Home / Pernikahan / Benih Rahasia Untuk Sang Dosen / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Benih Rahasia Untuk Sang Dosen: Chapter 61 - Chapter 70

93 Chapters

Bab 61 — Saya Hanya Ingin Liburan Berdua

"Maksudnya saya dan Pak Ghazlan, Mbak?" tanya Kiana bingung. Apa dia boleh senang mendengar permintaan Ghazlan? "Bukan cuma Bu Kia dan Tuan Ghazlan tapi saya juga. Nanti kalau hanya berdua malah timbul fitnah," jelas Anita yang gemas melihat reaksi kebingungan majikannya. Pasti majikannya berharap akan pergi berdua dengan suami bos besarnya. Kiana mulai mengaduk cangkirnya sebagai tanda bahwa dia malu sudah berpikir yang bukan-bukan. "Maksudnya kenapa Mbak Glade nggak ikut? Oh, ya, lagi ke Los Angeles ya? Ya apa boleh buat. Kita harus tetap ikut karena kita bukan yang menentukan kan? Sebagai bawahan tetap harus menurut. Bukan begitu, Mbak?"Anita tersenyum geli melihat sikap Kiana yang menunjukkan kebahagiaan tapi diselubungkan dengan sikap acuh tak acuh. Dia mengangguk untuk mengambil hati majikannya yang sedang girang. "Iya, Bu Kia. Saya sih tinggal mengikuti aturan Tuan. Paling nanti Nyonya juga menyusul kalau sudah pulang."Kalimat terakhir Anita membuat Glade mendengus pelan. "
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Bab 62 — Bapak Mau Mengajari Saya?

Pipi Kiana langsung merona mendengarnya. "Benarkah, Pak? Alasannya?"Ghazlan tersenyum penuh misteri, "Karena kamu butuh ketenangan. Setahu saya kalau wanita hamil sering uring-uringan padahal nggak ada yang terjadi.""Memang," jawab Kiana pelan. Hatinya benar-benar melambung mendengar penuturan Ghazlan. Seperhatian itu Ghazlan padanya? Padahal dia dan Glade selalu berperang dingin tapi Ghazlan masih mencoba untuk bersikap netral.Tapi ...Jantung Kiana hampir berhenti berdetak begitu membayangkan bagaimana Ghazlan dan Glade saling berperang keluh. Bahkan desahan Glade masih terngiang di telinganya. Kiana tahu dia tidak boleh cemburu pada keharmonisan rumah tangga mereka tapi Kiana juga ingin merasakan nikmatnya berbagi ranjang. Astaga! Kiana menepuk kepalanya karena mencoba memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi. Berbagi ranjang? Berbagi ciuman saja mustahil bagaimana kalau mereka sampai saling mengalirkan peluh? Ya Tuhan, Kiana! Sadarlah! Kamu bukan siapa-siapa Ghazlan. Setela
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Bab 63 — Saya Akan Temani Kamu Tidur, Kia!

"Kenapa malah diem?" tanya Ghazlan gemas. Dia menarik Kiana untuk turun ke kolam renang secara perlahan, berusaha untuk lebih hati-hati agar tidak menyakiti perut wanita itu. "Yakin nggak bisa berenang?"Kiana memamerkan giginya, malu karena ketahuan berbohong. "Bisa sih, Pak. Tapi saya belum coba kalau sedang hamil begini.""Jujur saya juga tidak tahu apakah ada prosedur khusus untuk wanita hamil. Tapi kita coba saja. Maksud saya, kamu coba saja pelan-pelan. Kalau memang nggak sanggup ya sudah," jelas Ghazlan. Tangannya masih memegang erat lengan Kiana seakan takut wanita itu terjatuh. "Kalau dipegang terus kapan saya bisa berenangnya, Pak?" canda Kiana sembari melirik lengannya.Ghazlan terkekeh geli melihat tingkahnya sendiri. Dia lalu melepaskan pegangannya dan mulai menjauh dari Kiana. Wanita itu terlihat malu-malu untuk memulai langkah apalagi dengan perut sebesar itu. "Saya mau lihat ponsel dulu ya?" ucap Ghazlan sembari keluar dari kolam renang yang tampak transparan jika di
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 64 — SIALAN! BRENGSEK!

