All Chapters of Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta : Chapter 11 - Chapter 20

136 Chapters

11. Cewek Matre?

"Sayang, temenin aku keluar, yuk."Atala berbicara di telepon dengan pacarnya, Rani. Sejak tadi dia merusing dan merasa bosan menetap di kamar. Dia memang terbiasa keluyuran dan pulang malam waktu masih tinggal bersama papanya. Rumah semewah itu ternyata tak cukup membuatnya betah."Keluar ke mana, Sayang?" sahut suara di seberang."Ke mana aja. Asal sama kamu. Ke Sunset Cafe juga boleh. Suntuk banget aku di rumah." Atala duduk di pinggir kasur melempar pandang ke taman samping yang terlihat dari jendela kamarnya."Istri kamu mana?"Atala tak menyangka dengan pertanyaan itu. "Ngapain nanyain dia, sih?""Ya enggak pa-pa. Kamu sekamar sama dia?""Enggak, dong, Sayang. Nggak sudi banget aku tidur sama dia. Kami tidur pisah kamar, dong.""Terus sekarang dia di mana?""Ya, mana aku tahu. Aku juga nggak peduli dia di mana dan ngapain ya terserah dia lah. Jadi kamu mau nggak jalan sama aku, nih?""Boleh, tapi habis itu singgah ke Mall, yah. Beliin tas yang kemarin itu ...." Suara Rani terdeng
last updateLast Updated : 2024-09-23
Read more

12. Terbangun di Pagi Hari

Atala dan teman-temannya berbincang banyak hal, lebih ke hubungannya dan Rani saat ini. sesekali membahas Romi yang selalu curhat tentang nasibnya yang miskin, tapi dia bersyukur karena dikelilingi oleh teman-teman yang tajir dan tidak sombong."Gue bangga punya kalian." Romi tersenyum menepuk-nepuk bahu temannya satu per satu termasuk Atala."Atala, mah, temenan nggak pilih-pilih. Siapa-siapa aja diembat, ya, nggak?" ucap Tristan."Emang nggak pilih-pilih. Bapak-bapak aja dijadiin temen." Kali ini Rani menyahut, mencoba menyambung percakapan. Gadis itu teringat Galang yang dia temui di club malam itu."Nah, kan. Pak bapak aja bisa temenan ama dia.""Tapi sebenarnya gue khawatir sama lo, Bro," ucap Romi kemudian. "Kalau semuanya lo temenin, takutnya nanti salah pergaulan, terjerumus pada suatu yang negatif. Hati-hati, Bro. Pergaulan itu berpengaruh besar dalam hidup kita. Pernah dengar kan peribahasa yang bilang kalau 'jika kita berteman dengan tukang minyak wangi, maka kita akan terci
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

13. Perdebatan di Pagi Hari

Atala mengernyit kala melihat perempuan berambut pendek tengah berkacak pinggang duduk di atas kasur sambil marah-marah.Siapa lagi kalau bukan Citra?"Apaan, sih? Pagi-pagi udah teriak aja? Dorong-dorong gue lagi!" kesalnya setelah sadar apa yang terjadi.Citra melotot mendengarnya. "Apaan-apaan? Lo tidur di kamar gue! Apa aja yang udah lo lakuin, hah?!"Atala terkejut mendengarnya. Dia memindai seluruh penjuru kamar itu. Iya, kamar itu memang kamar Citra, tapi bagaimana dia bisa masuk ke sini? Dia menatap Citra bingung. "Gu-gue kok bi-bisa ada di sini?""Harusnya gue yang tanya. Kenapa lo bisa masuk ke kamar gue? Lo pasti sengaja kan?! Dasar mesum!" Atala terdiam, mengingat apa yang terjadi tadi malam terakhir kali. Yang dia ingat dia masuk ke kamarnya setelah pulang dari jalan-jalan. Waktu itu memang lampunya mati, dia pikir itu kamarnya. Karena Atala memang mematikan lampu terakhir kali sebelum pergi. Dan dia tidak menghidupkan lampu saat tidur. Tapi ternyata dia masuk ke kamar
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

