All Chapters of Benih Rahasia Untuk Sang Dosen: Chapter 41 - Chapter 50

54 Chapters

Bab 41 — KERJA NGGAK BECUS!

"Kalau jalan bisa nggak pakai mata?" hardik Ghazlan setengah kesal. Tidak seperti sebelumnya, dia sama sekali tidak memeluk Kiana melainkan hanya menyentuh bagian lengan wanita itu. "Maaf, Pak," ucap Kiana. Dia menilik ada kemarahan dalam mata pria itu. "Bapak marah?""Tidak! Saya tidak pernah marah!""Kalau begitu kenapa bapak harus bicara keras-keras pada saya?""Siapa? Saya?" ucap Ghazlan geram. "Iya, siapa lagi? Sejak dari kampus, bapak tiba-tiba marah. Apa salah saya?" tanya Kiana to the point. Dia lebih suka Ghazlan memarahinya ketimbang menyimpan kemarahannya.Ghazlan membuang napas lumayan keras, "Sudahlah. Kamu sedang apa di sini?""Melihat kebun bunga yang dipindahkan ke belakang rumah saya," tukas Kiana. Ingatannya baru kembali ketika melihat sikap Ghazlan. "Terimakasih karena bapak memperhatikan saya.""Yang memperhatikan kamu siapa? Saya hanya memindahkan sesuatu yang terbuang percuma. Dari pada Glade membuangnya ke tempat sampah, ada baiknya saya pergunakan bunga-bunga
Read more

Bab 42 — Bu Kia Yang Minta Disingkirkan!

Glade hanya melihat Kiana dari satu arah, bersedekap dengan ekspresi datar yang lebih diartikan marah dalam diam. "Taman kamu?" ulangnya. Kiana langsung terdiam, "Bukan begitu, Mbak. Kata Pak Ghazlan, bunga-bunga ini boleh saya rawat."Glade mulai berjalan. Pekerja yang menghentikan pekerjaannya masih menunggu perintah darinya. "Lanjutkan!"Glade mengisyaratkan Kiana untuk mengikutinya. Mereka berhenti di teras depan rumah Kiana dengan Glade bersikap layaknya bos besar. "Taman kamu?" ulang Glade untuk ketiga kalinya."Mbak," ucapan Kiana terpotong karena Glade menggeleng padanya."Semua yang ada di rumah ini milik saya. Kamu tidak berhak memilikinya. Pakaian yang sekarang kamu pakai juga milik saya. Kenapa kamu semakin menginginkan sesuatu yang tidak seharusnya menjadi milik kamu?" sentak Glade. Kiana tidak berani menyangkal karena Glade selalu benar. "Maaf, Mbak. Saya bukannya ingin mengambil apa yang menjadi milik mbak tapi saya mengambil apa yang mbak Glade buang. Kalau memang m
Read more

Bab 43 — Apa Yang Terjadi?

Ghazlan meragukan alasan kenapa Kiana harus menyingkirkan ayunan yang dia tahu Kiana sangat menyukainya. "Maaf sebelumnya, Tuan. Kalau Tuan ingin bertemu dengan Bu Kia, Bu Kia sedang tidak ingin diganggu," ucap Anita mendahului Ghazlan. Ghazlan tidak mengatakan apa-apa. "Tolong kembalikan ini ke tempatnya!""Tapi, Tuan, Bu Kia bilang kalau..,""Ini milik siapa? Saya kan?"Kalau sudah ditanya milik siapa, Anita tidak bisa membalas lagi. "Baik, Tuan." Anita lalu meminta para pria itu untuk mengembalikan ayunan tersebut ke tempatnya. Apa yang harus dia katakan pada majikannya?°°°Ghazlan tidak bisa berkonsentrasi dengan benar sejak menyibukkan diri di ruangannya. Keinginannya untuk bertanya pada Kiana harus ditekan habis-habisan karena dia tidak mau membuat wanita itu dalam masalah. Ghazlan sempat melihat siluet tubuh wanita itu di dalam rumahnya tapi dia tidak berniat untuk menghampiri. Sekarang dia menyesal kenapa dia tidak bertanya tadi. Ghazlan memutar kursinya, lebih tepatnya d
Read more

