Share

14. Pacar yang Pengertian

Penulis: Aprillia D
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-24 15:00:00
"Kamu kenapa sih mukanya kok keliatan betek gitu?" tegur Dimas, pacar Citra, saat mereka sudah berduaan dalam mobil. "Padahal tadi di telepon suaranya ceria, beda banget sama sekarang. Pasti ada yang bikin kamu badmood, kamu sedih karena Eyang Kakung meninggal?"

Mendengar Eyang Kakung disebut, Citra teringat lagi akan sosok eyangnya. Ingat juga dengan Kak Shinta yang membuatnya muak. Jika menuruti perasaan, memang dia masih sedih, juga kesal. Tapi Citra berusaha untuk tidak terlalu merasakan kesedihan itu.

"Iya, Sayang, itu pasti. Tapi ...." Citra terdiam teringat hal lain yang juga membuatnya tak kalah kesal. Yaitu tingkah laku Atala selama serumah dengannya.

"Tapi apa? Coba cerita ke aku. Oh iya, aku turut berduka cita, ya, atas meninggalnya Eyang kamu. Maaf kemarin aku nggak ada waktu pemakamannya Eyang. Aku benar-benar sibuk waktu itu--"

"Iya, Sayang. Nggak pa-pa, kok." Citra tersenyum mengerti saat menatap Dimas sekilas. Lalu wajahnya kembali murung saat menatap jalanan depan. "D
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    15. Pacar yang Pengertian (2)

    "Emangnya dia pernah ada salah apa sama kamu?"Dimas, Citra, Atala dan Tasya dulunya teman sekolah. Atala, Citra dan Tasya waktu kelas satu pernah sekelas. Naik kelas dua mereka pisah. Citra, Dimas dan Tasya jadi satu kelas dan jurusan IPA, sedangkan Atala jurusan IPS. Sedikit banyak Dimas tahu tentang Atala walaupun tak begitu akrab. Dia hanya mendengar rumor tentang cowok itu dari murid lain.Citra menatap sang kekasih tak habis pikir. "Kamu nggak liat sikapnya selama ini nyebelin banget, Sayang, ya ampun. Sombongnya kebangetan seolah dia anak orang paling kaya di dunia. Apalagi sekarang aku justru malah nikah sama dia, serumah sama dia. Aku nggak tahu deh apa aku bisa tahan serumah sama dia selama setahun ke depan. Ini benar-benar mimpi buruk buat aku.""Saran aku, mulai dari sekarang kamu harus banyakin sabar. Kalau aku dengar dari cerita kamu sih, masalah yang kamu hadapin ini belum seberapa sebenarnya. Ke depannya nanti pasti bakal berat banget buat kamu. Makanya kamu harus siap

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    16. Sandiwara yang Kesekian

    "Kenapa?" tanya Dimas. "Si Talas barusan ngirim pesan, nyuruh aku pulang ke rumah. Soalnya papa mertua aku mau datang. Dan nggak cuma papa mertua. Eyang putri dan kedua kakakku katanya juga ada. Mereka barengan." Citra menoleh pada Dimas dengan pandangan melotot. "Gawat ini, Sayang. Aku harus pulang sekarang." Citra terlihat panik.Dimas terdiam sesaat, kemudian baru mengangguk. "Oke, deh. Kita putar haluan, ya."Citra memperhatikan wajah sang kekasih lamat-lamat. "Tapi nggak pa-pa, kan, Sayang? Kamu nggak masalah, kan?" Dia bertanya dengan hati-hati.Dimas menggeleng tanpa ragu. "Enggak, kok. Aku paham posisi kamu sekarang. Yang penting aku yakin kamu sayang sama aku."Citra tersenyum. "Aku sayang kamu itu pasti. Makasih, ya, Sayang. Kamu emang yang paling ngerti aku. Aku janji lain kali kita bakal cari waktu buat quality time. Oke? Atau ... atau ... nanti sore atau malam kalau keluarga aku udah balik atau masalahnya udah kelar, kita jalan lagi, Oke?""Iya, Sayang. Kamu santai aja."

