Home / Romansa / (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN: Chapter 41 - Chapter 50

148 Chapters

BAB 41. Ciuman yang Membingungkan

Sepanjang Natasha melantunkan ayat suci Al-Qur'an, Edgar tetap berdiam diri di tempatnya. Natasha, yang memiliki fobia terhadap kegelapan, merasa ketakutan saat Edgar belum juga menemukannya.Tiba-tiba, Natasha menghentikan lantunannya dan memanggil suaminya dengan suara gemetar. "Edgar.." panggilnya. Natasha pikir Edgar kembali keluar dari kamar tersebut untuk mengambil senter."Hmm," jawab Edgar dengan lembut, memberikan respons untuk menunjukkan bahwa ia mendengar panggilan Natasha.Dalam kegelapan yang masih menyelimuti ruangan, Natasha merasakan kelegaan saat suara suaminya semakin dekat. Sebuah senyuman terukir di wajahnya, menghilangkan sedikit ketakutan yang sebelumnya melanda dirinya. Dia menggerakkan kedua tangannya ke sembarang arah, mencoba meraba keberadaan Edgar di sekitarnya."Kamu di mana?" tanya Natasha, berharap agar Edgar segera menemukan keberadaannya."Di sini," jawab Edgar dengan suara lembut, suaranya seakan menyatu dengan sentuhan tangan Natasha yang menyentuh
Read more

BAB 42. (Bukan) Cerita Dongeng

Sudah dua jam berlalu, dan Natasha masih terjaga dengan mata yang terus memandang ke arah pintu kamar, menunggu kehadiran Edgar yang belum juga kembali setelah pria itu mencium bibirnya."Kenapa Edgar belum juga kembali, apa jangan-jangan dia pergi ke hotel?" tanya Natasha pada dirinya sendiri, rasa khawatir mulai menyelimuti pikirannya.Natasha merasa gelisah dan tidak bisa diam. Dia berdiri dari posisinya dan melangkah menuju jendela untuk mengecek mobil Edgar yang biasanya terparkir di halaman. Dengan hati-hati, dia melihat ke luar dan melihat mobil Edgar masih terparkir di tempatnya."Sebenarnya ke mana dia pergi?" gumam Natasha. Saat sebuah kemungkinan muncul di benaknya, Natasha kembali bergumam, "Apa jangan-jangan Edgar pergi bersama Julian?" pikirnya, merasa semakin cemas dengan situasi yang tidak jelas.Tak ingin terus menunggu dalam kegelisahan, Natasha memutuskan untuk tidur. Namun, saat ia hendak memejamkan matanya, Natasha merasa haus yang mengganggu. Dengan langkah ringa
Read more

BAB 43. Tiba-tiba Pergi

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Edgar, terkejut melihat Natasha tengah mencium bau napasnya sendiri.Natasha buru-buru menatap ke arah Edgar dengan perasaan kikuk. Dia merasa malu dengan tindakannya yang terlihat aneh. Tanpa ragu, Natasha memutuskan untuk mengejar langkah Edgar yang berjalan menjauh.Sepanjang langkah mereka, Natasha terus menatap Edgar, seperti ada pertanyaan yang ingin dia ajukan. Namun, setelah berpikir sejenak, Natasha memutuskan untuk mengurungkan niatnya untuk bertanya. Dia tidak ingin membuat Edgar merasa tidak nyaman dengan pertanyaannya."Katakan," titah Edgar, seolah merasakan ketidakpastian di hati Natasha."Apa kamu marah padaku?" tanya Natasha dengan perasaan ragu.Tatapan Edgar terlihat penuh pertimbangan sejenak sebelum dia menjawab dengan tegas, "Tidak."Natasha mengangguk mengerti, merasa bahwa kata "tidak" dari Edgar sudah cukup bagi dirinya sebagai jawaban.Saat langkah mereka memasuki kamar, Edgar tiba-tiba berkata, "Maaf," dengan nada yang tiba-tib
Read more

BAB 44. Menemukanmu

Edgar terus menatap gerbang kediamannya dari dalam kamarnya, ia berjalan mondar-mandir seraya melihat arloji yang melingkar di tangannya yang sudah menunjukkan waktu sore. Hatinya berdebar kencang, rasa cemas yang tak terbendung menghujam dadanya, saat Natasha belum juga kembali sejak ia pergi pagi tadi.Tak henti-henti Edgar menghubungi ajudannya melalui ponsel, menanyakan keberadaan Natasha yang masih belum ditemukan. "Apa kalian sudah menemukan keberadaan istriku?" tanya Edgar tidak sabar."Belum, Tuan. Padahal kami sudah mencari ke setiap tempat yang biasa Non Natasha kunjungi, namun kami belum berhasil menemukannya," jawab salah satu ajudan Edgar dari seberang sana."Bagaimana dengan rumah orang tuanya, apa kalian sudah mencarinya ke sana?" tanya Edgar kembali."Sudah, Tuan. Tetapi Non Natasha sepertinya tidak ada di rumah orang tuanya.""Kabari aku secepatnya jika kalian sudah menemukan dia," pungkas Edgar sebelum memutuskan panggilannya secara sepihak.Setelah panggilan tersebu
Read more

