“Untuk apa lagi wanita itu ke sini?” Natan memasang muka geram dan tak suka.“Untuk apa lagi jika bukan untuk bertemu denganmu, Tuan Zibrano!” ejek Darren.Pasalnya, Darren sangat tau seperti apa jadinya Natan setiap kali selesai pertemuan dengan perempuan bernama Elena itu.“Ck, bilang saja padanya kalau sekarang aku sedang sibuk dan tidak bisa diganggu.” Natan berdecak.Natan benar-benar geli mendengar nama Elena yang disebutkan oleh Darren.“Dengan sampah baru saja aku jijik, apalagi melihat sampah daur ulang sepertinya.”Mulut berbisa Natan langsung beraksi seiring dengan reaksi tubuhnya yang bergidik ngeri.Darren sendiri sudah terbahak di tempatnya, kalimat Natan benar-benar membuat perutnya serasa tergelitik.“Bagaimana? Apa Tuan Zibrano bersedia bertemu denganku?” tanya wanita yang katanya bernama Elena itu dengan wajah penuh harap.Darren menggeleng. “Sayang sekali, Nona. Tuan Zibrano sedang ti
Berbicara soal Natan, kini pria kaku nan sulit untuk didekati tapi berhasil luluh oleh seorang Zea itu sedang menjadi pusat perhatian para gadis remaja.Bagaimana tidak? Bayangkan saja, Natan sedang menunggu Zea di parkiran sekolah masih memakai setelan kantor dengan jas yang ia letakkan di pundak.Natan berdiri dengan Kedua tangan terlipat di dada sambil menyandarkan kepalanya di depan mobil mewahnya. Kedua kakinya yang ia silangkan ditambah dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya yang mancung membuat aura Natan berkali-kali lipat terlihat lebih tampan daripada sebelumnya.Kedatangan Natan bertepatan dengan jam pulang siswa SMA Merah Putih, karena ia datang memang untuk menjemput sang istri.Hingga sekarang Natan sudah menjadi pusat perhatian.“OMG! Bukannya itu pengusaha muda yang terkenal itu ya?” celetuk seorang siswi setengah memekik.“Eh, kayaknya iya deh. Tapi ngapain di ada di sekolah kita?” sahut sal
“Lo ngomong apa?” tanya Anes karena tidak terlalu mendengar kalimat Alea dengan jelas.“Nggak penting, bocil dilarang tau,” sahut Alea sambil bergerak menuju motornya diikuti oleh Anes yang juga mengambil motornya.Kerumunan para siswi yang sejak tadi memperhatikan Natan pun akhirnya bubar. Bisa dipastikan besok Zea akan menjadi trending topik karena dekat dengan pengusaha muda dan sudah putus dengan Akas.Mobil Natan melaju dengan kencang membela keramaian jalan raya, Natan tidak peduli meskipun dirinya mendapat makian dari pengendara lain yang terganggu karena cara menyetirnya yang ugal-ugalan.Zea pun dibuat memejamkan mata dengan wajah memucat, ini adalah pertama kalinya Zea merasa nyawanya sudah diujung tanduk.“Pelanin mobilnya, Om. Astaga … masa depan saya masih panjang, sayang nggak ingin mati cuma-cuma di jalanan kayak gini.” Zea terus berceloteh.Sesekali Zea melafalkan doa di dalam hati karena berharap ia masih di
