All Chapters of Benih Rahasia Untuk Sang Dosen: Chapter 21 - Chapter 30

54 Chapters

Bab 21 - Ini Saya!

"Nanti kalau Mbak Glade melihatnya, saya lagi yang kena marah, Pak," tukas Kiana. Sejujurnya dia senang mendapat perhatian dari Ghazlan tapi kemarahan Glade lebih menakutkan."Kamu nggak mau cuci muka? Saya bawakan sarapan," ucap Ghazlan sembari memperlihatkan bungkus plastik di tangannya. "Oh, iya. Terimakasih atas makanannya, Pak. Saya akan menghabiskannya," ucap Kiana yang tanpa basa-basi merebut bungkusan tersebut dari tangan Ghazlan. Tak lupa dia juga menutup pintu bermaksud mengusir pria itu. Di luar sana, Ghazlan yang bisa geleng-geleng kepala. "Padahal aku mau melihatnya makan."Kiana tidak bisa mendengar gumaman tersebut. Dia memilih untuk meletakkan bungkusannya di atas meja makan sementara dia kembali ke kamarnya. Namun, baru melangkah ke pintu kamar, mualnya tiba-tiba datang. Kiana bergegas ke kamar mandi untuk menumpahkan isi perutnya. Sayangnya tidak ada yang keluar. Wanita itu terdiam cukup lama di depan wastafel dengan keringat lumayan deras. "Ternyata hamil itu ng
Read more

Bab 22 — Tidur Di Luar!

"Pak Ghazlan?" gumam Kiana. Ghazlan memberi isyarat untuk diam. Telunjuknya mengarah pada Anita yang berjalan mondar-mandir mencari Kiana. Kiana menyadari posisinya, sungguh. Tapi kenapa seolah Ghazlan memberikan kesempatan untuknya berpikir macam-macam? "Tapi kenapa kita harus sembunyi, Pak?"Mereka bersembunyi di balik dinding rumah Kiana, menenggelamkan diri di antara pot-pot bunga kecil yang sama sekali tidak bisa menghilangkan jejak mereka. "Iseng saja," ucap Ghazlan santai. Dia menyeringai kecil, benar-benar ciri khasnya yang tidak bisa diubah. Kiana baru mengetahui bahwa Ghazlan bisa seceria itu. Padahal waktu bertemu pertama kali, kesan yang didapat Kiana adalah muka serius yang tidak sembarang orang bisa menyentuhnya. Tapi sekarang, Ghazlan seolah mudah ditebak.Suara Anita terdengar menjauh. Ghazlan mundur beberapa langkah untuk memberikan ruang pada Kiana. Kiana bergerak dengan kikuk. "Kita mau ngapain, Pak?""Nggak ngapa-ngapain. Jalan-jalan ada di sini. Kamu udah per
Read more

Bab 23 — JANGAN, TUAN! NYONYA BISA MARAH!

"Apa perlu kita bawa ke dokter?""Bawa saja, Mas. Nanti kalau ada apa-apa gimana dengan bayinya?" "Telepon saja dokter Saras, Glade.""Nggak usah dekat-dekat, Mas. Ingat, aku sedang marah sama kamu.""Ya Tuhan, kamu masih membahas masalah kemarin?"Samar-samar Kiana mendengar percakapan antara Glade dan Ghazlan. Wanita itu membuka matanya, agak berat entah kenapa. "Kiana, kamu sudah sadar?" tanya Glade yang langsung mencondongkan tubuhnya ke arah Kiana. Begitu dia mendapat kabar dari Anita bahwa Kiana pingsan, seketika dia berlari ke rumah belakang. Melihat kerumunan para asisten rumah tangganya, Glade merasakan dunianya runtuh. Dia sangat berharap kehamilan Kiana bisa berhasil agar tidak ada lagi pembicaraan masalah kehamilan di rumah mertuanya. "Saya nggak apa-apa, Mbak," ucap Kiana sebelum Glade menanyakan kondisinya. Helaan nafas lega terdengar dari mulut Glade. "Kenapa kamu bisa pingsan? Sebaiknya kita pergi ke dokter supaya kita tahu apa yang terjadi.""Nggak perlu, Mbak. S
Read more

Bab 24 — Suami Bu Kiana?