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    17. Bertengkar Lagi

    "Kalian berantem?" tanya Johan dengan nada curiga."Eng ... Berantem bercanda gitu, loh, Pa, maksudnya. Berantem sayang, bukan yang gimana-gimana." Lagi Atala menjelaskan sambil menatap istrinya. "Iya kan, Sayang?"Citra meringis, memaksakan senyum. "Iya, Pa ....""Bener?" Kali ini Kak Shinta bertanya memastikan seakan tak percaya. Tatapannya menyelidik penuh kecurigaan. Membuat Citra tak suka."Kalian lucu." Berbeda dengan Kak Shinta, Kak Nadia malah terlihat santai dan menganggap hubungan adiknya dan adik iparnya itu lucu, tidak terlihat curiga tentang apa pun.Atala dan Citra hanya meringis, lagi dan lagi.Selanjutnya mereka melanjutkan obrolan di ruang tamu itu. Lebih ke Atala dan Citra yang menceritakan keseharian mereka. Tentu Atala tak menceritakan keadaan yang sebenarnya. Untuk pertama kalinya rumah megah yang biasanya sepi itu terasa ramai. Citra dan Atala minta maaf karena tak menyediakan mereka makanan enak. Hanya meminta bibi menyiapkan minuman teh hangat dan camilan seder

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    18. Mimpi Buruk

    "Pantasan saja tadi pagi saya dengar suara Non Citra teriak-teriak di kamar. Rupanya mereka lagi berantem."Setelah menyelesaikan perdebatannya dengan Citra dan berakhir dengan kemenangan cewek itu, Atala langsung mendatangi para ART-nya di dapur.Tapi ternyata mereka sibuk bercengkrama di taman belakang. Karena tidak ada pekerjaan yang harus mereka kerjakan lagi. Dan Atala sempat mendengar para ART itu bergosip ria."Iya, mereka emang ndak akur. Ndak saling cinta, tapi kenapa ya mereka mau-maunya dinikahkan?""Banyak rahasia orang yang kita nggak tahu. Kalau kata saya sih kita nggak usah ikut campur. Mending kita fokus aja sama kerjaan kita jadi ART di sini. Selama mereka baik sama kita, nggak ada masalah.""Kita kan cuman cerita, bukan mau mencampuri!" ART lain seakan tak terima dengan tuduhan mencampuri itu.Atala berdeham membuat para ART itu terdiam, lalu menoleh menatap Atala dengan pandangan tak nyaman."Eh, Tuan Atala," sapa salah satu ART di sana. Wanita paruh baya yang bertub

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    19. Terciduk

    "Masuk kedokteran lewat jalur SBMPTN itu butuh skor UTBK yang tinggi loh, Sayang," ucapan Dimas waktu lalu masih membekas diingatan Citra."Kamu harus punya target yang tinggi. Di kampus aku rata-rata yang diterima di kedokteran minimal skornya 800. Untuk bisa mencapai angka itu kamu harus kuasai dua-duanya, TPS dan TKA, biar nilainya tinggi. Kalau cuman TPS aja nggak nutup. Trik menguasai TPS kan udah tahu? Udah aku ajarin tadi, dia lebih ke penalaran. Bakal mahir kalau makin banyak latihan. Tinggal kamu pelajari TKA. Pelajari ulang materi SMA dulu yang Saintek-nya.""Semangat kamu pasti bisa!"Mengingat mimpi buruk tadi malam, membuat Citra kembali bersedih. Bahkan kali ini kesedihannya berkali-kali lipat karena dia harus kembali mengingat momen itu di saat eyang kakung telah tiada.Mengingat kembali kejadian memilukan itu, membuat Citra seakan mengorek luka masa lalu. Luka yang selama ini telah dia kubur dalam-dalam, kembali menyeruak. Meninggalkan sakit yang begitu dalam seolah kej

