Home / Romansa / (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN: Chapter 1 - Chapter 10

148 Chapters

BAB 01. Salah Kamar

"Di mana wanita yang kuminta? Kenapa belum datang juga?" Edgar Pradipta, seorang pria tampan dengan rahang tegas. Dia berdiri di depan jendela kamar hotel nomor satu dua lima, memegang erat-erat ponsel di telinganya. "Tunggu saja, sebentar lagi dia akan sampai," jawab Julian, sahabat Edgar sekaligus asisten pribadinya. Suaranya terdengar tenang melalui sambungan telepon. Tepat setelah Julian mengatakan itu, Edgar tiba-tiba mendengar langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Tanpa ragu, dia memutuskan panggilannya dengan Julian, yakin bahwa yang datang ke kamarnya adalah wanita sewaan yang telah dia bayar sebelumnya. Namun, saat Edgar memutar tubuhnya, dia sedikit terkejut. Bukan wanita bertubuh molek dengan penampilan yang mengekspos lekuk tubuhnya yang masuk ke dalam kamarnya, melainkan seorang wanita bergamis hitam senada dengan hijab dan cadarnya. Tetapi itu tidak menjadi masalah bagi Edgar, karena yang ia butuhkan adalah seorang wanita yang akan dijadikan alat. Tidak peduli baga
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

BAB 02. Rekaman CCTV

"Pengantin sewaan?!" "Iya!" Natasha menggeleng cepat, "Harus berapa kali ku katakan, kamu salah orang. Aku, bukan wanita panggilan yang kamu tunggu!" terang Natasha dengan tegas. Raut wajahnya penuh dengan kekesalan. Edgar, tampak tenang dan santai. Dia tidak terganggu oleh penolakan Natasha. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, ia mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Julian. Tut.. Tut.. Tut.. Sambil menunggu panggilan terhubung, Edgar memandang Natasha dengan tatapan penuh arti, hingga membuat Natasha bergidik ngeri. "Buka rekaman CCTV di kamarku dan cetak beberapa foto sebagai hadiah untuk keluarga wanita ini," perintah Edgar setelah Julian menjawab panggilannya. Natasha meremas ujung pakaiannya dengan perasaan cemas. Tidak ingin sampai itu terjadi, ia dengan cepat berkata, "Baiklah, baiklah. Aku bersedia menjadi pengantin sewaanmu," ucap Natasha tanpa berpikir panjang. Edgar kembali tersenyum puas. Untuk kali kedua Natasha kalah telak darinya. Hal ini membuat Edgar menge
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

BAB 03. Negosiasi

Natasha merasa cemas dan gelisah saat berada dalam mobil milik Edgar. Ia berusaha keras membuka pintu, ingin segera keluar agar tidak ada mahasiswa lain yang melihatnya berada dalam satu mobil bersama pria asing. Namun, Edgar tidak memperdulikannya. "Julian, jalankan mobilnya," titah Edgar pada sahabatnya yang duduk di kursi kemudi. Dengan panik, Natasha berteriak, "Buka pintunya! Biarkan aku keluar!" Namun, Edgar tetap tidak menghiraukannya. "Aku akan mengantarmu pulang," ucap Edgar tanpa menatap ke arah wanita bercadar yang duduk di sebelahnya. Namun, Natasha menolak dengan tajam. "Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri!" ucapnya. Tangan Natasha masih terus berusaha membuka pintu mobil yang tengah ia naiki, meskipun ia tahu bahwa pintu itu terkunci. Ceklek! Ceklek! Tiba-tiba, Edgar bergerak dan mendekati Natasha. Ia meletakkan salah satu tangannya pada kaca mobil di sisi wanita bercadar itu. Brak! "Hentikan!" ucap Edgar dengan suara baritone-nya yang dalam. Natasha segera m
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more