“Eum … gimana ya?” Zea menatap Natan sambil menggaruk pucuk kepalanya yang tak gatal.Entah apa yang gadis itu rasakan saat Natan meminta dirinya untuk mengubah panggilan.“Kalau kamu tidak bersedia saya tidak akan memaksa.” Natan juga tidak egois kali ini. ‘Tumben dia nggak maksa? Kira-kira tadi ini orang abis kecantol jin baik di mana?’ komentar Zea dalam hati.Suatu keajaiban bagi Zea karena kali ini Natan tidak memaksakan kehendak kepadanya.“Bukannya saya nggak mau, tapi lebih tepatnya saya bingung mau manggil apa lagi selain Om,” ungkap Zea dengan jujur.“Kamu tidak merasa aneh memanggil suami sendiri dengan sebutan, Om? Suami kamu ini tidak setua itu, Baby.” Natan menunjuk wajah tampannya.“Nggak aneh tuh, malahan itu panggilan yang paling pas menurut saya.” Zea menahan tawa melihat wajah kesal Natan saat ia mengatakan itu.Jarang-jarang ‘kan Zea bisa membuat Natan kesal seperti ini?Bisanya
Dengan menurunkan egonya, Zea mengangkat tangannya dan membalas pelukan Natan.Natan tersenyum senang di balik punggung Zea. ‘Rencana satu berhasil.’ Natan cekikikan tidak jelas di dalam hati.Natan melepaskan tubuh Zea setelah dirasa sudah paus menghirup wangi rambut Zea nan menyegarkan dan mampu menenangkan otaknya yang lelah.“Aku mandi dulu, abis ini aku bikinin makan siang.” Natan beranjak dari hadapan Zea.Pria itu memasuki kamar mandi dengan wajah sumringah, mendapatkan pelukan dari Zea adalah hal terindah bagi seorang Natan.“Ah, sepertinya sihir gadis itu semakin hari semakin bertambah dahsyat.” Natan senyum-senyum sendiri bak orang gila sambil memegang dada pula.Memang ya, kalau sudah bucin akut memang tidak pandang bulu. Natan yang nyatanya sudah dewasa saja bisa lebih bucin pada daripada anak remaja yang baru mengenal cinta.Pesona Zea memang jauh lebih memikat daripada jampi-jampi Mbah dukun di
Zea jadi memikirkan nasibnya juga, secara suami Zea juga merupakan CEO muda seperti di Drakor itu.“Apa dia juga bakal berubah haluan saat gue udah nggak cantik lagi?” Zea langsung parno.Dengan cepat Zea menuruni ranjang lalu berdiri tepat di depan cermin meja hias untuk dirinya yang sudah disediakan oleh Natan di dalam kamar ini.Zea duduk di atas kursi sambil terus menatap wajahnya sendiri.“Muka gue udah glowing dari sononya, body udah oke meskipun gue jarang olah raga, kulit udah putih, rambut udah cakep, terus kurangnya gue apa dong?” Zea terlihat murung karena tidak menemui celah satupun serta kekurangan dalam dirinya.Di mana-mana orang akan bahagia kalau terlahir sempurna nyaris tanpa kekurangan seperti Zea, sedangkan Zea malah murung memikirkan yang mana lagi yang harus ia perbaiki dalam dirinya.“Kalau gue coba make-up tipis-tipis, kira-kira cocok nggak ya di muka gue?” Zea membelai wajahnya sambil menatap peralat
“M-mas mau apain aku?” Zea bertanya begitu kaku kepada Natan yang kini sudah menindih tubuhnya dari atas.Zea sengaja menahan nafas saat berada di bawah bawah Natan dengan posisi se-ambigu ini.“Udah aku bilang, Baby. Kita harus lanjutin ritual kita yang tertunda semalam,” bisik Natan serak.Suara serak Natan kembali membuat bulu kuduk Zea meremang, namun sialnya Zea juga tersipu karena suara serak nan lirih Natan itu terdengar seksi di telinganya.“Saya masih kecil loh, Mas.” Mata Zea bergerak liar mencari celah untuk membebaskan diri dari Natan, tapi bibirnya malah berceloteh asal menyahuti kalimat Natan.Natan tersenyum miring melihat pergerakan Zea yang seperti cacing kepanasan di bawahnya.“Oh ya, mungkin maksud kamu masih kecil tapi sudah bisa bikin anak kecil,” koreksi Natan membuat Zea tak mampu lagi berkata-kata.“Saya belum siap, Mas.” Akhirnya Zea mengutarakan apa yang ia rasakan.Dengan mengumpulkan
