Home / Romansa / Kakak Ipar Rasa Pacar / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Kakak Ipar Rasa Pacar : Chapter 121 - Chapter 130

167 Chapters

Chapter 121. Menemukan Bukti

Darren terus duduk di samping ranjang Nadia, menunggu dengan perasaan cemas. Tiba-tiba, Nadia menggerakkan kelopak matanya. "Kak ...?" gumamnya, suaranya lemah.Darren langsung bangkit dari duduknya, matanya berkaca-kaca. "Nadia, kamu sudah sadar?" tanyanya, suaranya bergetar.Nadia mengangguk lemah, "Aku haus," gumamnya.Darren langsung mengambil segelas air yang ada di meja samping ranjang, lalu membantu Nadia untuk minum."Bagaimana keadaanmu, Nad?" tanya Darren, dengan penuh perhatian."Aku masih sangat lemas dan pusing berkunang-kunang," jawab Nadia."Tenang, Nad. Kamu sudah di rumah sakit. Dokter juga sudah memeriksa kamu," kata Darren, sambil mengelus rambut Nadia dengan lembut.Nadia mengangguk lemah, "Terima kasih, Kak," gumamnya.Darren terus duduk di samping ranjang Nadia, menunggu kembali dokter datang untuk memeriksa Nadia. Dia berharap, semoga saja, istrinya segera pulih dan kembali sehat seperti sedia kala.Darren sengaja tidak memencet to
Read more

Chapter 122. Mengetahui Pelaku

Keesokan harinya, dokter datang untuk menemui Darren dan Nadia."Hasil cek darah dan cek laboratorium tentang kandungan kue sudah keluar," kata dokter."Bagaimana hasilnya, Dokter?" tanya Darren, dengan rasa penasaran."Terdapat obat pencahar di kue tersebut," jawab dokter. "Dan kandungan obatnya sudah menyebar ke seluruh darah pasien. Tapi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena kami sudah memberi obat penawarnya, Pak. Dari observasi, kondisi pasien juga semakin membaik. Itu artinya, obatnya sudah berhasil menangkal efek dari pencaharnya.""Obat pencahar?!" tanya Darren."Ya, obat pencahar," jawab dokter. "Dan kandungan obatnya cukup tinggi.""Dokter, apakah obat pencahar itu berbahaya?" tanya Nadia, dengan rasa khawatir."Obat pencahar memang aman jika dikonsumsi sesuai dosis," jawab dokter. "Namun, jika diberikan dalam dosis tinggi seperti yang ada di kue tersebut, bisa membuat iritasi pada lambung dan usus. Awalnya Anda pasti diare berat, lalu lemas dan dehidr
Read more

Chapter 123. Memperingati Alana

Darren langsung datang ke perusahaan Alana setelah petugas dari toko kue tersebut pulang diantarkan oleh Jacob, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi, khawatir sepupunya itu kembali merencanakan sesuatu yang jahat kepada Nadia.Udara di ruangan kerja Alana terasa dingin, seakan membeku oleh aura kemarahan yang terpancar dari sosok Darren yang berdiri di ambang pintu. Tatapannya tajam, menusuk, seolah ingin menembus kedalaman jiwa Alana. Raut wajahnya yang biasanya ramah dan hangat kini berubah menjadi tegas, penuh amarah yang terpendam."Alana," sapa Darren dengan suara dingin, tak ramah seperti biasanya.Alana tersentak, kaget melihat kedatangan Darren yang tak terduga. Senyum yang baru saja mengembang di bibirnya langsung memudar, digantikan oleh raut wajah terkejut dan sedikit gugup."Darren, ada apa kamu datang ke sini?" tanyanya, berusaha bersikap tenang meski jantungnya berdebar kencang.Darren melangkah masuk, mendekat ke meja kerja Alana. Tatapannya masih tajam, tak berke
Read more