BAB 04. Salah Paham

Adam terus menatap Edgar dengan tatapan penuh tanya, mencoba mencari tahu apa hubungan antara Edgar dan Natasha. Sejauh yang Adam ketahui, putrinya tidak pernah memiliki teman pria, apalagi sampai membawanya ke rumah mereka. "Silahkan masuk," ajak Adam dengan ramah, disambut protes dari Natasha. "Pak..." Natasha menggelengkan kepalanya dengan pelan, berusaha memberi isyarat kepada Adam agar tidak mengajak Edgar masuk ke dalam rumah mereka. Adam merasa bingung dengan reaksi Natasha. "Bukankah dia temanmu?" tanyanya dengan suara pelan, mencoba mencari kejelasan. Natasha menggelengkan kepala dengan lebih tegas kali ini, memberitahu ayahnya bahwa Edgar bukanlah temannya. Sementara itu, Edgar yang mendengar percakapan tersebut, berusaha menarik perhatian mereka dengan mengeluarkan deheman singkat. "Ekhem." Edgar menatap Adam dengan serius, "Om, aku mencintai Natasha dan ingin menikahinya," ucapnya tanpa basa-basi. Tentu saja itu hanya sebagian kebohongan dari rencana Edgar. Sontak,
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more

BAB 05. Badai Penderitaan

Dalam keheningan yang terasa berat, Asiyah merasakan dunianya hancur. Kabar bahwa Natasha hamil begitu mengejutkan baginya. Asiyah tidak bisa menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya saat ia mendekati Adam dengan tatapan penuh kesedihan. Dengan suara yang gemetar, Asiyah bertanya kepada suaminya itu, "Siapa yang telah menghamili anak kita, Pak?" Suaranya terdengar rapuh, mencerminkan kehancuran yang dirasakannya. Adam menghela napas dalam-dalam, merasakan beban berat di pundaknya. Ia menatap Natasha dengan ekspresi kecewa yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Adam tahu bahwa ia harus menjelaskan keadaan ini pada Asiyah, tetapi ia juga sadar akan riwayat hipertensi yang dimiliki istrinya. Adam tidak ingin membebani Asiyah dengan stres yang bisa berdampak buruk pada kesehatannya. Dalam keadaan yang semakin tegang, Asiyah mengulangi pertanyaannya dengan meninggikan sedikit intonasi bicaranya, "Jawab pertanyaan Ibu, Pak! Siapa yang telah menghamili Natasha?!" Air mata semakin
last updateLast Updated : 2024-04-24
Read more

BAB 06. Sebuah Permintaan

Natasha terus menatap Edgar dari belakang saat mereka melangkah maju. Ia merasa bingung dan tidak percaya jika pria di hadapannya mengakuinya sebagai calon istrinya di depan para staf hotel. Meskipun tidak menyukai Edgar, tetapi sikapnya yang tegas dan percaya diri berhasil membuat Natasha merasa penasaran. Ketika keduanya masuk ke dalam lift, Natasha mengalihkan pandangannya ke lantai. Tiba-tiba, Edgar memutuskan untuk berbicara. "Jangan salah paham, aku melakukan itu bukan karenamu," ucap Edgar dengan datar. Natasha merasa terkejut dan kikuk saat Edgar membaca pikirannya dengan baik. "A-Apa maksudmu?" tanya Natasha dengan canggung. "Jangan bilang kamu berpikir aku melakukan itu karenamu?" ucap Edgar dengan sinis, namun berhasil membuat wanita itu mati kutu. Natasha merasa semakin gugup dan tidak tahu harus berkata apa, ia memutuskan untuk mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ting! Suara pintu lift terdengar saat lift berhenti di lantai yang dituju. Tanpa mengatakan apa pu
last updateLast Updated : 2024-05-06
Read more

BAB 07. Pernikahan Dadakan

Natasha merasa ada yang memanggil namanya. Dia berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. Sontak, ia terkejut saat melihat sepupunya, Fadhil, berdiri di sana dengan senyuman lembut di wajahnya."Kak Fadhil?" ucap Natasha, suaranya penuh kegembiraan. "Kapan Kak Fadhil pulang? Aku tidak tahu kalau Kak Fadhil sudah kembali dari Kairo."Fadhil tersenyum lembut seraya menjawab, "Kemarin." Ia menghamburkan pandangannya ke sekeliling, mencari teman Natasha yang mungkin ada di sana. Karena setahunya, Natasha jarang sekali menghabiskan waktunya di luar jika tidak ada kepentingan."Sedang apa kamu di sini?" tanya Fadhil dengan wajah bingung."Aku.." Natasha menggantungkan ucapannya seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, saat ia tidak bisa menjawab pertanyaan sepupunya itu. Dia merasa sedikit canggung karena tidak bisa memberikan alasan yang jelas.Fadhil tersenyum lembut, ia tahu jika Natasha enggan menjawab pertanyaannya. "Kamu masih saja sama seperti dulu," ucapnya dengan penuh peng
last updateLast Updated : 2024-05-07
Read more

