Semua Bab Mendadak Dinikahi CEO Arogan: Bab 61 - Bab 70

102 Bab

60. luluh

Zea merasa sedih.Apakah dengan itu Zea sudah ada rasa terhadap Natan?Entahlah, Zea sendiri pun masih tidak tau tentang perasaannya sendiri.Zea memilih berselancar di sosial media daripada membayangkan hal-hal yang akan membuat otaknya sumpek.Hingga setengah jam berlalu, dahi Zea berkerut mendengar rintihan kecil dari bibir Natan.Zea menyimpan ponselnya lalu menatap Natan yang ternyata sudah terjaga.“Mas udah bangun? Mana yang sakit?” Zea mendekat.Tanpa sadar, Zea menggenggam tangan Natan begitu perhatian.“Tidak pa-pa, mungkin cuma pusing karena bangun tidur. Infusnya sudah habis?”“Dikit lagi, Mas. Abis itu kita pulang.” Zea salah tingkah sendiri sambil melepas tangan Natan.Padahal Natan tidak menyadari Zea menggenggam tangannya barusan.“Kamu kembali sejak kapan?” Natan menatap Zea dengan sorot mata sendu saking pusingnya Natan saat ini.Natan pun bern
Baca selengkapnya

61. Bisikkan

Sejak tadi Zea selalu memikirkan pembicaraannya dengan Natan beberapa jam yang lalu, Zea benar-benar tidak menyangka tempat tinggal mewah yang ia tinggali saat ini ternyata sudah berpindah kepemilikan atas namanya. ‘Apa dia nggak takut ya kalau sewaktu-waktu gue ninggalin dia terus dia gue usir dari mansion ini?’Banyak sekali pertanyaan yang bercokol di benak Zea. Ia yang awalnya berniat akan menguras habis harta Natan dalam bentuk balas dendam, jadi tidak perlu repot-repot berusaha karena nyatanya Natan telah memberikan semuanya padanya. ‘Kalau gini caranya gue jadi nggak bisa morotin dia lagi dong?’ batin Zea lesu.Zea memang berniat ingin membalas Natan yang menikahinya secara mendadak dengan cara mengurus saldo ATM Natan dan membuat Natan ilfil dengan cara bersikap matrek.Tapi, belum sempat Zea melakukan semua itu. Natan justru sudah menghujami dirinya dengan kehidupan mewah yang tidak pernah Zea duga sebelumnya.“Lo mik
Baca selengkapnya

62. Istirahat

Zea menceritakan mengenai kepemilikan mansion ini yang sudah dipindahkan atas namanya.Sepanjang Zea bercerita, Alea terlihat tak henti-hentinya terkejut. Tak terkecuali Anes, kali ini Anes paham maksud dari setiap kalimat yang dibisikkan oleh Zea.“Lo se-serius?” tanya Alea terbata.Ada rasa tak percaya di hati Alea saat mendengar cerita Zea barusan.“Nggak mungkin gue bohong soal beginian,” balas Zea merasa gemas.Di saat dirinya sedang uring-uringan memikirkan Natan yang terlalu royal padanya, eh si Alea malah meragukan kejujuran dirinya.‘Kan Zea jadi makin kesal dengan masalah yang tidak kunjung terselesaikan.“Itu mah namanya lo beruntung, Zea. Kalau gue yang jadi lo mah pastinya gue bakal jadi orang yang paling bahagia sedunia, mulai dari mahar sampai sekarang itu udah luar biasa banget, say.”Alea menahan suara agar tidak menjerit karena mengingat ada Natan yang sedang tidur di depan sana.“Au a
Baca selengkapnya