Ghazlan menoleh dengan sengit, "Apa saya nggak boleh membawanya ke rumah sakit?"Anita mengerjap kebingungan. Dia tidak bisa melihat niat baik Ghazlan karena sikap Ghazlan yang terlalu bertolakbelakang. "Tuan mau menggendong Bu Kia?""Lalu saya harus melemparnya?" sengit Ghazlan. Dia berdiri dengan kedua lengan memeluk Kiana. "Siapkan mobil!""Ba-baik, Pak," ucap Anita gelagapan. Dia berlari ke bangunan depan untuk mencari supir Ghazlan yang seharusnya sudah bersiap. Dia mendapati pria berpakaian serba hitam tersebut berdiri di samping mobilnya. "Buka pintunya!" tegur Anita. Butuh dua detik untuk pria itu menyadari perintah tersebut. Dia membuka pintu segera setelah melihat Ghazlan yang sedang memeluk Kiana setengah Kiana berlari. Anita membantu Ghazlan untuk memposisikan kepala Kiana, lalu dia sendiri keluar dari pintu samping. Asisten rumah tangga keluarga Ghazlan itu menunggu sampai kendaraan berwarna putih metalik tersebut menghilang dari pandangannya."Semoga tidak ada sesuatu
Read more

Bab 25 — Sekarang Kamu Mau Baikan atau Aku Tidur Di luar?

"Kamu sudah berani, Mas?" hardik Glade sembari berjalan mendahului suaminya. Wanita itu berjalan menyusuri pintu ICU dan beralih ke jalanan depan gedung bertingkat tersebut. Tatapan marahnya sudah berada di ujung tanduk dan sudah siap dimuntahkan pada suaminya. Ghazlan menghela napas lelah, "Pembahasan ini sudah beberapa kali kamu ajukan. Jawabanku akan tetap sama. Aku hanya memenuhi semua kewajiban karena kamu yang menyuruhku, Glade. Aku nggak mungkin bilang kalau Kiana asisten rumah tangga seperti yang kamu bilang pada mamaku. Aku juga nggak mungkin bilang kalau dia bukan siapa-siapaku. Dokter bisa mencurigaiku sebagai pria aneh yang membawa wanita asing yang sedang hamil ke rumah sakit.""Kamu bisa bilang kalau dia saudara kamu kan?" sindir Glade geram."Iya kalau dia memang saudara. Kenyataannya dia istri siriku. Kamu serius mau bertengkar di sini? Ada banyak orang yang melihat kita!" tukas Ghazlan setengah menekannya.Glade mendengus sebal. Dia memang melihat beberapa orang sed
Read more

Bab 26 — Mau Kemana, Mas?

"TIDUR DI LUAR!" teriak Glade. Dia berniat menggoda tapi dia juga bersungguh-sungguh. Ghazlan berpura-pura merengut. "Kamu yakin?""Banget!""Baiklah. Aku tidur di kamar tamu. Kalau kamu butuh aku, aku ada di sana," ucap Ghazlan. Dia mengedipkan matanya untuk memberikan sentuhan terakhir. Dialihkan tubuh istrinya untuk menjauh darinya. Glade menolak untuk melihat suaminya. Meskipun dia ingin sekali menahan tapi dia bertekad untuk tidak melakukannya sebagai pembalasan. °°°"Kamu ada masalah sama istrimu?" tanya Silvina yang entah kenapa pagi-pagi sudah datang ke rumah Ghazlan dan tidak sengaja melihat pria itu keluar dari kamar tamu. "Em, biasalah, Ma. Namanya juga suami istri. Kalau nggak bertengkar ya pasti berselisih paham. Tapi kami baik-baik saja," tukas Ghazlan sembari menyesap kopinya. Silvina mengekorinya sampai ke dapur padahal Ghazlan hanya ingin mengambil kopi buatan asisten rumah tangga mereka. Mereka akhirnya duduk di meja bar, saling berhadapan. "Mama juga tahu kala
Read more

Bab 27 — Mas!

"Terserah," sahut Ghazlan. "Selama ini yang punya ide juga kamu bukannya aku, Glade. Jadi kamu juga harus bertanggungjawab." Ghazlan membuka pintu kamar dan menutupnya tanpa bicara lagi. Sementara istrinya meraung sejadi-jadinya tanpa suara. "Salahku juga," sesalnya. °°° Di luar pintu, Ghazlan masih berdiri di sana. "Memang. Harusnya kamu lebih baik sama aku, Sayang. Rasakan pembalasanku!" Pria itu tertawa tanpa suara. Jadi yang dilakukannya tadi hanya akting? Tentu saja. Ghazlan tidak sesensitif itu. °°° Kalau Silvina sudah tahu tentang kehamilan Glade, pasti orangtua Glade akan mengetahuinya juga. Sebelum Glade menjelaskan, wanita paruh baya itu sudah marah-marah karena tidak diberitahu lebih dulu. "Kalau mama berisik nanti cucu mama kesal," tukas Glade. [Habisnya kamu nggak mau cerita. Kapan kamu tes kehamilannya?] "Semalam, Ma." [Langsung garis dua tebal?] "Iyalah. Kalau satu garis mamanya negatif dong, Ma." [Coba kirim foto testpack kamu. Mama mau li
Read more

BAB 28 — Mbak Kan Nggak Tahu Rasanya Hamil!

