Home / Romansa / (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN: Chapter 11 - Chapter 20

148 Chapters

BAB 11. Trouble Maker

Bi Murni mengarahkan pandangannya ke kamar tersebut, lalu berjalan ke arahnya. "Ini kamar khusus untuk pembantu, Non. Tapi, karena Bibi dan Bi Yeti tidak tinggal di sini, kamar ini sekarang kosong," jawabnya sambil membuka pintu kamar yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan kamar-kamar yang lain."Kalau begitu, aku pilih kamar ini saja, boleh, kan?" ucap Natasha dengan senyuman dari balik cadarnya.Seketika, Bi Murni terkejut. Ia mengerjapkan matanya cepat, dan menatap ke arah kamar berukuran kecil itu, mencari alasan kenapa Natasha lebih memilih kamar itu daripada kamar-kamar yang lainnya."Boleh, Non. Tapi, apa kamar ini tidak terlalu sempit?" tanya Bi Murni dengan ragu.Natasha menggeleng pelan, "Tidak, Bi, tenang saja," jawabnya dengan ramah."Baiklah. Kalau begitu, Bibi pergi dulu, ya, Non. Jika Non Natasha membutuhkan sesuatu, panggil saja Bibi atau Bi Yeti," pungkasnya sebelum melangkah pergi"Iya, Bi," jawab Natasha dengan sopan.Setelah Bi Murni pergi, Natasha masuk ke dala
Read more

BAB 12. Merahasiakan Identitas

Tanpa memberikan jawaban, Edgar menatap Bianca dengan datar. "Pulanglah, aku ingin istirahat," ucapnya dengan tegas. "Ah.. jadi benar, dia pembantu barumu, ya?" tanya Bianca kembali, mencoba untuk mencari tahu tentang identitas Natasha. Meskipun Edgar tidak memberikan respon, Bianca tetap bertahan dengan asumsinya.Bianca menatap Natasha dengan serius, mencoba membaca reaksi wanita itu dari sorot matanya, kemudian berkata pada Edgar yang berdiri di belakangnya. "Bukankah kamu tidak suka jika ada orang baru yang menginjakkan kaki di mansionmu?" tanya Bianca dengan rasa penasaran yang menggebu di dalam dirinya. Ia mencoba mengingat-ingat apa yang telah ia ketahui tentang preferensi Edgar.Bianca tahu betul bagaimana Edgar, pasalnya, ia adalah teman masa kecil Edgar yang telah mengenalnya selama bertahun-tahun. Mereka telah menghabiskan banyak waktu bersama dan saling memahami satu sama lain. Bianca tahu apa yang disukai dan tidak disukai oleh pria tersebut.Dengan percaya diri, Bianca
Read more

BAB 13. Secantik Bidadari

"A-Ada apa?" tanya Natasha terbata-bata, tanpa menatap wajah Edgar yang tengah menatapnya datar. Tanpa menjawab pertanyaan Natasha, Edgar melirik ke arah kirinya seraya berkata dengan tegas, "Letakkan semuanya di dalam," perintah Edgar pada tiga bodyguardnya yang membawa semua keperluan Natasha, termasuk dengan pakaiannya. Tiga bodyguard itu mengangguk patuh dan mulai memasukkan barang-barang ke dalam kamar. Mereka bergerak dengan sigap, menempatkan semua barang dengan rapi di tempat yang sesuai. Namun, saat mereka hendak masuk ke dalam kamar tersebut, salah satu dari mereka berhenti sejenak dan berkata pada Natasha, saat wanita bercadar itu menghalangi jalannya."Permisi, Nona," ucap bodyguard tersebut dengan sopan."S-Silahkan," jawab Natasha dengan cepat. Ia buru-buru menggeser tubuhnya, namun, Natasha tidak menyadari bahwa ujung gamisnya tersangkut di langkahnya sendiri.Bruk! Tubuhnya secara tidak sengaja menabrak dada Edgar. "Ssshh.." rintih Natasha, refleks menjauhkan kepala
Read more