Chapter 124. Tidak Ada Pembelaan

Darren melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, jalan raya yang biasanya ramai terasa sepi di matanya. Pandangannya kosong, menatap lurus ke depan, seolah-olah tidak melihat apa pun yang ada di sekitarnya."Sialan!" umpatnya, suaranya bergetar karena amarah. "Kenapa dia harus melakukan itu?""Apa dia tidak tahu bahwa aku sudah menikahi Nadia? Apa dia tidak tahu bahwa aku bahagia dengan Nadia?" gumamnya, suaranya penuh kekecewaan."Aku tidak mengerti," lanjutnya, suaranya terdengar putus asa. "Kenapa dia harus menghancurkan hidupku dan Nadia?"Darren menggeram, mencengkeram kemudi dengan kuat. "Aku tidak akan membiarkan dia lolos," gumamnya, suaranya penuh tekad. Aku akan berbalik menghancurkan hidupnya. Aku tidak akan membiarkan dia menghancurkan hidupku dan Nadia," Darren menghela napas panjang, mencoba menenangkan amarahnya. Namun, seolah-olah amarah itu semakin membara di dalam dirinya."Aku tidak akan pernah memaafkannya!"Darren menggeram lagi, mencengke
Read more

Chapter 125. Keanehan Nadia

Alana masuk ke kamarnya, tubuhnya lemas. Rasa malu dan penyesalan menyelimuti hatinya. Bayangan ancaman Darren untuk melaporkannya ke polisi terus menghantuinya. Dia tidak bisa membayangkan dirinya menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi."Aku ... aku akan sangat sengsara," gumamnya, air matanya kembali mengalir deras.Alana menangis sejadi-jadinya. Dia tidak keluar untuk makan malam. Rasa putus asa dan ketakutan menggerogoti hatinya. Dia merasa sangat sendirian, kehilangan cinta Darren dan dukungan ibunya.•Keesokan paginya, Alana terbangun dengan tubuh yang panas. Dia demam. Ternyata, tangisannya semalam telah membuatnya kelelahan dan jatuh sakit."Ma ...," panggilnya dengan suara serak, berusaha bangkit dari tempat tidur.Rahayu langsung masuk ke kamarnya, wajahnya khawatir. "Nak, kamu kenapa?!""Aku ... aku tidak enak badan, Ma," jawab Alana, tubuhnya gemetar.Rahayu mengelus kening Alana. "Kamu harus istirahat. Mama akan panggil dokter."Alana hanya bisa mengangguk lemah
Read more

Chapter 126. Hamil

Mobil memasuki halaman rumah. Darren memarkirkan mobil dengan hati-hati, lalu menoleh ke arah Nadia."Sayang, sudah sampai," kata Darren. "Mau dibantu?"Nadia tersenyum lebar, matanya berbinar-binar. "Tidak usah, Kak. Aku bisa sendiri."Nadia turun dari mobil, lalu dengan cekatan membopong mangga mudanya ke dalam rumah. Darren tercengang melihat istrinya yang biasanya kesulitan berjalan dengan kruk, kini dengan mudah membopong tumpukan mangga."Sayang, hati-hati," kata Darren, sedikit khawatir. "Jangan terlalu berat."Nadia hanya tersenyum. "Tidak apa-apa, Kak. Aku kuat."Nadia masuk ke dalam rumah, lalu menuju ke balkon kamarnya. Dia duduk di kursi rotan, lalu melanjutkan memakan mangga mudanya sambil menikmati pemandangan di luar.Darren mengikuti Nadia dari belakang. Dia memperhatikan istrinya yang begitu lahap memakan mangga muda. Dia merasa heran. Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada Nadia."Sayang," kata Darren lagi. "Kamu tidak merasa aneh? Kamu biasanya sangat anti dengan
Read more

Chapter 127. Kekesalan Rahayu

Di tengah kebahagiaan Darren dan Nadia, Alana terbaring lemah di kamarnya. Demamnya tidak kunjung turun, tubuhnya terasa panas dan lemas. Air mata mengalir deras di pipinya, membasahi bantal."Ma ...," lirih Alana, suaranya serak. "Sepertinya badanku semakin lemas."Rahayu duduk di samping tempat tidur, tangannya mengelus kening Alana yang panas. "Nak, kamu harus istirahat. Dokter sudah memberikan suntikan dan obat.""Ma, aku takut," lirih Alana, suaranya bergetar. "Aku tidak ingin sakit terus."Rahayu memeluk Alana erat. "Tidak apa-apa, Nak. Mama di sini. Mama akan selalu menjaga kamu."Semakin malam, Rahayu melihat kondisi Alana yang semakin memburuk. Demamnya tidak kunjung turun, tubuhnya semakin lemas. Dia khawatir jika penyakit Alana semakin parah."Nak, kita ke rumah sakit saja, ya," kata Rahayu. "Mama khawatir."Alana menggeleng. "Tidak usah, Ma. Aku tidak ingin ke rumah sakit.""Nak, kamu harus ke rumah sakit," kata Rahayu tegas. "Mama khawatir kamu sakit parah."Alana tidak b
Read more