Bab 44 — Kiana Merasakan Remasan Pelan

Ghazlan marah, jelas karena Anita berusaha menyembunyikan kenyataan bahwa Kiana sedang tidak baik-baik saja. Jika dia tidak berada di sekitar sana, mungkin dia tidak akan mendengar teriakan asisten rumah tangganya itu. "Panggil dokter!" titah Ghazlan. Dia membopong Kiana untuk berbaring di ranjangnya dan melingkupi tubuhnya dengan selimut. "Dokter yang mana, Tuan?"Ghazlan ingin mengumpat pada Anita karena tidak tahu apa-apa, tapi dia menahan diri karena Anita juga tidak mengerti siapa dokter kandungan Kiana. "Biar saya yang telepon! Kamu beresin kekacauan ini dan obati luka kamu!""Baik, Tuan," ucap Anita ketakutan. Ghazlan tidak pernah marah tapi kalau sekalinya marah bisa membuat orang rumah takut. Karakter orang diam jauh lebih menakutkan dari pada orang yang banyak bicara. Tanpa ingin bertanya lebih jauh lagi, Anita segera mengambil alat-alat kebersihannya. Setelah membereskan pecahan-pecahan mangkuk tersebut, dia baru akan mengobati lukanya. Dia melihat Ghazlan menghubungi se
Read more

Bab 45 — Tidak Bisa Hamil Karena Sering Pergi ke Club?

"Lalu ... kamu ingin saya bagaimana?" tanya Ghazlan pelan. Kiana salah, pria itu tidak berusaha untuk melakukan lebih karena remasan tangan itu sudah beralih ke sisi yang lain. Washlap basah itu diletakkan ke dalam wadah, lalu Ghazlan menatap lurus ke arah Kiana. "Kamu berharap saya memberikan perhatian lebih? Maaf, Kiana! Saya tidak bisa!""Saya tidak menginginkan apapun, Pak. Saya hanya ingin mengakhiri perjanjian ini dengan tenang. Biarkan saya bertindak sesuai dengan keinginan saya," ucap Kiana akhirnya. Dia meyakinkan Ghazlan bahwa dia akan menjaga sikap.Sebelum Ghazlan menjawab, Saras datang dengan beberapa perlengkapan yang perlu dia lakukan pada Kiana, termasuk memasang selang infus. Ghazlan menyingkir dan memilih untuk menunggu Kiana di depan kamarnya. Setelah Saras keluar, barulah Ghazlan mengintip Kiana dari tempatnya."Kita bicara di depan, Dok," ucap Ghazlan sembari memandu Saras untuk keluar dari rumah itu. "Maaf karena saya mengganggu dokter Saras malam-malam begini."
Read more

Bab 46 — Aaaaa!

"Saya tidak tahu pasti, Bu Kia. Masalah kehamilan tidak pernah dibicarakan oleh Nyonya. Saya pernah mendengar sekali bahwa kandungan Nyonya bermasalah. Hanya saja yang bermasalah yang mana saya juga tidak tahu," jelas Anita. Dia mulai bisa terbuka dengan Kiana karena mereka sudah seperti keluarga. Setiap hari bertemu mempersempit jarak di antara mereka.Kiana tersenyum simpul, "Terimakasih, Mbak.""Untuk apa, Bu Kia?""Mbak Anita jadi terbuka dengan saya. Padahal kalau dulu, Mbak Anita mana mungkin bicara jujur?" ucap Kiana mengakui. Dia senang dengan semua perubahan yang ada.Anita mengakuinya. "Jadi ... Bu Kia semakin suka sama saya?""Tentu saja. Siapa lagi di rumah ini yang bisa saya sukai?""Kalau dengan pak Ghazlan gimana?" canda Anita. Dia hanya bergurau, sungguh.Kiana mengangkat bahunya, "Suka ... sebagai teman?"Anita menyangkal, "Laki-laki dan wanita nggak pernah bisa jadi teman, Bu Kia.""Kalau begitu saya cabut deh ucapan saya. Saya nggak suka kalau begitu," kata Kiana de
Read more

Bab 47 — Cup!

"Ngapain teriak?""Saya kira bapak hantu," ucap Kiana dengan suara sumbang. Air matanya mengering dengan cepat karena angin menerpa wajahnya. Baguslah! Dia tidak perlu mendengar pertanyaan Ghazlan.Ghazlan setengah kesal menghampiri Kiana. "Hantu mana bisa menapak tanah?"Kiana menyunggingkan senyum tipis. "Memang.""Kalau takut hantu kenapa kamu bisa ada di sini malam-malam begini? Menangis lagi. Ada apa? Masih sakit?" tanya Ghazlan dengan curiga. Kiana spontan menggeleng. "Saya tidak sakit, Pak. Saya juga nggak menangis. Tadi itu ketiup angin makanya berair. Kalau saya bisa ada di sini karena saya tidak bisa tidur.""Duduklah!" Sebelum Kiana menolak, Ghazlan lebih dulu menarik wanita itu untuk mendaratkan pantatnya di atas ayunan yang sudah dia kembalikan ke tempatnya. Dia sendiri ikut duduk meskipun Kiana meliriknya dengan kening terlipat."Boleh duduk kan?" tanya Ghazlan, hanya iseng."Bapak sudah duduk kenapa masih bertanya?""Jangan sampai saya duduk kamu langsung berdiri!" Gha
Read more

Bab 48 - Kamu Gila!