BAB 14. Penasaran

"Cantik?" gumam Edgar dalam hati, sibuk menerka-nerka bagaimana wajah Natasha.Tak dapat dipungkiri, walaupun wajah Natasha masih tertutup oleh cadar, namun matanya memancarkan keindahan yang menenangkan bagi siapa pun yang melihatnya.Edgar menggelengkan kepala dengan tegas, saat menyadari bahwa ia tengah memikirkan Natasha. Ia kembali melanjutkan makanannya yang sempat terhenti."Aduh.. aku jadi penasaran, Mur," ucap Bi Yeti pada Bi Murni yang masih asyik dengan obrolannya.Bi Murni semakin mendekatkan dirinya pada Bi Yeti, lalu berkata, "Tuan Edgar akan menyesal jika menyia-nyiakan bibit unggul seperti Non Natasha. Bagaimana ya jika mereka memiliki anak kelak? Pasti anak mereka akan sangat cantik seperti ibunya."Sontak, Edgar tersedak makanannya sendiri saat mendengar ucapan Bi Murni. "Uhuk. Uhuk. Uhuk." Edgar buru-buru meletakan peralatan makan di tangannya dan meraih segelas air putih.Bi Murni dan Bi Yeti yang mendengar itu buru-buru berlari ke arah Edgar. "Apa ada yang salah d
Read more

BAB 15. Ternyata Istriku Cantik

Edgar menerima bungkus mie dari tangan Natasha. Namun, alih-alih memakannya, ia justru membuangnya dengan cepat. Natasha terkejut melihat tindakan tersebut, dengan reflek ia menurunkan ujung hijab yang menutupi wajahnya. "Kenapa mienya dibuang?"Gluk! Edgar menelan salivanya dengan susah payah saat melihat wajah Natasha tanpa cadar dari jarak dekat. Keindahan dan pesona wajah wanita itu melebihi ekspektasi Edgar. Ia merasakan kekaguman yang mendalam dan tak bisa lagi menyangkal pesona yang dimiliki oleh istrinya itu.Natasha protes dengan raut wajah kesal, "Jika kamu tidak mau memakannya, seharusnya kamu memberikannya padaku, bukan malah membuangnya begitu saja."Namun, saat Natasha menyadari bahwa Edgar sedang menatap wajahnya, ia buru-buru menutupi kembali wajahnya dengan menggunakan ujung hijabnya. Begitu juga dengan Edgar, yang cepat-cepat memalingkan wajahnya ke arah lain.Edgar menjawab dengan suara datar, "Sejak kapan mie instan bisa dimakan dengan cara seperti itu?"Natasha s
Read more

BAB 16. Kontrak Tanpa Cinta

Edgar diam bergeming saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Natasha. Benar! Ucapan tersebut memang tidak salah, pernikahan mereka hanyalah kontrak dan bersifat sandiwara. Dan seharusnya, Edgar tidak berhak menanyakan hal tersebut kepada wanita itu.Edgar membuang wajahnya ke arah lain, dan tanpa mengatakan apa pun, ia melangkah pergi ke kamarnya meninggalkan Natasha di sana.Sementara itu, Natasha yang masih duduk di tempatnya menatap nasi goreng buatan Edgar dengan tatapan nanar. "Apa ucapanku salah?" gumamnya dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Ia merasakan denyut nyeri di dadanya saat mengingat fakta bahwa pernikahan mereka hanyalah sandiwara, sebuah kontrak yang tidak pernah memiliki dasar cinta.***Tidak seperti hari-hari biasanya, pagi ini Bi Murni dan Bi Yeti sibuk menyiapkan sarapan di meja makan. Suasana ini terasa berbeda, mengingat Edgar yang sering kali lebih banyak menghabiskan waktu di hotelnya daripada di mansionnya.Edgar duduk di meja makan,
Read more

BAB 17. Jari Manis Tanpa Cincin

Natasha mempercepat langkahnya dan mendekati Fadhil, terlihat terkejut dengan kehadirannya. "Kak Fadhil, sedang apa di sini?" Fadhil, yang sedang berbincang dengan penjaga perpustakaan, tersenyum lembut ketika melihat Natasha. "Aku sedang menemui teman lamaku, Nat. Kebetulan dia bekerja di sini," jawabnya dengan ramah.Natasha menatap penjaga perpustakaan dengan rasa penasaran. "Maksudnya, dia?" tanyanya."Iya, dia teman lamaku," jawab Fadhil sambil menganggukkan kepala.Fadhil melirik jari manis Natasha sesaat. Namun, saat ia tidak melihat cincin kawin yang seharusnya melingkar di sana. Dia merasa penasaran dan dengan hati-hati bertanya, "Bagaimana dengan pernikahanmu?"Natasha hanya tersenyum di balik cadarnya sebagai jawabannya. Fadhil mengangguk mengerti, tetapi dia masih penasaran dengan keadaan rumah tangga wanita di hadapannya itu. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam hubungan Natasha dengan Edgar."Apa kamu mencintainya?" tanya Fadhil kembali dengan suara pelan.N
Read more

