All Chapters of Mendadak Dinikahi CEO Arogan: Chapter 31 - Chapter 39
39 Chapters
30. Tidak fokus
“Untuk apa lagi wanita itu ke sini?” Natan memasang muka geram dan tak suka.“Untuk apa lagi jika bukan untuk bertemu denganmu, Tuan Zibrano!” ejek Darren.Pasalnya, Darren sangat tau seperti apa jadinya Natan setiap kali selesai pertemuan dengan perempuan bernama Elena itu.“Ck, bilang saja padanya kalau sekarang aku sedang sibuk dan tidak bisa diganggu.” Natan berdecak.Natan benar-benar geli mendengar nama Elena yang disebutkan oleh Darren.“Dengan sampah baru saja aku jijik, apalagi melihat sampah daur ulang sepertinya.”Mulut berbisa Natan langsung beraksi seiring dengan reaksi tubuhnya yang bergidik ngeri.Darren sendiri sudah terbahak di tempatnya, kalimat Natan benar-benar membuat perutnya serasa tergelitik.“Bagaimana? Apa Tuan Zibrano bersedia bertemu denganku?” tanya wanita yang katanya bernama Elena itu dengan wajah penuh harap.Darren menggeleng. “Sayang sekali, Nona. Tuan Zibrano sedang ti
Read more
31. Berkepala tiga
Berbicara soal Natan, kini pria kaku nan sulit untuk didekati tapi berhasil luluh oleh seorang Zea itu sedang menjadi pusat perhatian para gadis remaja.Bagaimana tidak? Bayangkan saja, Natan sedang menunggu Zea di parkiran sekolah masih memakai setelan kantor dengan jas yang ia letakkan di pundak.Natan berdiri dengan Kedua tangan terlipat di dada sambil menyandarkan kepalanya di depan mobil mewahnya. Kedua kakinya yang ia silangkan ditambah dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung membuat aura Natan berkali-kali lipat terlihat lebih tampan daripada sebelumnya.Kedatangan Natan bertepatan dengan jam pulang siswa SMA Merah Putih, karena ia datang memang untuk menjemput sang istri.Hingga sekarang Natan sudah menjadi pusat perhatian.“OMG! Bukannya itu pengusaha muda yang terkenal itu ya?” celetuk seorang siswi setengah memekik.“Eh, kayaknya iya deh. Tapi ngapain di ada di sekolah kita?” sahut sal
Read more
32. Suami sombong
“Lo ngomong apa?” tanya Anes karena tidak terlalu mendengar kalimat Alea dengan jelas.“Nggak penting, bocil dilarang tau,” sahut Alea sambil bergerak menuju motornya diikuti oleh Anes yang juga mengambil motornya.Kerumunan para siswi yang sejak tadi memperhatikan Natan pun akhirnya bubar. Bisa dipastikan besok Zea akan menjadi trending topik karena dekat dengan pengusaha muda dan sudah putus dengan Akas.Mobil Natan melaju dengan kencang membela keramaian jalan raya, Natan tidak peduli meskipun dirinya mendapat makian dari pengendara lain yang terganggu karena cara menyetirnya yang ugal-ugalan.Zea pun dibuat memejamkan mata dengan wajah memucat, ini adalah pertama kalinya Zea merasa nyawanya sudah diujung tanduk.“Pelanin mobilnya, Om. Astaga … masa depan saya masih panjang, sayang nggak ingin mati cuma-cuma di jalanan kayak gini.” Zea terus berceloteh.Sesekali Zea melafalkan doa di dalam hati karena berharap ia masih di
Read more
33. Cuma kasian
“Eum … gimana ya?” Zea menatap Natan sambil menggaruk pucuk kepalanya yang tak gatal.Entah apa yang gadis itu rasakan saat Natan meminta dirinya untuk mengubah panggilan.“Kalau kamu tidak bersedia saya tidak akan memaksa.” Natan juga tidak egois kali ini. ‘Tumben dia nggak maksa? Kira-kira tadi ini orang abis kecantol jin baik di mana?’ komentar Zea dalam hati.Suatu keajaiban bagi Zea karena kali ini Natan tidak memaksakan kehendak kepadanya.“Bukannya saya nggak mau, tapi lebih tepatnya saya bingung mau manggil apa lagi selain Om,” ungkap Zea dengan jujur.“Kamu tidak merasa aneh memanggil suami sendiri dengan sebutan, Om? Suami kamu ini tidak setua itu, Baby.” Natan menunjuk wajah tampannya.“Nggak aneh tuh, malahan itu panggilan yang paling pas menurut saya.” Zea menahan tawa melihat wajah kesal Natan saat ia mengatakan itu.Jarang-jarang ‘kan Zea bisa membuat Natan kesal seperti ini?Bisanya
Read more
34. Nasib malang