14. Pacar yang Pengertian

"Kamu kenapa sih mukanya kok keliatan betek gitu?" tegur Dimas, pacar Citra, saat mereka sudah berduaan dalam mobil. "Padahal tadi di telepon suaranya ceria, beda banget sama sekarang. Pasti ada yang bikin kamu badmood, kamu sedih karena Eyang Kakung meninggal?"Mendengar Eyang Kakung disebut, Citra teringat lagi akan sosok eyangnya. Ingat juga dengan Kak Shinta yang membuatnya muak. Jika menuruti perasaan, memang dia masih sedih, juga kesal. Tapi Citra berusaha untuk tidak terlalu merasakan kesedihan itu."Iya, Sayang, itu pasti. Tapi ...." Citra terdiam teringat hal lain yang juga membuatnya tak kalah kesal. Yaitu tingkah laku Atala selama serumah dengannya. "Tapi apa? Coba cerita ke aku. Oh iya, aku turut berduka cita, ya, atas meninggalnya Eyang kamu. Maaf kemarin aku nggak ada waktu pemakamannya Eyang. Aku benar-benar sibuk waktu itu--""Iya, Sayang. Nggak pa-pa, kok." Citra tersenyum mengerti saat menatap Dimas sekilas. Lalu wajahnya kembali murung saat menatap jalanan depan. "D
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

15. Pacar yang Pengertian (2)

"Emangnya dia pernah ada salah apa sama kamu?"Dimas, Citra, Atala dan Tasya dulunya teman sekolah. Atala, Citra dan Tasya waktu kelas satu pernah sekelas. Naik kelas dua mereka pisah. Citra, Dimas dan Tasya jadi satu kelas dan jurusan IPA, sedangkan Atala jurusan IPS. Sedikit banyak Dimas tahu tentang Atala walaupun tak begitu akrab. Dia hanya mendengar rumor tentang cowok itu dari murid lain.Citra menatap sang kekasih tak habis pikir. "Kamu nggak liat sikapnya selama ini nyebelin banget, Sayang, ya ampun. Sombongnya kebangetan seolah dia anak orang paling kaya di dunia. Apalagi sekarang aku justru malah nikah sama dia, serumah sama dia. Aku nggak tahu deh apa aku bisa tahan serumah sama dia selama setahun ke depan. Ini benar-benar mimpi buruk buat aku.""Saran aku, mulai dari sekarang kamu harus banyakin sabar. Kalau aku dengar dari cerita kamu sih, masalah yang kamu hadapin ini belum seberapa sebenarnya. Ke depannya nanti pasti bakal berat banget buat kamu. Makanya kamu harus siap
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

16. Sandiwara yang Kesekian

"Kenapa?" tanya Dimas. "Si Talas barusan ngirim pesan, nyuruh aku pulang ke rumah. Soalnya papa mertua aku mau datang. Dan nggak cuma papa mertua. Eyang putri dan kedua kakakku katanya juga ada. Mereka barengan." Citra menoleh pada Dimas dengan pandangan melotot. "Gawat ini, Sayang. Aku harus pulang sekarang." Citra terlihat panik.Dimas terdiam sesaat, kemudian baru mengangguk. "Oke, deh. Kita putar haluan, ya."Citra memperhatikan wajah sang kekasih lamat-lamat. "Tapi nggak pa-pa, kan, Sayang? Kamu nggak masalah, kan?" Dia bertanya dengan hati-hati.Dimas menggeleng tanpa ragu. "Enggak, kok. Aku paham posisi kamu sekarang. Yang penting aku yakin kamu sayang sama aku."Citra tersenyum. "Aku sayang kamu itu pasti. Makasih, ya, Sayang. Kamu emang yang paling ngerti aku. Aku janji lain kali kita bakal cari waktu buat quality time. Oke? Atau ... atau ... nanti sore atau malam kalau keluarga aku udah balik atau masalahnya udah kelar, kita jalan lagi, Oke?""Iya, Sayang. Kamu santai aja."
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

17. Bertengkar Lagi

"Kalian berantem?" tanya Johan dengan nada curiga."Eng ... Berantem bercanda gitu, loh, Pa, maksudnya. Berantem sayang, bukan yang gimana-gimana." Lagi Atala menjelaskan sambil menatap istrinya. "Iya kan, Sayang?"Citra meringis, memaksakan senyum. "Iya, Pa ....""Bener?" Kali ini Kak Shinta bertanya memastikan seakan tak percaya. Tatapannya menyelidik penuh kecurigaan. Membuat Citra tak suka."Kalian lucu." Berbeda dengan Kak Shinta, Kak Nadia malah terlihat santai dan menganggap hubungan adiknya dan adik iparnya itu lucu, tidak terlihat curiga tentang apa pun.Atala dan Citra hanya meringis, lagi dan lagi.Selanjutnya mereka melanjutkan obrolan di ruang tamu itu. Lebih ke Atala dan Citra yang menceritakan keseharian mereka. Tentu Atala tak menceritakan keadaan yang sebenarnya. Untuk pertama kalinya rumah megah yang biasanya sepi itu terasa ramai. Citra dan Atala minta maaf karena tak menyediakan mereka makanan enak. Hanya meminta bibi menyiapkan minuman teh hangat dan camilan seder
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