"Nggak apa-apa, Sayang. Kiana juga bukan orang lain," ucap Ghazlan dengan santai. Glade ingin sekali mengumpat pada suaminya. Dari awal dia sudah menekankan pada Kiana untuk tidak menginjak rumah utama sekalipun terdesak. Ghazlan juga sudah menyetujuinya termasuk Kiana. Tapi siapa sangka jika suaminya justru mengiyakan. "Mas," tekan Glade sekali lagi. Manik matanya menyiratkan protes."Kenapa kamu, Glade? Asisten rumah tangga mau masuk kok nggak boleh," sela Silvina."Bukannya begitu, Ma. Hanya saja kamar Kiana bukan di sini," elak Glade. Dia mencari cara agar Kiana tidak masuk ke dalam rumahnya. Harus ada batasan antara istri sah dan juga istri siri.Silvina kebingungan. Dia menunggu jawaban dari menantunya."Di belakang, Nyonya besar," ucap Anita akhirnya. "Nyonya Glade sudah membuatkan rumah untuk kami di belakang jadi Nyonya dan Tuan lebih punya privasi."Benar begitu, Glade?" tanya Silvina pada menantunya.Glade mengangguk setuju. Dia buru-buru menambahkan, "Soal Kiana biar aku
Read more

Bab 29 — Perbaikilah Sikap Kamu!

Kiana tidak merasa dirinya keterlaluan tapi Ghazlan seolah tertampar dengan ucapannya. Pria itu mengusap lengan istrinya berharap ketenangan, namun Glade menepisnya. Wanita itu justru mendelik sengit. "Pergilah!" usir Glade tanpa memandang Kiana. Kiana membalikkan tubuhnya lalu pergi. Apalagi yang dia harapkan kalau memang dia tidak ingin makan sesuatu? Anita dilema. Dia ingin mengejar Kiana untuk meminta maaf pada Glade, tapi dia takut kalau Glade salah mempersepsikan ucapannya. Tiga orang pelayan yang melayani mereka hanya saling melirik. Mereka pasti akan membicarakan di belakang majikannya karena semua penghuni rumah itu sudah tahu apa hubungan di antara majikannya dan juga Kiana. Yang paling mengejutkan tentu saja bentakan tersebut. Tidak ada yang berani membentak Glade. Menolak perintahnya saja sudah bisa diartikan cari masalah. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Ghazlan.Glade mendengus sebal, "Bagimu aku nggak apa-apa, Mas?""Bukan begitu maksudku, Glade."Glade yang awalnya sud
Read more

Bab 30 — Sudah Dua Hari Tuan Belum Pulang

Kiana merasakan sesak di hatinya. Bukannya secara tidak langsung Kiana sedang diperingatkan untuk bersikap baik? "Iya, Pak," ucap Kiana pelan. Kepalanya tertunduk, menatap sandal rumah yang dia pakai. Warnanya tidak menarik tapi dia yakin sepasang sandal tersebut jauh lebih menarik dari pada ucapan Ghazlan.Tunggu! Bukannya Kiana ingin meminta maaf pada Glade tadi? Kemana perginya rasa bersalah itu?"Kembalilah dulu! Saya menyusul setelahnya," ucap Ghazlan lagi. Pria itu mulai memperhatikan Kiana yang bersikap malas untuk bangkit. Dia hanya melihat dan tidak melakukan apapun sampai akhirnya Kiana agak terseok karena sandalnya terlepas.Ghazlan refleks menahan tubuh Kiana dengan memeluk perutnya. Hanya seringan kapas karena Ghazlan takut melukai calon bayi mereka. "Maaf, saya hanya spontan," ucap Ghazlan sembari melepaskan pelukannya.Kiana terpaku. Apakah ini? Kenapa dia gugup? Kenapa jantungnya bergemuruh hebat? Apakah ini pertanda ada sesuatu?Sentuhan fisik yang secara langsung
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status