Semua Bab Mendadak Dinikahi CEO Arogan: Bab 21 - Bab 30
32 Bab
21. Lagu romantis
Reni mengusap lembut wajah cantik Zea. “Mommy nggak bakal banyak berpesan karena semuanya sudah diwakilkan oleh deddy kamu.” Reni memeluk singkat Zea.“Makasih, Mom," ucap Zea dijawab anggukan kepala oleh Reni.“Saya yakin Anda adalah laki-laki yang baik dan bermartabat, Tuan Zibrano. Jadi cukup buktikan itu dengan menjaga baik-baik putri kami, Zea tidak butuh harta berlimpah karena yang dia butuhkan hanyalah kasih sayang. Hidup Zea tidak seberuntung yang Anda lihat.”Setelah Reni pergi, Natan mengerutkan alisnya.‘Tidak seberuntung yang terlihat? Apa maksudnya?’ Natan menatap Zea tanpa berkedip karena ia penasaran seperti apa hidup yang dijalani istri kecilnya itu selama ini.Hari semakin larut, waktu sudah menunjukan jam satu malam dan itu artinya acara pernikahan Natan dan Zea sudah berada di penghujung acara.Akhirnya, Zea bisa duduk dengan tenang kembali di atas kursi pelaminan setelah tadi ia sempat dibuat kesal s
Baca selengkapnya
21. Kegelisahan Zea
Satu Minggu kemudian Waktu terus berjalan sesuai dengan semestinya, hari ini genap satu Minggu usia pernikahan Natan dan Zea.Dan hari ini juga adalah hari yang paling berat bagi Zea.Kenapa?Karena hari ini Natan akan membawa Zea pulang bersamanya setelah satu Minggu lamanya Natan membiarkan Zea tetap tinggal di rumah orang tuanya setelah mereka menikah.Di malam pertama mereka memang tidur satu ranjang, tapi Natan menahan diri untuk tidak meminta haknya karena takut Zea akan semakin membenci dirinya.Besok paginya, Natan malah harus berangkat ke luar kota demi mengurus pekerjaan yang sangat penting yang tidak bisa diwakili dan tidak bisa ia tinggalkan.Alhasil, rencana Natan untuk cuti selama seminggu gagal total. Natan malah harus meninggalkan Zea di rumah orang tua gadis itu selagi dirinya berada di luar kota.Sekarang Natan sudah kembali membawa banyak oleh-oleh untuk Zea dan juga keluarga istrinya itu.
Baca selengkapnya
22. Tidak perlu
Bayang-bayang Natan yang akan melihat semua apa yang selama ini ia sembunyikan membuat Zea ngeri-ngeri sedap.“Kenapa diam saja, Baby? Kita harus segera pulang ke rumah kita.”Suara berat Natan membuyarkan lamunan Zea.“Emang nggak boleh kalau saya tinggal di sini dan Om tinggal di rumah, Om. Saya belum siap ketemu sama keluarga, Om.” Zea menatap Natan mengiba.Zea belum siap jika harus bertemu dengan keluarga Natan yang belum pernah ia lihat sebelumnya.“Mana bisa begitu, Sayang? Kamu adalah istri saya, kamu harus ikut dengan saya ke rumah kita. Kamu tidak akan bertemu dengan keluarga saya, tenang saja.” Natan tersenyum manis kali ini.Tapi Zea bisa melihat ada aura berbeda dari senyuman itu.Menghembuskan nafasnya demi mencari ketenangan, Zea akhirnya mengangguk walau dengan berat hati.“Oke, saya bakal ikut. Tapi saya minta waktu dulu baut packing pakaian saya.” Zea berniat akan berdiri untuk membawa barang-b
Baca selengkapnya
23. Pindah
