Semua Bab Mendadak Dinikahi CEO Arogan: Bab 41 - Bab 50

102 Bab

40. pertemuan

“Sorry, gue telat. Lo udah nunggu lama?” Zea langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara itu. Kedua pasangan manik mata mereka saling bertemu, untuk beberapa saat tatapan mata Zea dengan orang itu saling terkunci satu sama lain. “Nggak juga,” sahut Zea sambil memalingkan wajah. Zea membuang muka karena merasa canggung dengan tetapan pria di hadapannya. Mungkin biasanya mereka sering tatap-tatapan seperti ini, tapi entah mengapa sekarang Zea sudah merasakan hal yang berbeda, Zea sudah merasa asing tidak nyaman seperti dulu lagi. ‘Kenapa pas natap Akas gue malah kebayang wajah Mas Natan?’ batin Zea kebingungan. Saat saling tatap dengan Akas seperti tadi, tiba-tiba saja bayangan wajah sendu Natan muncul di pikiran Zea. Zea seolah merasa bersalah menatap mata pria lain di belakang Natan, perilaku Zea sekarang seperti seorang istri yang tengah menjaga hati suaminya.
Baca selengkapnya

41. Terlalu jujur

Zea hanya diam bak patung yang diberi nyawa, Zea tidak atau harus beraksi bagaimana mendengar ucapan panjang lebar Akas. Satu sisi Zea merasa sakit melihat Akas yang tersakiti, tapi disisi lain Zea juga merasa lega mendengar doa dan pengakuan Akas yang rela mengikhlaskannya ungu orang lain.“Gue pergi dulu, lo juga harus cepet pulang biar suami lo nggak nyariin. Walaupun nggak bisa jadi pasangan, seenggaknya kita bisa jadi sahabat, Zea."Zea masih terdiam, bahkan ketika Akas sudah benar-benar pergi dengan mobilnya.Zea menatap sendu mobil Akas yang kian menghilang dari pandangannya.“Lo bener-bener orang baik, Kas. Gue harap suatu saat nanti lo bisa nemuin cewek yang lebih baik daripada gue,” gumam Zea dengan doa yang begitu tulus untuk sang mantan kekasih.Tidak ingin berlama-lama di pinggir jalan seorang diri, Zea memutuskan untuk mencari taksi yang bisa mengantarkannya pulang ke mansion Zibrano.Taksi yang Zea inginkan sudah i
Baca selengkapnya

42. Kelaparan

Ting!Perhatian Zea kembali tersita ke layar ponselnya saat mendengar satu notifikasi lagi.Tukang maksa : Aku tunggu kamu di mansion, aku udah masakin kamu oseng mercon bunga pepaya.Mata Zea berbinar melihat isi pesan tersebut.Oseng mercon bunga pepaya adalah makanan favorit Zea. ‘Kalau gini ceritanya ‘kan gue jadi nggak sabar pengen cepet-cepet sampai mansion.’ Zea memegangi perutnya yang mendadak terasa lapar hanya melihat tulisan oseng mercon bunga pepaya.Tidak membutuhkan waktu bertahun-tahun apa lagi berabad-abad, kini Zea sudah tiba di Mansion mewah milik suaminya.Puluhan pengawal kompak menunduk hormat menyambut kepulangan Zea. Rasanya Zea masih sangat canggung diperlakukan bak seorang ratu seperti ini. Oleh karena itu, Zea selalu ikut menunduk sopan saat para pengawal dan para pelayan di rumah ini menundukkan kepala kepadanya.Zea tidak bisa langsung bertingkah bak seorang permaisuri, biar bagaima
Baca selengkapnya