Dengan menurunkan egonya, Zea mengangkat tangannya dan membalas pelukan Natan.Natan tersenyum senang di balik punggung Zea. ‘Rencana satu berhasil.’ Natan cekikikan tidak jelas di dalam hati.Natan melepaskan tubuh Zea setelah dirasa sudah paus menghirup wangi rambut Zea nan menyegarkan dan mampu menenangkan otaknya yang lelah.“Aku mandi dulu, abis ini aku bikinin makan siang.” Natan beranjak dari hadapan Zea.Pria itu memasuki kamar mandi dengan wajah sumringah, mendapatkan pelukan dari Zea adalah hal terindah bagi seorang Natan.“Ah, sepertinya sihir gadis itu semakin hari semakin bertambah dahsyat.” Natan senyum-senyum sendiri bak orang gila sambil memegang dada pula.Memang ya, kalau sudah bucin akut memang tidak pandang bulu. Natan yang nyatanya sudah dewasa saja bisa lebih bucin pada daripada anak remaja yang baru mengenal cinta.Pesona Zea memang jauh lebih memikat daripada jampi-jampi Mbah dukun di
Read more
35. Melanjutkan
Zea jadi memikirkan nasibnya juga, secara suami Zea juga merupakan CEO muda seperti di Drakor itu.“Apa dia juga bakal berubah haluan saat gue udah nggak cantik lagi?” Zea langsung parno.Dengan cepat Zea menuruni ranjang lalu berdiri tepat di depan cermin meja hias untuk dirinya yang sudah disediakan oleh Natan di dalam kamar ini.Zea duduk di atas kursi sambil terus menatap wajahnya sendiri.“Muka gue udah glowing dari sononya, body udah oke meskipun gue jarang olah raga, kulit udah putih, rambut udah cakep, terus kurangnya gue apa dong?” Zea terlihat murung karena tidak menemui celah satupun serta kekurangan dalam dirinya.Di mana-mana orang akan bahagia kalau terlahir sempurna nyaris tanpa kekurangan seperti Zea, sedangkan Zea malah murung memikirkan yang mana lagi yang harus ia perbaiki dalam dirinya.“Kalau gue coba make-up tipis-tipis, kira-kira cocok nggak ya di muka gue?” Zea membelai wajahnya sambil menatap peralat
Read more
36. Menangis
“M-mas mau apain aku?” Zea bertanya begitu kaku kepada Natan yang kini sudah menindih tubuhnya dari atas.Zea sengaja menahan nafas saat berada di bawah bawah Natan dengan posisi se-ambigu ini.“Udah aku bilang, Baby. Kita harus lanjutin ritual kita yang tertunda semalam,” bisik Natan serak.Suara serak Natan kembali membuat bulu kuduk Zea meremang, namun sialnya Zea juga tersipu karena suara serak nan lirih Natan itu terdengar seksi di telinganya.“Saya masih kecil loh, Mas.” Mata Zea bergerak liar mencari celah untuk membebaskan diri dari Natan, tapi bibirnya malah berceloteh asal menyahuti kalimat Natan.Natan tersenyum miring melihat pergerakan Zea yang seperti cacing kepanasan di bawahnya.“Oh ya, mungkin maksud kamu masih kecil tapi sudah bisa bikin anak kecil,” koreksi Natan membuat Zea tak mampu lagi berkata-kata.“Saya belum siap, Mas.” Akhirnya Zea mengutarakan apa yang ia rasakan.Dengan mengumpulkan
Read more
37. Makasih dan maaf
Natan menatap sang istri yang menangis dengan tatapan cemas.Natan masih ingat betul bagaimana tadi Zea sempat memekik kesakitan saat mereka pertama kali melakukan ibadah nikmat tadi.Jadi, mungkin Natan berpikir bahwa Zea menangis karena kesakitan.“Hiks, po-koknya Mas Natan ha-rus tanggung ja-wab!” Zea semakin menangis kencang sehingga suaranya tidak terdengar terlalu jelas.Natan terdiam mencerna maksud kalimat tak jelas istrinya barusan.“Tanggung jawab dalam hal apa?” Nathan menatap Zea dengan tatapan cengo.Nathan benar-benar tidak paham tanggung jawab dalam bentuk seperti apa yang Zea inginkan dari dirinya.Zea menghentikan tangisnya dengan mendadak sambil menghapus kasar air matanya. Mata bulat Zea menatap Natan dengan tatapan menajam seolah Zea ingin menguliti Natan hanya dengan tatapannya saja.“Mas tega lakuin ini sama saya, hiks.” Zea kembali menangis terisak-isak. “Gimana nanti kalau saya hamil? Gim
Read more
38. Miris
“AAAA!!! INI MERAH-MERAH KENAPA?”Zea berteriak sangat kencang di depan cermin besar di dalam kamarnya. Nafas Zea memburu saat mendapati di lehernya terdapat bekas merah keunguan yang begitu banyak seperti motif polkadot.“Nggak salah lagi, ini tuh pasti gara-gara perbuatan dia kemarin.” Zea langsung bisa menebak siapa pelaku yang sudah menciptakan motif polkadot itu di lehernya.Siapa lagi kalau bukan Natan, suaminya?“Ck, kalau gini ceritanya gimana caranya gue bisa ke sekolah?” Zea menatap jengkel motif polkadot mahakarya Natan yang terlukis indah di leher jenjangnya.Dengan pergerakan yang begitu cepat karena dalam keadaan emosi, Zea keluar dari kamar.Tujuan Zea adalah lantai utama Mansion ini di mana letak dapur dan ruangan makan berada. Zea yakin seribu persen bahwa si pelaku pencetak polkadot di lehernya sedang berada di sana.Beruntung selangkangan Zea sudah tidak terlalu sakit sehingga tidak mempengar
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status