Chapter 128. Hampir Gila

Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan Alana terbaring lemah di ranjang. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi keningnya. Rudi langsung menghampiri putrinya, tangannya mengelus lembut rambut Alana."Nak, kamu kenapa? Kenapa kamu sakit?" tanyanya suaranya bergetar.Alana mengerang lemah, matanya terpejam. "Pa ...," lirihnya, suaranya serak. Rudi mendekatkan wajahnya ke telinga Alana. "Kamu kenapa, Nak? Cerita sama Papa.""Aku ... aku sakit perut, Pa," jawab Alana, suaranya terengah-engah. "Asam lambungku kambuh."Rudi menghela napas. Dia merasa sangat khawatir dengan kondisi putrinya. Dia tidak mau peduli dengan kejahatan Alana yang sudah memporak-porandakan kebahagiaan rumah tangga Darren dan Nadia. Dia akan membela Alana meskipun putrinya salah sekalipun."Mama dan Papa di sini, Nak. Kami akan selalu menjaga kamu. Jangan khawatir, ya," kata Rahayu, sambil mengelus lembut tangan Alana.Rudi mengelus lembut rambut Alana, matanya berkaca-kaca. "Nak, sudahlah. Lupakan Darren saja. Di
Read more

Chapter 129. Ngidam Aneh

Sinar matahari pagi menerobos celah gorden, menyapa Nadia yang masih terbaring lemah di ranjang. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi keningnya. Perutnya yang baru berumur satu bulan terasa seperti gunung berapi yang siap meletus. Sejak semalam, Nadia terus muntah-muntah hebat setelah pulang dari dokter. "Kak ... aku ... aku mual ...." Nadia meringkuk di ranjang, suaranya lemah. Darren yang baru saja selesai menyiapkan sarapan untuk istrinya, segera menghampiri Nadia. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran. "Sayang, apa yang kamu rasakan?" "Aku mual dan pusing ...." Nadia terisak, "Aku ... aku tidak kuat ...." Darren mengelus lembut rambut Nadia, "Tenang, sayang, aku di sini. Sebentar lagi sarapan siap. Makanlah sedikit, ya?" "Aku ... aku tidak bisa makan ...." Nadia menggeleng lemah, "Aku .... aku hanya ingin muntah." Darren langsung menggendong Nadia dan membawanya ke kamar mandi. Dia membantu Nadia membersihkan mulutnya dan mengusap air mata yang mengalir di pipi Nadia. "Saya
Read more

Chapter 130. Firasat Aneh

Darren membuka aplikasi pesan makanan online, dia membeli beberapa menu favorit istrinya. Daripada harus memikirkan ayam cemani yang membuatnya pusing, karena mustahil ayam itu diubah menjadi putih.Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pesanan makanannya telah sampai. Darren kembali mengetuk pintu kamar, beruntung kali ini tidak lama kemudian Nadia keluar sambil menenteng satu kantong plastik berisi kulit mangga. "Kamu baru makan mangga, Nad?" Darren menatap penuh selidik, sementara istrinya hanya mengangguk tanpa rasa bersalah sama sekali. "Perutmu masih kosong, kenapa langsung diisi mangga? Ini mangga muda lagi, gimana kalau perih?""Nggak perih, kok, Kak. Aman-aman saja perutku, setelah ini aku mau minum susu biar nggak iritasi lambung." Nadia berjalan melenggang meninggalkan Darren yang masih berdiri mematung di depan kamar, menatap nanar punggung istrinya yang semakin menjauh. "Aneh-aneh saja dia," gumamnya, lantas mengikuti langkah istrinya yang kini menuju dapur. Nadia
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
17
DMCA.com Protection Status