43. urusan yang belum terselesaikan

Zea tersedak air di dalam mulutnya, muka mantan gadis itu terlihat memerah bak tomat busuk karena terus saja terbatuk-batuk. Dengan sigap, Natan memberi Zea segelas air putih lagi. “Makanya hati-hati, Baby! Kamu kenapa sih bisa tersedak tiba-tiba seperti ini? Tadi aku cuma nanya aja loh.” Natan membantu Zea minum dengan begitu telaten. Natan berbicara seperti itu seolah bukan dia pelaku yang membuat Zea tersedak. Natan sungguh pandai berakting sok tak merasa bersalah padahal dirinya adalah pelaku utama. ‘Bangke! Padahal gue keselek juga gara-gara dia.’ Zea merutuki Natan di dalam hati. Zea menghirup udara dengan rakus setelah merasa kerongkongannya tidak se-perih tadi lagi. Nafas Zea sukses dibuat sesak akibat tersedak air minum yang belum tertelan. “Sudah lebih baik?” Natan masih setia mengusap tengkuk Zea begitu perhatian. Padahal kalimatnya satu menit lalu lah yang sudah menjadi penyebab utama Zea seperti ini. ‘Cih, dia sok perhatian padahal gue hampir mati begin
Baca selengkapnya

44. Bos muda

“Tapi kok aku nggak percaya sama omongan Mas barusan? Mana mungkin Mas biarin aku pergi kalau Mas tau aku ketemunya sama Akas.” Zea mencibir Natan membuat empunya terbahak.Nyatanya Natan tidak menampik tebakan Zea, Natan memang tidak akan membiarkan Zea pergi sendiri menemui pria lain.“Nah ‘kan dia ketawa, aku udah bisa nebak isi otak kamu, Mas.” Seketika Zea melupakan rasa takutnya tadi setelah melihat Natan tertawa.“Kali ini aku maafin kamu, tapi lain kali jangan diulangi lagi.” Natan sengaja menjeda kalimatnya. “Kalau mau kemanapun, ketemu sama siapapun izin dulu sama aku. Aku juga akan meminta izin sama kamu kalau mau ngapain aja di luar sana, kunci langgeng sebuah hubungan itu dari kejujuran, kesetiaan, dan saling mengerti, Sayang. Paham ‘kan maksud aku.” Natan mengakhiri ceramahnya sambil mengusap sayang pucuk kepala Zea.Zea pun sukses dibuat tertegun. 'Demi apa, woi? Dia bener-bener bijak ternyata?' Si Zea malah salting karena kali
Baca selengkapnya

44. Tente?

Sibuk mengagumi Natan tanpa disadari, Zea sampai tidak mendengar Natan bertanya padanya.“Zea?” panggil Natan diiringi dengan usapan lembut di bahu Zea.“Hah iya, Mas. Kenapa?” Zea bertanya seperti orang linglung.Sangat terlihat sekali bahwa Zea habis melamun dan tidak fokus dengan keadaan sekitar.“Kamu mau beli sesuatu dulu sebelum ke atas?” Natan mengulangi pertanyaan yang sama.Bisanya Natan sangat anti mengulang kalimat yang sama pada siapapun itu karena memang karakter Natan yang dingin dan irit bicara.Tapi pengecualian jika dengan Zea, Natan berubah menjadi cerewet, lebih hangat, dan sangat bertolak belakang dengan sikap yang selama ini ia tunjukkan pada orang lain.“Nggak usah, Mas. Langsung ke atas aja, lagian katanya kita cuma dua jam di sini.” Zea menolak karena memang sedang tidak menginginkan apapun.“Ya sudah, ayo!”Tanpa meminta persetujuan dari Zea, Natan menggandeng tangan sang istri
Baca selengkapnya

46. Namanya Zea

Elena berbalik badan dan melotot melihat Natan datang bersama seorang gadis yang baru saja memanggil dirinya ‘Tante’. Elena melirik pinggang gadis itu yang masih dirangkul mesra oleh Natan.“Dia siapa, Nat?” Elena memandang Natan dengan muka meminta penjelasan.“Nggak usah dikasih tau, Mas. Nanti juga dia bakal tau sendiri saat semua karyawan kamu udah ngumpul di sini.” Zea bergelayut manja di lengan Natan.Hal itu sengaja Zea lakukan di depan Elana, bisa ditebak sendirilah ya niat Zea apa.“Dasar perempuan rendahan! Berani sekali kamu nempel-nempel kepada Natan.” Elena begitu berani menegur Zea padahal Elena belum tua siapa Zea.“Cukup, El! Di bukan perempuan rendahan seperti yang kamu maksud.” Darren memijit pelipisnya yang berdenyut karena kelakuan Elena.“Terus apa kalau bukan wanita rendahan, pasti itu wanita bayaran ‘kan? Cih, dibayar berapa kamu sama Natan?” Elena tidak ada takut-takutnya padahal sekarang Natan sedang menatapnya dengan tajam.“Saya dibayar dengan satu mobil m
Baca selengkapnya