18. Mimpi Buruk

"Pantasan saja tadi pagi saya dengar suara Non Citra teriak-teriak di kamar. Rupanya mereka lagi berantem."Setelah menyelesaikan perdebatannya dengan Citra dan berakhir dengan kemenangan cewek itu, Atala langsung mendatangi para ART-nya di dapur.Tapi ternyata mereka sibuk bercengkrama di taman belakang. Karena tidak ada pekerjaan yang harus mereka kerjakan lagi. Dan Atala sempat mendengar para ART itu bergosip ria."Iya, mereka emang ndak akur. Ndak saling cinta, tapi kenapa ya mereka mau-maunya dinikahkan?""Banyak rahasia orang yang kita nggak tahu. Kalau kata saya sih kita nggak usah ikut campur. Mending kita fokus aja sama kerjaan kita jadi ART di sini. Selama mereka baik sama kita, nggak ada masalah.""Kita kan cuman cerita, bukan mau mencampuri!" ART lain seakan tak terima dengan tuduhan mencampuri itu.Atala berdeham membuat para ART itu terdiam, lalu menoleh menatap Atala dengan pandangan tak nyaman."Eh, Tuan Atala," sapa salah satu ART di sana. Wanita paruh baya yang bertub
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

19. Terciduk

"Masuk kedokteran lewat jalur SBMPTN itu butuh skor UTBK yang tinggi loh, Sayang," ucapan Dimas waktu lalu masih membekas diingatan Citra."Kamu harus punya target yang tinggi. Di kampus aku rata-rata yang diterima di kedokteran minimal skornya 800. Untuk bisa mencapai angka itu kamu harus kuasai dua-duanya, TPS dan TKA, biar nilainya tinggi. Kalau cuman TPS aja nggak nutup. Trik menguasai TPS kan udah tahu? Udah aku ajarin tadi, dia lebih ke penalaran. Bakal mahir kalau makin banyak latihan. Tinggal kamu pelajari TKA. Pelajari ulang materi SMA dulu yang Saintek-nya.""Semangat kamu pasti bisa!"Mengingat mimpi buruk tadi malam, membuat Citra kembali bersedih. Bahkan kali ini kesedihannya berkali-kali lipat karena dia harus kembali mengingat momen itu di saat eyang kakung telah tiada.Mengingat kembali kejadian memilukan itu, membuat Citra seakan mengorek luka masa lalu. Luka yang selama ini telah dia kubur dalam-dalam, kembali menyeruak. Meninggalkan sakit yang begitu dalam seolah kej
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

20. Masalah Baru

Terlihat Kak Shinta dan Eyang Putri sudah berdiri di depan pintu. Citra tersenyum tak nyaman menyambutnya."Eh, ada Eyang, Kak Shinta," tegur Atala kemudian berusaha menghilangkan gugupnya. Lelaki itu pun lalu teringat sesuatu dan langsung merangkul bahu Citra lagi sambil memaksakan senyum."Maaf, kami ganggu, ya." Citra bisa melihat Kak Shinta menahan senyum melihat mereka berdua. Citra tahu, Kak Shinta mungkin memikirkan yang tidak-tidak tentang dirinya dan Atala."Enggak, kok, Kak," sahut Citra kemudian. "Yang tadi itu cuman kecelakaan. Si-silakan masuk, Kak." "Iya, Kak, Eyang, silakan masuk." Atala ikutan. Citra lalu melepas tangan Atala dari bahunya dan berjalan duluan menuju sofa. Lelaki itu mengiringi dan duduk di sampingnya. Bersamaan dengan eyang putri dan kak Shinta yang juga duduk di hadapan mereka."Maaf, ya, kami datangnya mendadak. Eyang tiba-tiba kangen sama kamu, Cit," jelas Kak Shinta memulai pembicaraan.Citra hanya tersenyum masam. Dia sebenarnya tidak senang denga
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status