BAB 08. Pura-pura Posesif

Pernyataan yang diucapkan oleh Edgar spontan membulatkan mata Natasha lebar. Ia benar-benar merasa geli dengan sikap yang ditunjukkan oleh Edgar. "Ada apa dengan ekspresinya?" gumam Natasha dalam hati. Adam dengan bangga memperkenalkan Fadhil, keponakannya, kepada Edgar. Ia mengatakan, "Dia Fadhil, sepupu Natasha, yang kuliah di Kairo." Kemudian Adam menatap ke arah pintu dan dengan ramah mengajak Natasha untuk mengajak Fadhil masuk.Natasha diam sejenak, merasakan kehangatan dalam sikap Adam yang telah kembali normal. Ia menjawab dengan senyuman, "Ayo masuk, Kak."Fadhil mengangguk lembut seraya tersenyum. Namun, sebelum ia melangkah masuk, ia mengucapkan salam dengan sopan, "Assalamu'alaikum."Semua orang di dalam ruangan menjawab bersamaan, "Wa'alaikumussalam."Asiyah, yang duduk di samping Adam, berdiri dan dengan ramah mempersilahkan Fadhil untuk duduk di tempatnya. "Silahkan duduk," ucapnya dengan hangat.Setelah Fadhil duduk, Adam dengan penuh kehangatan mengusap bahu keponaka
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

BAB 09. Janggal

Setelah langkah mereka sudah sampai di ruang tamu, Asiyah dan Natasha terkejut melihat keberadaan beberapa orang yang sedang menata hidangan di sana. Adam, Asiyah dan Natasha saling pandang dengan kebingungan."Bagaimana, Om? Apa akadnya bisa kita mulai sekarang?" tanya Edgar kepada Adam.Sebelum menjawab pertanyaan Edgar, Adam menatap Natasha dengan wajah bingung, mencari persetujuannya. "Bagaimana, Nak?" tanyanya.Natasha memejamkan matanya sejenak, mencari keberanian dalam diri untuk menghadapi situasi yang mengejutkan ini. Dalam hati, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sanggup melewati semuanya. "Mari kita lakukan," jawabnya dengan mantap.Jawaban Natasha tersebut cukup mengagetkan Adam dan Asiyah. Begitupun dengan Fadhil yang masih berada di sana. "Paman, Bibi, aku pulang dulu, ya," pamit Fadhil tiba-tiba.Adam heran dengan kepergian Fadhil yang terburu-buru. "Kenapa cepat sekali?" tanya Adam."Aku lupa jika ada janji dengan temanku, Paman," jawab Fadhil, mencari alasan untuk
last updateLast Updated : 2024-05-09
Read more

BAB 10. Satu Atap

Natasha terkejut dan terdiam. Ia merasakan ketakutan yang melintas di dalam dirinya. Dengan suara bergetar, Natasha akhirnya berkata, "Kamu adalah orang yang paling jahat yang pernah kutemui." Dalam keputusasaannya, ia memalingkan wajahnya dan menyandarkan kepalanya pada kaca jendela mobil. Namun, kata-kata Natasha tidak mempengaruhi Edgar sedikit pun. Ia tetap dingin dan tidak merasa bersalah sedikit pun. Setelah beberapa saat berlalu, mobil Edgar meluncur dengan tenang melalui gerbang besi yang megah, memasuki halaman mansion yang mempesona. Setelah Julian menghentikan mobilnya, Edgar memberikan perintah kepada sahabatnya sebelum keluar dari mobil tersebut. Dengan suara datar, ia berkata, "Tinggalkan kami berdua." Walaupun mansion milik Edgar terlihat megah dan besar, namun di dalamnya ia hanya mempekerjakan tiga orang saja. Dua asisten rumah tangga bekerja di pagi hingga sore hari, dan satu petugas keamanan yang berjaga di depan. Edgar tidak suka jika terlalu banyak orang di ke
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status