Lagi dan lagi Zea mengalah, Zea hanya mengemas barang-barang untuk keperluan sekolah saja sehingga Zea hanya membawa satu koper kecil untuk ia bawa ke rumah Natan.“Tolong jaga putri saya baik-baik, Natan! Dia suda terlalu banyak menderita, kalau kamu tidak bisa menyembuhkan luka-luka Zea—setidaknya jangan menambah luka putri saya. Jika suatu saat kamu tidak menginginkan dia lagi, maka saya akan selalu siap menerima putri saya kapan saja. Meskipun terlihat cuek dan kasar begitu, Zea adalah anak yang baik. Tolong bimbing dia ke jalan yang benar, tegur dia dengan cara yang baik kalau dia melakukan kesalahan, jangan pernah membentaknya apalagi kalau kamu sampai main tangan, saya membesarkan Zea dengan penuh kasih sayang meskipun tidak dengan harta berlimpah.”Abraham memberi petuah panjangnya yang belum sempat Abraham katakan di hari pernikahan Natan dan Zea satu Minggu yang lalu.“Dan untuk kamu, Zea. Jadilah istri yang baik, patuhi suami kamu
Baca selengkapnya
24. Welcome
Keterkejutan Zea semakin bertambah saat dirinya sudah berada di dalam mansion mewah atau istana masa kini itu.Glek! ‘Ternyata berita tentang kemewahan Mansion Zibrano ini emang benar adanya,’ batin Zea sambil menatap sekitar.Zea meneguk ludah dengan brutal melihat isi di dalam mansion yang begitu mewah sesuai dengan bangunannya yang megah, sebagai seseorang yang berasal dari keluarga menengah, tentu saja Zea terpanah melihat keindahan dan kemewahan di depan matanya. ‘Tapi kok sepi banget ya? Apa bener yang dia bilang kalau kita cuma bakal tinggal berdua di tempat seluas ini?’Mata Zea bergerak liar mengamati sekitar, lantai marmer seperti di hotel-hotel mewah, sofa tamu bak di istana para raja, tangga melingkar yang tidak terlihat puncaknya, see Zea tak menyangka akan tinggal di tempat seperti ini.Bukannya merasa senang, Zea malah merinding. Secara Mansion ini terlalu luas jika hanya dia dan Natan yang tinggal di tempat
Baca selengkapnya
25. Tenteng keluarga
Zea mematung di depan pintu kamar itu, kali ini Zea tidak terpesona apalagi mengagumi kamar Natan. Akan tetapi, Zea merasa ngeri-ngeri sedap harus satu kamar dengan pria arogan yang notabenenya adalah suaminya sendiri.“Zea!” panggil Natan, “kenapa kamu suka sekali melamun? Kalau kamu kesurupan saya tidak bersedia tanggung jawab loh, tapi kalau kamu kemasukan bibit kecambah premium saya … baru saya bersedia untuk bertanggung jawab.”Nathan kembali dengan sikap tengilnya sehingga Zea kembali dibuat merasa kesal.“Jangan terlalu banyak berharap deh, Om. Saya pastikan bibit kecambah premium milik Om itu nggak akan pernah masuk ke dalam kantong Doraemon saya,” Zea menekankan setiap kalimat yang ia ucapkan.Walau dengan menghentakkan kakinya karena merasa jengkel, Zea tetap masuk ke dalam kamar mewah yang merupakan kamar utama yang ada di Mansion Zibrano ini.Tidak jauh berbeda dengan ruangan-ruangan yang Zea lewati sebelumnya, kamar ini begit
Baca selengkapnya
26. Gombalan orang kaku
Zea menatap Natan dengan wajah semakin penasaran, jika sejak sepuluh tahun yang lalu, itu artinya Natan sudah tinggal sendirian sejak berusia lima belas tahun.“Mama saya anak yatim piatu yang berasal dari panti asuhan, itu artinya mama tidak memiliki keluarga. Kalau papa saya anak tunggal, jadi saya tidak memiliki satupun keluarga lagi setelah mereka meninggal.”Natan menceritakan itu dengan tenang, tapi tidak dengan Zea yang merasa iba dan merasa bersalah.“Sorry, Om! Saya nggak maksud buat menggali luka lama.” Zea memasang tampang merasa bersalah.Ternyata kehidupan Jonatan tidak seindah yang Zea bayangkan. Zea berpikir dirinya adalah anak yang paling malang karena kehilangan ibu di usia yang masih begitu kecil.Tapi nyatanya, masih ada Natan yang jauh lebih kasihan karena sudah hidup sebatang kara sejak masih beranjak remaja.Secara tidak langsung, Tuhan mempersatukan dua orang yang sama-sama memiliki luka kare