15. Petani pakai jas

“Tuh ‘kan kamu khawatir, istri siapa sih ini? Gemes sekali.” Tangan kanan Natan terangkat untuk mencubit gemas pipi mulus Zea. “Jangan kepedean dulu, please. Aku cuma nggak mau makin repot aja kalau kamu sakitnya kelamaan.” Zea menyangkal setiap tuduhan Natan meskipun tak bisa dipungkiri bahwa ia memang khawatir kalau saja penyakit Natan semakin parah. “Panas banget hati gue liat beginian,” gumam Alea sambil terus memperhatikan sepasang pasutri itu tebar keromantisan. “Saya tebak kamu pasti jomblo ya?” Natan melirik Alea dengan sudut matanya. “Ho'oh, saya ini jomblo dari lahir, Abang ipar. Kalau Abang ipar punya kenalan sesama pengusaha juga, bolehlah kenalin ke saya,” pinta Alea mengiba. “Kamu juga mau?” Natan mantap Anes yang diam dan terlihat tidak berminat. “Kalau aku mah nggak perlu, aku maunya teman Abang itu loh. Siapa sih namanya, Kak Darren. Nah iya, aku mau dia aja,” celoteh Anes. “Yakin kamu mau sama dia? Dia itu makan orang loh.” Natan sengaja menakut-nakuti Anes k
Baca selengkapnya

63. Bahagia

“Ya salam! Ini anak berasal dari planet mana?” erang Darren frustasi.Ingin rasanya Darren melambaikan tangannya ke arah kamera sambil berkata, ‘saya menyerah’ saking frustasinya Darren menghadapi makhluk Tuhan yang diberi nama Anes ini.“Yang sabar, Kak Darren. Dia emang rada-rada lemot dan cenderung goblok.” Zea meringis malu sambil meminta maaf atas nama Anes.Sedangkan Alea, Jangan ditanya. Gadis itu sudah merebahkan diri di atas sofa sambil menutup wajahnya dengan bantal sofa.“Please, gue malu banget, Njir. Kalau aja gue ada jurus menghilang, mungkin gua udah minggat dari sini sejak tadi,” gumam Alea dari sebalik bantal.“Kok kalian gitu sih?” Anes memasang tampang sedih sambil menatap kedua sahabatnya. “Gue kan serius nanya karena gue nggak tahu.” Anes merasa dirinya benar.Tapi kenapa lagi dan lagi kedua sahabatnya itu selalu menganggapnya salah.“Iya, kamu memang benar karena kamu terlalu pintar.” Darren berucap
Baca selengkapnya

64. Menjaga kepercayaan

Dia masuk ke dalam mobil mewah Darren untuk pertama kalinya. Anes terlihat begitu bahagia karena akan diantar pulang oleh crush nya.“Di mana rumah kamu?” tanya Darren setelah mobilnya bergerak.“Di atas tanah di bawah langit, ‘A.”“Saya bertanya serius, jawab juga dengan serius! Atau Kamu mau saya tinggalkan di sini?” ancam Darren begitu tegas.Iya serasa dipermainkan oleh gadis kecil di sampingnya ini.“Jangan atuh A’a, masak A’a tega ninggalin aku di jalanan sendirian. Tadi tuh aku serius loh, ‘A. Letak rumah aku emang di atas tanah di bawah langit, mana ada rumah di atas lautan dan di awang-awang?” balas Anes dengan polosnya.“Ya Tuhan … ayolah, kenapa aku harus dipertemukan dengan orang seperti ini?” erang Darren.Darren mencengkram erat setir mobilnya saking gemesnya menghadapi kepolosan Anes.“Maksud saya itu alamat rumah kamu, gadis kecil.” Darren mencoba bersabar menghadapi kepolosan Anes yang bena
Baca selengkapnya

65. Konser di kelas

“Jangan nakal ya, Aku pergi dulu.” Natan menyembulkan kepalanya dari pintu mobil sambil melambaikan tangan pada Zea.Natan tersenyum manis membuat para kaum hawa yang ada di sana menjerit tertahan.Zea merasa tak suka melihat banyaknya teman-temannya yang menatap penuh minat pada suaminya.“Iya, Mas. Masuk mobil sekarang terus langsung pergi, Buruan!” usir Zea super judes.Melihat Zea yang menghentakkan kaki bersiap untuk mengamuk, Natan buru-buru masuk mobil lalu meninggalkan parkiran sekolah.Barulah setelah itu Zea bisa berjalan dengan perasaan tenang menuju kelasnya yang berada di lantai tiga.“Alea sama Anes kemana ya? Kok tumben nggak nungguin gue di parkiran?” Zea paling tidak suka berjalan sendiri seperti orang tidak punya teman begini.Apalagi, kini semua mata tertuju padanya. Zea selalu menjadi pusat perhatian setiap harinya dari sejak awal ia diantar jemput oleh Natan.Zea terus melangkah sambil
Baca selengkapnya