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    20. Masalah Baru

    Terlihat Kak Shinta dan Eyang Putri sudah berdiri di depan pintu. Citra tersenyum tak nyaman menyambutnya."Eh, ada Eyang, Kak Shinta," tegur Atala kemudian berusaha menghilangkan gugupnya. Lelaki itu pun lalu teringat sesuatu dan langsung merangkul bahu Citra lagi sambil memaksakan senyum."Maaf, kami ganggu, ya." Citra bisa melihat Kak Shinta menahan senyum melihat mereka berdua. Citra tahu, Kak Shinta mungkin memikirkan yang tidak-tidak tentang dirinya dan Atala."Enggak, kok, Kak," sahut Citra kemudian. "Yang tadi itu cuman kecelakaan. Si-silakan masuk, Kak." "Iya, Kak, Eyang, silakan masuk." Atala ikutan. Citra lalu melepas tangan Atala dari bahunya dan berjalan duluan menuju sofa. Lelaki itu mengiringi dan duduk di sampingnya. Bersamaan dengan eyang putri dan kak Shinta yang juga duduk di hadapan mereka."Maaf, ya, kami datangnya mendadak. Eyang tiba-tiba kangen sama kamu, Cit," jelas Kak Shinta memulai pembicaraan.Citra hanya tersenyum masam. Dia sebenarnya tidak senang denga

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    21. Kesedihan Eyang Putri

    "Gimana, Cit? Kamu setuju?" Pertanyaan Kak Shinta membuyarkan lamunan Citra sejak tadi. "Hmm maaf, Kak." Citra lalu menatap eyang. "Maaf, Eyang. Untuk masalah itu agaknya rumit, ya. Aku belum bisa mutusin. Aku rasa aku harus diskusi sama Atala dulu. Iya kan?" Citra menatap Atala. Gadis itu memberi kode melalui matanya, meminta Atala tidak menyetujui keinginan Kak Shinta.Karena selain dia yang tak ingin bersandiwara dengan Atala setiap hari, Citra pun tahu sebenarnya alasan Kak Shinta menumpangkan eyang ke rumahnya bukan karena tidak ada yang mengurusi, tapi memang Kak Shinta tidak mau mengurusi eyang. Hingga tugas itu dibebankan kepada dirinya sebagai cucu kesayangan eyang. Dengan menerima eyang di rumah ini, itu sama saja membuat beban Kak Shinta lepas. Citra tak akan biarkan hal itu terjadi."Emmm sebenarnya nggak perlu diskusi yang gimana-gimana, sih," ucap Atala kemudian. "Aku sih setuju-setuju aja Eyang Putri tinggal di sini," tambahnya sambil melirik Citra.Citra melotot mend

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    22. Ada Eyang

    Setelah mati-matian mereka membujuk eyang putri, akhirnya orang tua itu mau tinggal di rumah itu bersama Citra dan Atala.Meskipun eyang putri sempat menolak, tapi Citra tahu, sebenarnya eyang sangat ingin tinggal di sini. Makanya pada akhirnya eyang mau dibujuk. Dan Citra mau tak mau menyiapkan diri untuk terus bersandiwara menjadi pasangan yang bahagia dengan Atala.Citra meminta Bi Rahma untuk menyiapkan kamar buat eyang, yakni di kamar tamu. "Selama ada Eyang Putri terpaksa kita tidur sekamar," ucap Citra saat dia sudah berdua di kamar dengan Atala. "Lo tidur di sofa, ya, gue tidur di kasur lo." Citra mengatur. "Kan nggak mungkin lo tega biarin gue tidur di sofa atau di lantai kan?"Atala pun mengiyakan saja. Untuk kali ini, lelaki itu tak banyak membantah. Dia pun tak ingin berdebat dengan Citra, dan eyang sampai tahu.Citra lalu melirik jam yang masih menunjukkan pukul tujuh malam, masih awal sebenarnya. Kemudian Citra melirik Atala yang duduk santai di sofa sambil main ponsel.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26