Natan menatap sang istri yang menangis dengan tatapan cemas.Natan masih ingat betul bagaimana tadi Zea sempat memekik kesakitan saat mereka pertama kali melakukan ibadah nikmat tadi.Jadi, mungkin Natan berpikir bahwa Zea menangis karena kesakitan.“Hiks, po-koknya Mas Natan ha-rus tanggung ja-wab!” Zea semakin menangis kencang sehingga suaranya tidak terdengar terlalu jelas.Natan terdiam mencerna maksud kalimat tak jelas istrinya barusan.“Tanggung jawab dalam hal apa?” Nathan menatap Zea dengan tatapan cengo.Nathan benar-benar tidak paham tanggung jawab dalam bentuk seperti apa yang Zea inginkan dari dirinya.Zea menghentikan tangisnya dengan mendadak sambil menghapus kasar air matanya. Mata bulat Zea menatap Natan dengan tatapan menajam seolah Zea ingin menguliti Natan hanya dengan tatapannya saja.“Mas tega lakuin ini sama saya, hiks.” Zea kembali menangis terisak-isak. “Gimana nanti kalau saya hamil? Gim
“A-air!”Deg!Zea menghentikan tangisnya mendengar suara yang tak asing di telinganya.Zea mengangkat kepala dan mengakibatkan menatap mata Natan yang mulai bergerak.“Mas! Kamu denger aku?” Zea berdiri dan memegang bahu Natan.“Ha-haus, aku butuh air.”Mata Natan mulai terbuka sempurna, suaranya terdengar sangat serak dan lirih.Zea menangis haru, Zea memencet tombol yang langsung terhubung pada Dokter yang selama ini menangani Natan.“Bentar ya, Mas. Sabar dulu, kita tunggu Dokter.” Zea mengusap punggung tangan Natan.Tangan Zea bergetar merasa terkejut dan sangat bahagia karena Natan akhirnya sadar juga.Natan tidak memberikan jawaban apa-apa, dia terlihat masih linglung.Akas dan Alea yang sejak tadi memang sudah berada di ruangan ICU dibuat terkejut melihat dokter dan dia orang suster berlari ke dalam ruangan yang sedang mereka jaga.“A-ada apa ini?” Alea terbata.
“Mana keluarga pasien atas nama Zea Veronica Zibrano?”Abraham langsung berdiri. “Saya ayah, Dok.”“Suaminya ke mana? Kami butuh berbicara dengan suaminya.” Dokter itu malah menanyakan Natan.“Suami putri saya dengan sakit, Dok. Dia koma dan tidak bisa datang ke sini, jadi saya yang akan menjadi wali putri saya.” Abraham menjawab dengan tegas.Dokter kandungan itu mengangguk, tadi sempat terjadi kehebohan karena Zea jatuh pingsan. Tidak hanya itu, Zea juga mengalami pendarahan hebat yang membaut semua orang cemas bukan main.“Karena darahnya masih terus keluar tapi pasien belum juga sadarkan diri, maka kami menyarankan untuk melakukan operasi Caesar. Detak jantung bayinya sudah melemah, sebaiknya bayinya segera dikeluarkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.Deg!Tubuh Abraham langsung melemas mendengar itu.Cobaan apalagi yang sudah Tuhan persiapan untuk Zea, pikirnya.“Lakukan apapun asalkan