Baca selengkapnya
27. Istri CEO
“Shit? Ini kenapa harus se-ngilu ini?” Natan mengumpat sambil terus mencoba berjalan menuju lift khusus petinggi perusahaan. Semua pasang mata para karyawan menatap Natan dengan pandangan heran tapi tidak ada satupun diantara mereka yang berani bersuara. Para karyawan itu hanya bisa menahan tawa melihat cara jalan Natan yang sedikit mengangkang seperti orang habis sunatan. Ditambah lagi dengan Natan yang sesekali meringis kecil membuat para karyawan yakin ada sesuatu dengan bos mereka itu. Setelah tubuh Natan menghilang ditelan lift, barulah bisik-bisik para karyawan mulai terdengar. “Kok si bos jalannya ngangkang gitu ya?” “Kayaknya dia juga lagi nahan sakit?” “Apa mungkin si bos lagi bisulan?” Seperti itulah bisik-bisik para karyawan setelah Natan tidak lagi terlihat. Ada apa dengan Natan sebenarnya? Apakah pria arogan itu benar-benar sedang
Baca selengkapnya
28. Cerita
Datang-datang Alea langsung memancing rasa kesal Zea.“Diem lo! Jangan asal ngomong aja itu mulut, ini sekolahan kalau lo lupa.” Zea menatap tajam Alea seakan mau menguliti Alea hidup-hidup.Yang ditatap tajam malah menyengir lebar memperlihatkan deretan giginya yang rapi.“Gue ‘kan ngomongnya pelan, Ze. Aman lah … aman.”Zea mendengus kesal melihat Alea, setelah menerima es teh manis yang ia pesan, Zea langsung bergerak mencari tempat duduk tanpa menghiraukan kedua dayang setianya.“Heh, Zea! Tungguin kita!” Alea berlari menyusul Zea diikuti oleh Anas.“Lo kenapa, Zea? Kayaknya lagi banyak pikiran?” Anes menatap Zea dengan mata polosnya.Anes mengusap tangan Zea penuh perhatian, gadis polos itu akan sangat perhatian kalau salah satu sahabatnya dalam masalah.“Dari tadi pagi lesu bener gue perhatiin, kenapa, Beb? Lo nggak betah tinggal di istana itu?” Kali ini Alea bertanya dengan serius.Semalam ketiga
Baca selengkapnya
29. Elena?
Zea mulai bercerita. “Saya mau minta hak saya malem ini, Zea!” bisik Natan serak.Setelah tadi ada drama di ruangan walk in closet, Zea dan Natan kembali ke kamar dan berbaring di atas ranjang. “Tapi saya belum siap, Om,” cicit Zea sambil menundukkan kepalanya. “Tidak baik menolak permintaan suami, Baby.” Zea merinding mendengar suara rendah Natan. “Tapi kan saya masih belum siap, Om.” Zea terus bergerak mundur saat Natan merangkak mendekat padanya.“Tapi saya maunya sekarang, Baby.” Natan semakin mendekat.Zea pun memejamkan mata karena ia sudah berada di pembatas ranjang dan tidak bisa menghindari Natan lagi. ‘Oh ya lord! Tolong bantu hamba!’ Zea meratap pias di dalam hati. Cup!Zea merasakan benda kenyal menempel di keningnya, hembusan nafas Natan yang terdengar memburu tidak beraturan membuat rasa takut Zea semakin menjadi. Demi Tuhan, Zea benar-bena
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status