Bab terbaru

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    172. Melupakan Kesedihan

    "Aku ... aku punya kabar duka, Eyang," ucap Citra pada eyang ditelepon setelah eyang bertanya ada apa."Kabar duka apa, Nduk?" Suara Eyang terdengar cemas. "Aku ... keguguran, Eyang." Air mata Citra sontak menetes bersamaan dengan dia mengucapkan kalimat itu. Masih sedih saja hatinya mengingat ketiadaan bayinya padahal kemarin bayinya masih ada dalam kandungannya. Dadanya juga terasa sesak. "Bayiku udah nggak ada.""Ya Allah Gusti ...." Suara Eyang terdengar sedih. Dan sepertinya eyang putri menangis di seberang sana. "Ini semua ...." Citra berhenti ketika hendak mengucapkan kata-kata 'ini semua salahku, aku nggak becus jaga kandungan, aku nggak bisa jadi ibu yang baik'.Dia berhenti mengucapkannya karena ingat pesan Atala yang mengatakan seharusnya dia tak boleh menyalahi diri. "Apa, Nduk?""Enggak, Eyang. Mungkin ini semua udah takdir Allah, ya, Eyang. Eyang jangan sedih, ya. Nanti aku pasti bisa hamil lagi, kok." Citra tersenyum. Sejatinya dia tengah menghibur dirinya sendiri."

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    171. Kesedihan Citra

    Dua hari berlalu. Citra masih memikirkan kandungannya yang keguguran. Meski Atala berkali-kali mengatakan sebaiknya dia tak perlu menyalahkan dirinya. Tetap saja, Citra merasa bersalah karena kenyataannya memang begitu. Karena dia sadar jauh dalam lubuk hatinya paling dalam, dia belum siap menjadi ibu, dan Atala tak tahu itu. Tak ada yang tahu isi hatinya selain dirinya dan Tuhan. Seketika kenangan dan kejadian lalu itu pun teringat lagi. Dia ingat bagaimana selama ini dia tak begitu menginginkan bayi itu. Percakapannya dengan Bi Rahma waktu pertama kali dia tahu dia hamil pun terngiang. "Aku nggak mau hamil, Bi ...." "Kenapa Non jadi sedih? Harusnya Non bahagia kan? Kan Non sudah menikah dengan Tuan Atala. Memang sudah seharusnya Non hamil." "Tapi, Bi .... Aku belum siap. Aku belum siap mengurus anak, aku takut ...." "Non jangan pesimis begitu .... Ingat, ya, apa pun yang Allah kehendaki itulah yang terbaik. Non ingat kan dulu Non sendiri juga ndak mau menikah dengan Tuan Atala.

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    170. Rasa Bersalah Citra

    Sejak dalam perjalanan hingga sampai ke rumah, Citra hanya berdiam diri. Bahkan dia tak menyahut ketika Bi Rahma menegurnya. Bi Rahma mengalihkan pandang pada Atala yang hanya dibalas gelengan kepala. Atala membiarkan Citra masuk ke kamar. Lantas dia bicara pada Bi Rahma."Ada apa, Tuan? Kenapa Non Citra begitu sedih? Kandungannya baik-baik saja, kan?" Meski sudah tahu apa yang mungkin terjadi, Bi Rahma masih berharap yang baik-baik.Atala terdiam lama sebelum akhirnya menjawab. "Citra keguguran, Bi." Dia berterus-terang. Wajahnya tertunduk lesu. Membayangkan bagaimana dia mengatakan berita buruk ini pada keluarga yang lain, terutama papa. "Ke-keguguran, Tuan?" Bi Rahma tampak tak percaya. Atala diam saja. Dan itu cukup menjelaskan."Ya Allah ...." Bi Rahma sampai menutup mulutnya. "Kasihan Non Citra." Art itu bisa langsung membayangkan bagaimana perasaan Citra saat ini. "Non Citra sekarang pasti sedih sekali. Pantas saja tadi banyak diam.""Iya, Bi. Bi aku ke kamar dulu, ya, temeni