Tidak! Kiana yakin jantungnya masih baik-baik saja. Tolong, wanita itu tidak bisa bernapas dengan benar! Kecupan apa itu?"Hei," ucap Ghazlan sembari menggerakkan tangannya di depan mata Kiana. "Ngapain bengong?"Pria yang mencium Kiana meskipun hanya ujung telapak tangan tampaknya tidak merasa bersalah sama sekali. "Cinderella kan sering dicium begitu.""I-iya sih, Pak. Tapi kan..," Kiana gelagapan."Saya hanya bercanda," ucap Ghazlan. Dia menyeringai jahil. "Kelihatan sekali kalau kamu belum pernah pacaran atau dicium pasangan kamu."Kiana menggaruk kepalanya dengan setengah kesal. Padahal dia sudah kebawa perasaan. "Belum. Saya masih polos, Pak.""Saya tahu. Terlihat di muka kamu," tukas Ghazlan sembari menerawang. "Karena kamu saya jadi lupa kalau saya ada masalah dengan Glade."Kiana langsung menoleh, "Bapak dan mbak Glade bertengkar?""Begitulah.""Karena saya?"Ghazlan lagi-lagi tertawa. "Kamu kira kamu sepenting itu? Kami punya masalah lain selain kamu, Kiana. Jadi kamu nggak
Read more

Bab 49 — Kita Nonton Film Di Bioskop!

"Aku masih waras, Mas. Aku hanya minta ijin sama kamu sebagai formalitas. Kalau kamu nggak ngijinin juga nggak masalah. Aku tetap akan pergi," tantang Glade. Ghazlan menekan kepalanya sekuat tenaga berharap dia bisa meredakan sakit kepalanya. "Pergilah!""Benarkah?" tanya Glade dengan ceria. Ghazlan membuang muka. "Bukannya kamu tetap akan pergi meskipun aku melarang?""Benar juga. Terimakasih ya, Mas. Aku janji nggak akan pulang pagi," tukas Glade dengan senyum merekah. Dia pergi begitu saja setelah mencium bibir suaminya.Ghazlan terduduk di ranjangnya. Setelah orangtuanya menekan Glade untuk bersikap baik dan menjauhi kegiatan yang tidak penting di luar rumah, Glade sudah sepenuhnya berubah. Tapi entah kenapa setelah Kiana datang dengan kabar baik, Glade malah bersikap semakin berani. Ghazlan tahu kalau Glade tidak lagi punya beban, tapi bukan berarti wanita itu bisa seenaknya.°°°Ghazlan baru memejamkan mata selama dua jam tapi ponselnya sudah berdering nyaring sekali. Pria it
Read more

Bab 50 — Menginap Di Hotel

"Mas!" tegur Glade. Dia lalu mendelik pada Kiana untuk menolak ajakan suaminya. Ghazlan mengacuhkan istrinya dan memilih untuk menunggu jawaban dari Kiana. "Tolong, jawab iya!"Kiana menoleh pada Glade lalu beralih pada Ghazlan. Dia bingung. "Saya..,""Kiana!" sentak Glade yang melihat tanda-tanda Kiana ingin mengiyakan."Ini nggak ada sangkut pautnya sama kamu, Glade. Aku hanya mengajak Kiana," ucap Ghazlan sengaja menekankan bahwa dia harus membuat Kiana nyaman. "Aku ikut!""Siapa yang mengajak kamu? Bukannya Kamu lebih suka bermain sama teman kamu di club? Kali ini aku nggak akan melarang! Pergilah!" tegas Ghazlan. Dia menghela napas panjang sebelum akhirnya menegaskan pada Kiana. "Saya tidak butuh jawaban kamu, Kiana! Cepatlah ganti baju!"Kiana tidak bisa mengatakan tidak pada Ghazlan. Dia akhirnya mengangguk dan kembali ke rumahnya. Niat hatinya untuk mencari kesibukan harus terkalahkan dengan permintaan Ghazlan. Lima belas kemudian, Kiana muncul dengan dress di bawah lutut y
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status