66. Amarah

‘Gue harus hati-hati dari sekarang, secara semua pergerakan gue diawasi sama si manusia pemaksa itu,’ lirih Zea dalam hati.Mengingat betapa posesifnya Natan, ya … Zea harus pintar-pintar menjaga diri. Melakukan kesalahan sedikit saja, maka siap-siap hukuman ranjang yang akan dia dapatkan yang berdampak motif polkadot di seluruh tubuhnya setelah hukuman tersebut berakhir.Sejauh ini, baru hukuman dari Natan yang berhasil membuat seorang Zea ngeri.“Sombong amat lo.” Mulut Dio mencabik sinis. “Gue cuma mau bilang, selamat atas pertunangan lo sama si CEO itu.”Dio mendaratkan pantatnya di atas kursi tepat di depan bangku Zea.“Udah basi, Dio. Udah lewat sebulan juga.”“Tapi gue baru mau ngucapin selamat sekarang, lagian lo nggak asik banget. Tunangan nggak ngundang temen,” protes Dio, “gimana ceritanya sih lo yang pacaran sama Akas tapi malah Tunangan sama CEO dingin itu?” lanjut Dio bertanya sambil berbisik.Harap
Baca selengkapnya

67. Lawan

“Yuhuuu akhirnya pulang juga, dari kek. Mumet banget otak gue mikirin itung-itungan gini.” Alea bersorak bahagia sambil membereskan peralatan tulisnya.“Itu mah lo nya aja yang bego,” sahut Zea diiringi dengan senyum miring membuat Alea melongos seketika.“Iya deh, iya. Lo yang otaknya terbuat dari mesin komputer jelas nggak bakal kesulitan ngerjain apapun karena lo udah pinter dari sononya.” Alea sangat mengakui kepintaran Zea yang sering kali memenangkan berbagai olimpiade.“Gue juga pusing banget, mana ngantuk pula. Kenapa coba harus matematika di jam pelajaran paling akhir? Coba aja di suruh nyanyi di jam terakhir begini, pasti kita semua nggak bakal ngantuk,” celoteh Anes diangguki Alea.Tiga gadis nakal itu kompak meninggalkan kelas, seperti biasa. Mereka selalu saja berceloteh membahas ini itu sambil berjalan menuju parkiran.“Kita lewat mana nih?” tanya Zea saat mereka sudah menuruni tangga dari lantai tiga.“Lewat lapangan aja nggak sih? Secara kalau lewat koridor kelamaan.”
Baca selengkapnya

68. butuh bantuan

Pukulan di perutnya membuat Akas terbatuk-batuk, Akas tidak melawan. Entah kenapa pria itu hanya pasrah saat Natan menghajarnya habis-habisan.Bugh!Semua orang histeris melihat itu, termasuk Zea dan kedua sahabatnya.“Hetiin laki lo, Zea. Akas bisa mati kalau begitu caranya.” Alea hampir menangis melihat kondisi Akas yang sudah babak belur di tangan Natan.Hati se-kenyal yupi Alea jadi merasa tidak tega melihat itu semua.Kan Alea kasihan.“Ta-tapi gimana caranya? Gue takut?” tanya Zea terbata.Bayang-bayang Natan yang sempat membentaknya membuat Zea ketakutan. Melihat betapa brutalnya Natan menghajar Akas membuat Zea semakin ketakutan.Mata merah dan rahang Natan yang mengeras saat ini serasa bagai ancaman bagi Zea.“Gimana kek, Ze. Lo mau dia di penjara gara-gara bunuh orang? Seberkuasa apapun dia, kalau orang dia bunuh pewaris tunggal keluarga Elludra, tetap aja dia bakal di penjara,” tutur Anes.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status