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    169. Musibah

    Mendengar itu, Atala spontan menoleh. Wajah lelaki itu langsung berubah melihat istrinya kesakitan sambil memegangi perut."Citra!" Dia pun berlari mendatangi istrinya itu. "Perut kamu kenapa?" tanyanya saat memegangi tubuh istrinya. Rasa kesal tadi sontak menguap entah kemana bergantikan rasa khawatir luar biasa."Perut aku sakit banget." Citra merintih. "Kita ke rumah sakit sekarang, ya?"Atala langsung membopong istrinya turun ke bawah dengan tergesa. Sebelum pergi, dia meneriaki Bi Rahma untuk memberitahu kalau dia dan Citra akan pergi ke rumah sakit.Meski sempat khawatir melihat keadaan majikannya itu, Bi Rahma menurut. "Ya Allah semoga Non Citra ndak kenapa-kenapa. Semoga kandungannya baik-baik saja," doa sang art itu dengan tulus.***Atala mondar-mandir dengan gelisah di depan ruang kebidanan. Di balik rasa khawatirnya terhadap kandungan istrinya, dia masih berharap dan berdoa kalau kandungan isrinya yang baru seumur jagung itu baik-baik saja. Begitu pintu ruang itu terbuka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    168. Salah Paham

    "Sayang, hari ini kita jalan-jalan, yuk!" ajak Citra kala dia mendapati suaminya sedang termenung di balkon lantai atas. Tapi suaminya itu hanya berdiam diri, tak bereaksi sedikit pun setelah mendengar suaranya. Seolah dia sudah bisa menebak hal itu.Citra sudah menduga semua ini. Hal yang dia takutkan akhirnya terjadi. Atala marah karena mengetahui Dimas masih meneleponnya. Begitu melihat siapa yang meneleponnya, Citra langsung bergegas ke atas menyusuli suaminya, berusaha untuk mencairkan suasana. Dia mencari suaminya itu ke sana kemari. Namun, ternyata suaminya di sini. Dan suaminya itu tak bergeming sedikitpun mendengar suaranya. Dia benar-benar marah.Tapi Citra tentu saja tak menyerah. Wanita itu menghela napas, berjalan mendekati suaminya. Mencoba memberanikan diri memeluk pinggang suaminya. Dan kali ini, Atala tak melepasnya, tapi tak juga membalas pelukannya. Citra pun melepas pelukannya. "Kamu marah, ya, sama aku? Kenapa?" Dia mulai bertanya.Citra tak ingin masalah ini be

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    167. Kekhawatiran yang Terjadi

    Hari-hari terus berlalu, kehidupan Citra dan Atala berjalan bahagia seperti biasanya. Meski kadang kala Atala merasa beban yang ditanggungnya terasa berat, dia tetap kuat. Karena dia bersama Citra. Kebahagiaan Citra adalah kebahagiaannya juga. Maka dia akan berusaha melakukan apa pun untuk kebahagiaan istrinya itu.Hari itu hari Minggu. Atala tentu saja tak ke kampus. Dan dia punya banyak waktu luang untuk istrinya. Sebenarnya Atala bisa mengajak Citra jalan-jalan. Namun, mengingat istrinya yang hamil dan harus lebih menjaga kandungan, mereka memilih diam di rumah saja. Lagipula bagi seorang Atala tak masalah dia diam di rumah, asal bersama sang istri tercinta.Citra sedang mandi di toilet yang ada di kamarnya saat Atala hanya rebahan di kasurnya.Pria itu nyaris jatuh tertidur ketika dia mendengar bunyi dering ponsel khas milik istrinya.Atala pun seketika terjaga. "Sayang, ponsel kamu bunyi tuh? Angkat, dong," racaunya setengah sadar. Hening, tak ada sahutan dari Citra. Dan ponsel

