gelas wiski dari Jacob.Darren menceritakan semuanya kepada Jacob, mulai dari proses persidangan hingga putusan hakim yang menjatuhkan hukuman penjara selama lima tahun untuk Alana. Ia juga menjelaskan alasannya tidak memenjarakan Rudi dan Rahayu."Aku sengaja tidak memenjarakan Om Rudi dan Tante Rahayu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status