"Iya, ini saya," ucap Ghazlan sambil mengarahkan senternya ke arah mukanya. "Boleh saya tidur di sini?"Ghazlan mengubah arah senternya hingga menyorot muka Kiana. Dia penasaran bagaimana wajah terkejut Kiana ketika mendengar ucapannya tadi. Kedua mata Kiana membulat sebesar kelereng. Dia juga menutup mulutnya dengan telapak tangan sebagai tanda bahwa dia terkejut dengan permintaan Ghazlan. "Boleh?" ulang Ghazlan. Kiana sontak langsung menggeleng. "Bukannya nggak boleh, Pak, tapi bukannya dalam perjanjian kita tidak diperbolehkan melakukan kontak fisik?""Lalu ciuman itu?" goda Ghazlan. Dia mengambil ponsel Kiana dari lantai lalu memberikannya pada pemiliknya. "Kalau nggak ada perjanjian berarti kamu memperbolehkan saya tidur sama kamu?"Haruskah Ghazlan mengatakan kata terlarang itu? Bagi Kiana kata tidur bersama adalah simbol kemesraan yang tidak mungkin dia dapatkan semudah itu. Entah kenapa perubahan sikap Ghazlan yang drastis membuat dia semakin cemas. Klip!Lampu tiba-tiba m
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

Bab 65 — Gimana Rasanya Menikmati Daun Muda?

Anita menjadi saksi hidup perjuangan Ghazlan membawa Kiana ke klinik kesehatan terdekat. Ghazlan menyetop kendaraan yang melewati mereka dan meminta belas kasihan untuk diberikan tumpangan. Mencari taksi di area itu juga tidak ada gunanya. Ghazlan tidak mau mengambil resiko dengan membiarkan Kiana luntang-lantung di jalanan tidak jelas. Dengan bantuan Anita, mereka akhirnya berhasil membawa Kiana ke klinik kesehatan yang lumayan besar di daerah itu. "Minta kontak yang bisa dihubungi, Mbak, tolong!" pinta Ghazlan sebelum dia meninggalkan sang pemilik mobil untuk bergegas membawa Kiana masuk. Dengan teriakan yang membuat seantero IGD melihat ke arah mereka, Ghazlan meminta perawat menyiapkan brankar. Setelah membaringkan istrinya, dia ikut membawanya ke ranjang yang telah disediakan. "Istri saya sedang hamil, Dok. Tolong periksa dulu kondisi bayinya," pinta Ghazlan pada wanita yang berpakaian serba putih itu."Iya, Pak. Tolong tunggu di ruang tunggu dulu," kata dokter.Ghazlan mengg
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

Bab 66 — Kamu Menyesal Hamil, Glade?

"Renyah? Jaga bicara kamu, Glade!" tukas Ghazlan kesal. Beruntung dia tidak menggunakan loudspeaker jadi Kiana tidak mendengar ucapan tajam istrinya.[Kamu yang jaga mata! Mau pulang sekarang atau aku bongkar kebusukan kalian di depan mama Silvina?]Ghazlan mendengus kasar lalu melirik Kiana penuh sesal. "Oke!"[Bagus!]Klik!Melihat sikap kesal Ghazlan, Kiana bisa menebak kalau Glade pasti marah besar dan menginginkan mereka pulang. "Saya sudah lebih baik, Pak.""Saya urus admistrasi dulu," ucap Ghazlan yang kemudian bangkit ke luar ruangan. Langkahnya terlihat dipaksakan membuat Kiana jadi tidak enak hati."Saya bantu Bu Kia," ucap Anita. °°°Ghazlan memesan taksi online untuk mengantarkan mereka pulang karena mobilnya terpaksa dititipkan di bengkel terdekat untuk diperbaiki. Ghazlan duduk di depan sementara Kiana dan Anita di jok belakang. Mereka saling diam, lebih tepatnya tidak ada yang mau dibicarakan. Kiana menyandarkan kepalanya pada bahu Anita karena kepalanya sakit akibat
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