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    166. Bucinku

    Sejak hari itu, Citra jadi lebih kalem. Dia lebih serius mendengarkan apa kata suaminya. Dia makan dan minum vitamin secara teratur. Setelah makan dan minum dia rebahan, sesekali sambil main ponsel.Beberapa hari belakangan ini, Dimas tak ada menghubunginya lagi, entah itu sekadar chat atau telepon. Membuatnya sedikit lega. Kata dokter, selama masa kehamilan, sebisa mungkin Citra tak boleh banyak pikiran. Apalagi memikirkan hal yang tidak penting. Ya, Citra bisa untuk sedikit tenang dan tidak memikirkan apa pun dulu, kecuali ... masalah Dimas itu. Citra mungkin baru akan berhenti memikirkannya jika dia sudah bercerita pada suaminya. Tapi ... Citra belum berani cerita sekarang. Citra memijit pelipisnya yang tiba-tiba pusing. Peringatan Atala tempo hari yang terdengar begitu tegas kembali membayangi."Aku serius kali ini, Sayang. Aku mau mulai sekarang kamu lebih menjaga kandunganmu. Kamu harus lebih dengarkan aku. Kalau sekali aja aku dengar kabar buruk dari kamu dan itu karena ka

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    165. Ketegasan Atala

    "Bi Rahma! Bi Rahma!" Atala mendengar suara Citra dari luar tepat saat lelaki itu berdiri di depan pintu kamarnya. Sebelum Bi Rahma datang memenuhi panggilan, Atala lebih dulu membuka pintu kamar tersebut. Dia mendapati istrinya duduk di atas kasur sambil berteriak. Dan istrinya itu langsung terdiam begitu melihat dirinya. "Ada apa teriak-teriak? Kamu butuh apa?" tanya Atala seraya berjalan mendekat. Citra menghela napas lega. "Kenapa, Sayang? Kamu mau makan?" tanya Atala lagi ketika jarak mereka sudah sangat dekat. "Atala." Citra malah memanggilnya dan memegangi tangannya. "Iya ada apa, Sayangku?" Atala mengecup tangan istrinya yang tampak memelas. "Kamu udah pulang?" "Udah barusan." Melihat suaminya ad di depan mata, Citra mengangguk lega. "Kenapa? Kamu manggil Bi Rahma ada apa?" tanya Atala lagi. "Enggak, aku cuman nyariin kamu tadi. Soalnya Bi Rahma bilang sebentar lagi kamu pulang, tapi kamu malah nggak pulang-pulang." Atala menyengir lebar mende

  • Pengantin Remaja: Dijodohkan dengan Pewaris Tahta    164. Kegelisahan Citra (2)

    "Bi Rahma! Bi Rahma!" Begitu tiba di rumah sahabatnya itu, Bi Rahma orang pertama yang Tasya panggil, karena dia tahu Atala sedang tak ada di rumah. Tanpa menunggu lama, Bi Rahma pun keluar dengan wajah paniknya. Beliau yang sudah mengenal Tasya pun bertanya ada apa? "Citra pingsan, Bi, Citra di dalam mobil," beritahu Tasya. "Aku nggak kuat angkatnya sendiri, Bi." Bi Rahma yang mengerti pun langsung tahu apa yang harus dia lakukan. Singkat cerita, Bi Rahma dan Tasya membopong Citra membawanya sampai ke kamar. Bi Rahma bahkan menyelimuti tubuh majikannya itu. "Kenapa Non Citra bisa pingsan?" tanya Bi Rahma pada Tasya yang terdiam. *** Bi Rahma duduk menunggu Citra. Cukup lama wanita itu pingsan sampai akhirnya dia siuman juga. Dan membuat Bi Rahma merasa lega. "Alhamdulillah, Non Citra sudah sadar." Citra hanya melirik Bi Rahma di sampingnya. "Apa yang Non rasakan sekarang? Perutnya masih sakit?" Citra hanya menggeleng. "Non Citra kenapa tadi bisa pingsan?

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status