Malam ini Nathan benar-benar menepati janjinya untuk membawa sang istri jalan-jalan di sekitar kompleks Mansion mereka.Sampai tiba di taman Mansion yang sudah disulap menjadi begitu indah oleh Natan sebelumnya, data mengajak Zea untuk duduk berdua di sana."Gimana? Kamu suka kejutan dari aku?" tanya Natan kepada Zea yang sejak tadi tidak banyak bersuara karena terlalu terpesona dengan keindahan kelap-kelip lampu di taman belakang mansion mereka."Suka banget, Mas. Ini wow banget, kenapa bisa Mas kepikiran sulap taman belakang jadi sebagus ini?" Zea bertanya sambil tak bosan-bosannya untuk memperhatikan keadaan sekitar."Itu tidak penting, Baby. Yang terpenting bagi aku itu kamu sudah suka dengan kejutan yang aku buat," bisik Natan.Nathan menatap lekat mata indah yang membuatnya tertarik pada Zea pada pandangan pertama."Kamu cantik sekali malam ini, bahkan bunga-bunga di sana kalah cantiknya sama kamu." Natan merasa tidak bosan
Semakin lama penyakit yang Natan derita semakin parah, Natan sudah melakukan berbagai pengobatan selama empat bulan ini meskipun masih ia rahasiakan dari Zea.“Saran saya segera beritahu keluarga Anda, Tuan. Ini bukanlah sesuatu yang wajar untuk dirahasiakan lagi, kita tidak tau sampai kapan Anda bisa bertahan dari penyakit ini.” Dokter Johan yang merawat Natan selama ini memberi saran terbaik untuk Natan.“Justru itu yang saya takutkan, Dok. Saya tidak ingin istri saya yang sebentar lagi akan melahirkan malah harus stress memikirkan saya.” Natan bimbang sekarang.Dokter Johan juga tampak diam. “Atau beritahu saja Tuan Pradipta dan juga keluarga angkat Anda.” Dokter benar-benar menyarankan agar penyakit Natan diketahui oleh keluarga terdekatnya.“Saya akan pikirkan itu nanti, jadi kapan proses pengobatan saya yang selanjutnya?” tanya Natan setelah diam agak lama.“Dua Minggu lagi dari sekarang, ini sangat beresiko. Kemungkinannya hanya ada dua, selamat atau—”“Cukup, saya tidak ingin
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Anes sudah tampil cantik dengan gaun pengantin berwarna Navy pilihannya.Pada akhirnya, akad nikah lah yang menjadi akhir dari kata-kata Darren yang selalu mengatakan tidak menyukai gadis kecil yang merepotkan.“Selamat, Nes. Sekarang lo udah jadi istri orang, kurangin dikit bego lo kalau bisa. Takutnya Kak Darren bisa mati muda gara-gara kelak lo,” ucap Alea.“Nggak usah ngatain gue sekarang, Lea. Gue nggak akan berubah semudah itu, ya kali sifat yang udah tumbuh dari lama bisa gue ubah gitu aja.” Anes mengerucutkan bibirnya.Anes merasa Alea seperti meledek dirinya.“Jangan ribut sekarang, waktunya kita foto-foto.” Zea menengahi perdebatan kedua sahabatnya.“Mas, sini!” Dengan senyum lebarnya, Zea memanggil Nathan untuk mendekat ke tempat pengantin.Begitu pula dengan Alea, dia ikut memanggil Akas untuk berfoto bersama dengan mereka.Sekarang mereka bertiga sudah bukan
Sesuai dengan permintaan Zea, Akas benar-benar menepati janji untuk bertanggung jawab.Dengan berani, Akas membawa kedua orang tuanya ke rumah Alea dan mengakui kesalahannya pada kedua orang tua Alea.Awalnya tentu saja Surya dan Reni marah, tapi memikirkan Deva yang sedang berbadan dua, akhirnya mereka setuju untuk menikahkan Akas dengan Alea.Dan saat ini, Akas dan Alea sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Baru saja Akas melantunkan ijab kabul di depan penghulu dan para saksi pernikahannya.“Jangan nangis lagi, sekarang lo juga udah jadi istri orang. Gue nggak nyangka bentar lagi kita bakal jadi ibu bareng-bareng.” Zea memeluk Alea yang tidak berhenti menangis sejak tadi.“Lo nggak marah sama gue?”“Enggak, Lea. Gue udah punya Mas Natan, Akas udah nggak ada lagi di hati gue.” Zea tersenyum tanpa beban agar Alea tidak terus kepikiran.“Gue nggak dipeluk?” Anes mengerucutkan bibirnya.Gadis polos itu muncul