BAB 18. Pertarungan Keluarga

Julian membuka mulutnya lebar saat ia mengartikan diamnya Edgar sebagai jawaban "ya" atas pertanyaannya. Dia menatap Edgar dengan serius, tidak sabar menunggu jawaban dari sahabatnya itu. Namun, Edgar melirik Julian dengan tajam tanpa memberikan jawaban apa pun. Sebaliknya, ia dengan tegas menjitak dahi Julian dengan keras.Pletak!"Ahh! Sialan," umpat Julian sambil memijat dahinya yang terasa berdenyut karena jitakan tersebut.Edgar, meskipun masih tampak serius, memberikan instruksi kepada Julian, "Cepat berdiri. Kita harus pergi ke ruang rapat." Ia bangkit dari posisi duduknya dengan sikap yang tegas."Lima menit, biarkan aku menghabiskan makanan ini dulu," pinta Julian seraya mempercepat suapannya."Berdiri sekarang atau akan ku turunkan jabatanmu?" ancam Edgar dengan dingin.Julian terkejut dan segera menghentikan kunyahannya. Ia buru-buru meletakkan kotak makan di atas meja. "Haish!" desahnya dengan kesal.Sebelum Julian mengejar langkah Edgar yang hampir mencapai pintu, ia mera
Read more

BAB 19. Ledakan Emosi

Edgar dan Abraham saling berhadapan dalam sebuah pertengkaran yang memanas. Ketegangan di antara mereka semakin memperlebar kesenjangan hubungan keduanya. Namun, tiba-tiba, Rio, yang menjadi akar permasalahan tersebut, masuk ke dalam ruangan Edgar.Dengan penuh kelembutan, Rio mengusap lembut bahu Abraham sambil bertanya, "Apa Papa baik-baik saja?" Ekspresi kesal yang terpancar di wajah laki-laki paruh baya itu membuat Rio khawatir.Abraham menghela napas panjang, memejamkan matanya sejenak, dan akhirnya menjawab dengan mengangguk pelan, "Hmm."Rio merasa lega melihat reaksi Abraham. Dengan senyuman, ia mengajaknya pulang dengan lembut, "Ayo kita pulang, Pa."Rio dengan penuh perhatian menuntun tangan Abraham keluar dari ruangan Edgar. Namun, sebelum benar-benar meninggalkan ruangan tersebut, Rio memalingkan wajahnya ke arah Edgar dengan senyuman menyeringai, seolah memberikan isyarat bahwa perusahaan keluarga Edgar akan jatuh ke tangannya."Brengsek!" desah Edgar dengan penuh emosi,
Read more

BAB 20. (Bukan) Wanita Pemuas Hasrat

Natasha merasa sedikit bingung saat ia tidak menemukan siapa pun di rumah Edgar. Ia menatap ke sekeliling, tetapi tidak ada satu orang pun yang menjawab salamnya. Padahal, masih siang hari dan seharusnya Bi Murni dan Bi Yeti masih berada di sana."Bi Murni.." panggil Natasha sambil melangkah mencari keberadaan sang empunya nama. Ia pikir wanita paruh baya tersebut sedang sibuk di dapur. Namun, setelah melewati beberapa ruangan, Natasha hanya menemukan keheningan.Saat langkah Natasha sampai di dapur, ia tetap tidak menemukan siapa pun di sana. "Kemana perginya semua orang?" tanya Natasha pada dirinya sendiri.Natasha hendak berbalik dan menuju kamarnya, tiba-tiba seseorang dengan kasar menyiramkan segelas air putih ke wajahnya. Brak!Suara keras terdengar saat gelas kaca diletakkan dengan kasar di atas meja oleh Bianca, wanita yang baru saja menyiramkan air ke wajah Natasha."Surat ini darimu, kan?!" tanya Bianca menginterogasi, seraya menunjukkan secarik kertas di tangannya.Natasha
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status