Bab 67 — Saya Iba Melihat Kehidupan Berat Kamu

"Mama?" Mata Glade langsung membesar ketika melihat sang mertua berkacak pinggang dengan raut muka tidak percaya sekaligus marah. Ratri pamit keluar karena dia tidak mau ikut campur masalah majikannya. Setelah asisten pribadi Glade itu keluar, Silvina kembali membombardir Glade dengan pertanyaan memojokkan. "Kamu menyesal hamil hanya karena bentuk tubuh kamu yang berubah? Bukannya kamu terlalu egois memikirkan diri kamu sementara suami kamu sangat menginginkan penerus," ucap Silvina kecewa. Padahal dia sangat bahagia mendengar kehamilan menantunya yang sangat dinantikan keluarga besarnya. Namun kenapa Glade seolah hanya memikirkan dirinya sendiri? Glade menggeleng cepat, "Bukan begitu, Ma. Aku tadi hanya asal bicara. Bukan maksudku nggak mau hamil. Toh aku masih bisa menjalani diet setelah melahirkan."Silvina enggan mempercayai ucapan menantunya. Wanita paruh baya itu berusaha untuk mengerti bagaimana kondisi perasaan Glade. Dia tidak ingin memperpanjang dan memilih untuk memeluk
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Bab 68 — KIANA! KELUAR KAMU!

"Tentu saja boleh," ucap Silvina. Dia langsung memeluk Kiana seolah wanita itu adalah menantunya sendiri. Sembari menepuk punggung Kiana, Silvina bercerita bahwa Glade tidak pernah memintanya untuk dipeluk. Bahkan hubungan mereka tidak sedekat mertua dan menantu seperti kebanyakan orang. Setelah pelukan itu terlepas, Kiana memberanikan diri untuk bertanya. "Apa Nyonya sangat menyukai Nyonya Glade?""Tentu. Kalau saya tidak suka dia tidak mungkin jadi menantu saya," jelas Silvina. "Sejujurnya dari awal perkenalan, saya sudah tahu kalau sifat Glade agak keras dan jarang mau mengalah. Tapi karena hubungan keluarga saya dan keluarganya sangat baik, dan juga Ghazlan sangat mencintainya, jadi saya tidak mempermasalahkan sifat Glade. Saya yakin suatu saat sifatnya akan berubah seiring berjalannya waktu."Kiana pikir Silvina tidak terlalu menyukai Glade dan terpaksa menerima wanita itu menjadi menantunya. Sayang sekali pemikirannya salah besar. 'Apa yang membuatku yakin kalau hubungan mere
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Bab 69 — Blakk!!!

"Glade, kamu bisa tenang sedikit nggak?" hardik Silvina. Wanita itu sampai terkejut karena mendengar teriakan menantunya. Selama ini yang dia tahu menantunya tidak pernah bicara keras di hadapannya apalagi sampai berteriak pada orang yang menjadi tamunya. "Mama yang undang Kiana ke sini. Jangan salahkan dia!"Kiana meremas ujung jarinya karena dia takut dengan kemarahan Glade. Dia lalu melirik Silvina, "Nyonya, saya sebaiknya kembali ke tempat saya.""Jangan! Saya belum selesai bicara sama kamu, Kiana!" tegas Silvina. Padahal niat hatinya tadi ingin bicara dengan Glade tentang persalinan yang sudah direncanakan akan dilakukan di salah satu rumah sakit besar pilihannya. Wanita paruh baya itu juga berniat menyewa satu lantai hanya untuk persalinan menantunya."Emangnya apa sih yang perlu Mama bicarakan dengan asisten rumah tangga aku? Dia sama sekali nggak punya kepentingan dengan keluarga kita kecuali masalah kebersihan rumah. Apa Mama nggak merasa kalau mama terlalu memanjakan dia?"
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

BAB 70 — Kalian Pikir Kiana Barang?

"Mama, tunggu!"Glade dan Ghazlan memburu Silvina yang melangkah terburu-buru ke tempat Kiana. Ghazlan yang sedang tidak memakai pakaian lengkap segera mengenakan kembali pakaiannya dan membuntuti mamanya. Silvina tidak menuntut penjelasan atas percakapan mereka dan memilih untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi melalui Kiana. Wanita paruh baya itu sangat terpukul, terlihat dari wajahnya yang merah padam. Dia ingin marah tapi dia menahan diri untuk tidak mengamuk."Ma, tunggu sebentar! Aku bisa jelaskan," tukas Ghazlan sembari mempercepat langkahnya. Dia hampir menyamai langkah Silvina tapi wanita itu lebih dulu sampai di depan pintu rumah Kiana. Silvina menekan bel rumah dengan tidak sabaran. Napasnya mulai melemah seiring dengan keinginan untuk segera melihat Kiana. Glade menyentuh lengannya, meminta untuk didengarkan lebih dulu. "Aku bisa jelaskan, Ma. Aku dan Mas Ghazlan bisa jelaskan!"Silvina melirik menantunya dengan kecewa. "Jelaskan? Tidak! Mama sudah cukup mendeng
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status