47. Diperlakukan dengan baik

Tidak pernah Elena bayangkan seorang Jhonatan akan memarahi dirinya karena gadis lain.“Ikut aku, Elana! Kamu juga harus mengetahui siapa gadis itu sebenarnya.” Darren pun membawa Elena ke tengah-tengah keramaian.“Pasti kalian semua bingung dan bertanya-tanya tentang gadis cantik yang saat ini ada di sebelah saya.” Natan melirik Zea setelah menyapa para karyawan nya dengan basa basi singkat.Zea tersenyum kecil dengan begitu anggunnya kepada para karyawan Natan. Kecantikan Zea saat tersenyum anggun begitu membuat semua orang yang ada di sana sangat mengagumi kecantikannya termasuk Natan sendiri.Hanya Elena saja yang terlihat tak suka dan menganggap Zea mencari muka serta sok cantik.“Dia pasti pacarnya bos, ya?” tanya salah satu dari sekian banyaknya karyawan Natan.“Bukan.”Jawaban Natan menimbulkan senyum lebar di wajah Elana. ‘Berarti dia benar-benar wanita bayaran.’ Elan bersorak bahagia didalam hati.Haru
Baca selengkapnya

48. Kabar

Tidak ada yang melihat interaksi Abraham dengan Zea selain Natan dan Darren, kalau adapun rasanya tidak akan menimbulkan masalah apa-apa. Mengingat jabatan tinggi Abraham di perusahaan ini, sepertinya wajar-wajar saja kalau Natan mengambil anak Abraham sebagai calon istri. “Pa!” Natan menyapa Abraham dengan muka datar yang tidak berekspresi. Natan menyalami tangan Abraham dengan sopan. Setinggi apapun jabatan Natan, tetap saja Abraham adalah ayah mertuanya. Itu artinya Natan harus bersikap baik dan sopan terhadap Abraham. “Terima kasih telah menjaga Zea dengan baik,” ucap Abraham membuat Zea mendelik. “Baik apanya?” gumam Zea. “Buktinya sekarang kamu terlihat lebih bersinar setelah tinggal sama suami kamu.” Abraham sengaja menggoda Zea yang sudah memanyunkan bibir. “Ya sudah, Papa akan kembali bekerja. Baik-baik ya kalian, kalau ada masalah usahakan jangan ribut.
Baca selengkapnya

49. Donor darah

“Kamu kenapa, Sayang? Apa yang terjadi?”Natan panik melihat Zea menjatuhkan ponselnya setelah berbicara dengan seseorang.Maka dari itu, Natan langsung meninggalkan pekerjaannya lalu menghampiri Zea.Wajah Zea tidak menunjukkan ekspresi apa-apa, hanya matanya saja memerah. Bahkan, tubuh Zea kini gemetaran. Rasa panik Natan semakin bertambah saat merasakan tangan Zea begitu dingin.“Sayang, hey!” Natan sedikit menghuyung lengan Zea agar kesadaran gadis itu kembali seutuhnya.Mata Zea mengerjab beberapa kali, nafasnya yang sempat terasa terhenti kini sudah kembali dengan hadirnya Natan di sampingnya.“M-mas!” panggil Zea terbata.Nafas Zea naik turun, lidah Zea terasa kelu untuk mengatakan apa yang terjadi pada sang suami.Tubuh Zea terasa melemas, makanya sekarang Zea memilih berpegangan pada lengan kekar Natan agar masih bisa duduk dengan kokoh.“Iya, Baby. Aku di sini, tenangkan diri kamu. Rileks, oke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status