"Ngaku sekarang, Alea. Yang tidur bareng gue di kode waktu itu benar-benar lo 'kan? tanya Akas langsung to the point."Nggak usah ngarang deh lo, dia nggak tahu apa-apa soal itu." Alea mengalihkan wajah.Alea tidak berani menatap mata Akas secara langsung."Kalau emang bukan elo, terus kenapa lu nggak berani natap mata gue? Tatap mata gue, Alea. Bilang sama gue kalau cewek yang waktu itu bukan Allah!" tekan Akas membuat Alea semakin tersudutkan.Alea diam, dia tidak menatap wajah Akas tapi tangannya terkepal di belakang punggungnya."Nggak usah menghindar lagi, Lea. Gue udah tahu semuanya, gue udah cari tahu sendiri. Dari CCTV lobby kamar hotel itu, cuma lo satu-satunya cewek yang yang masuk ke dalam kamar yang sama dengan kamar yang gue tempati waktu itu."Deg!Alea memegang, ia tak menyangka bahwa Akas bisa mengetahui semuanya dalam jangka waktu secepat itu. 'Sial, gue nggak kepikiran soal CCTV itu,' rutuk A
Tidur Natan terganggu karena dia merasa ada pergerakan di dekatnya, perlahan-lahan matanya yang sayu itu mulai terbuka dan terkejut melihat istri yang amat sangat ia rindukan ada di sampingnya.“Baby, kamu sudah pulang?” Suara serak Natan nan begitu lemah tak bertenaga membuat tangis Zea tak terbendung lagi.“Maaf, Mas. Maaf, gara-gara aku pergi Mas Natan jadi sakit begini,” sesalnya.Bak mendapatkan asupan tenaga, Natan yang tadinya lemah tidak kuat untuk bangun sendiri langsung bisa duduk tanpa bantuan orang lain.“Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan menangis lagi.”Akas dan Darren melongo melihat aksi Natan, mereka saling tatap sesaat sebelum akhirnya mereka melongos.“Dasar kang bucin,” maki Akas.Sejak tadi ia direpotkan mengurus Natan yang seperti orang yang akan mati besok, eh tahunya sekarang pas di depan istrinya Natan malah sok kuat padahal aslinya masih lemah.“Tembok kalua dikasih nyawa ya begitu, man
Diam-diam Alea mengaktifkan ponselnya dibagi buta, baru 1 menit Alea mengaktifkan ponselnya. Benda tersebut dan sumber bunyi sehingga Alea harus bergerak pergi meninggalkan kamar hotel agar kedua sahabatnya tidak memarahi nya habis-habisan karena mengaktifkan ponsel.“Apa?” tanya Alea langsung to the point. “Akhirnya nomer lo aktif juga.” Alea bisa mendengar jelas helaan nafas lega seseorang dari seberang sana. “Kalian di mana? Semua orang sibuk nyariin kalian yang menghilang tiba-tiba.”“Bukan urusan lo.” Alea membalas dengan sinis. “Lo kenapa gini sih sama gue? Pulang, Lea. Kalian bikin semua orang khawatir tau nggak?” Suara Akas melembut.Dia tidak ingin menyakiti hati Alea meskipun sedang dalam keadaan kesal.“Nggak akan, dan satu lagi. Gue harap gue pulang nanti lo nggak pingsan pas denger kabar yang gue bawa.”Tut.Alea mematikan ponselnya kembali, ia tidak ingin keberadaan mereka bisa dilacak oleh