BAB 45. Kediaman Adam

Edgar dan Natasha baru saja mengantar anak-anak kembali ke panti asuhan. Cuaca yang sejak tadi sudah mendung kini tampak akan segera turun hujan. Mereka berdua segera menaiki mobil dan melajukan kendaraan menuju kediaman Edgar.Dalam perjalanan pulang, Natasha menatap keluar jendela dan menghela napas. "Tiba-tiba aku merindukan orang tuaku. Apakah kamu keberatan jika aku menginap di rumah mereka malam ini?"Edgar mengernyit sejenak, namun kemudian mengangguk. "Tentu saja tidak. Kalau begitu, aku akan mengantarmu ke sana sekarang juga."Natasha menatap ke arah suaminya dan bertanya, "Bagaimana denganmu? Apa kamu ingin ikut menginap juga?"Edgar diam sejenak, memberi jeda sebelum menjawab pertanyaan Natasha. "Tidak," jawab Edgar dengan suara lirih.Edgar merasa malu sendiri saat membayangkan menginap di rumah orang tua istrinya, mengingat hubungan mereka yang hanya sebatas kontrak. Natasha sedikit kecewa mendengar jawaban Edgar. Ia bisa merasakan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh sua
Read more

BAB 46. Panggilan Baru

"Apa kamu yakin tidak beli saja makan malamnya? Kita bisa ke restoran terdekat jika kamu mau," ucap Edgar dengan nada lembut, sementara pandangannya melayang ke arah jendela, memperhatikan awan gelap yang menutupi langit.Namun, Natasha menolak tawaran Edgar dengan ramah. Dengan senyuman dari balik cadarnya, dia menggelengkan kepala dan menjawab, "Tidak perlu, Mas. Lagipula sebentar lagi akan turun hujan. Bukankah mie instan lebih cocok disantap di cuaca mendung seperti ini?" "Tunggu," ucap Edgar tiba-tiba. Dia memutar kepalanya, mengarahkan pandangannya ke arah pintu dapur yang hanya ditutupi oleh selembar hordeng. Kemudian, ia mendekatkan wajahnya kepada telinga Natasha dengan lembut, lalu berbisik dengan suara yang hampir tak terdengar, "Sejak kapan kamu memanggilku seperti itu?" Pertanyaan itu terlontar dari bibirnya dengan hati-hati, agar Adam dan Asiyah tidak mendengar percakapan mereka.Natasha membuka cadarnya perlahan, menunjukkan senyum manisnya yang selalu mampu mencuri h
Read more

BAB 47. Tertangkap Basah

Natasha merasakan sentuhan hangat di tangannya saat ia terbangun dari tidurnya yang lelap. Perlahan-lahan, ia membuka matanya yang masih terasa berat. Namun, ketika ia hendak menggosok matanya, ia merasa ada yang aneh.Tangannya terasa terhalang oleh sesuatu. Perlahan, Natasha melirik ke bawah dan sontak terkejut saat sedang memeluk tangan Edgar. "Apa aku ketiduran?" gumam Natasha pelan, mencoba meraba-raba ingatannya yang kabur. Seingatnya, mereka berdua sedang berada di dapur, memasak mie instan bersama-sama.Namun, saat Natasha mengingat kembali momen di mana ia menyandarkan kepalanya pada punggung Edgar, ia menepuk pelan kepalanya sendiri. "Benar-benar memalukan," gumam Natasha merutuki dirinya sendiri.Natasha memandangi Edgar seraya tersenyum lembut. "Apa dia yang menggendongku ke kamar?" Tiba-tiba tubuh Edgar bergeliat. Natasha, yang masih berada di atas ranjangnya yang nyaman langsung menyapanya."Apa kamu sudah bangun?" tanya Natasha.Pandangan Edgar tertuju pada Natasha ser
Read more

BAB 48. Malam yang Berbeda

Melihat Asiyah kembali ke dapur, Adam, yang berpura-pura tidur dengan cepat langsung membuka matanya begitu ia mendengar langkah istrinya.Sementara itu, Edgar dan Natasha masih duduk dengan ekspresi yang sedikit canggung. Keduanya saling memandang dengan senyuman malu-malu."Aku akan mengambil mie-nya dulu," ucap Natasha sambil bangkit dari kursinya dengan lembut."Hmm," jawab Edgar sambil tersenyum hangat.Natasha melangkah pergi ke dapur, mengikuti jejak Asiyah. Begitu tiba di sana, dia melihat Adam dan Asiyah yang tengah saling berbisik. Namun, begitu mereka menyadari kehadiran Natasha, suasana langsung berubah. Asiyah dan Adam seketika diam, ekspresi canggung mencuat di wajah keduanya."Ibu dan Bapak tidur duluan, ya. Jika kamu dan Edgar mau tidur, jangan lupa kunci pintunya," ucap Asiyah dengan suara yang agak gemetar, mencoba menyembunyikan ketegangan yang terasa di udara.Setelah mengatakan itu, Asiyah menarik tangan Adam dengan tergesa-gesa seraya berkata, "Ayo, Pak," ajakny
Read more

BAB 49. Obat Kuat

Di dalam keheningan malam yang menyelimuti kamar dengan cahaya remang-remang, Edgar dan Natasha berbaring di atas ranjang dengan ukuran yang sangat kecil. Keduanya saling membelakangi dengan punggung yang bersentuhan satu sama lain.Walaupun telah berada di kamar selama satu jam penuh, Edgar dan Natasha masih terjaga. Mata mereka terbuka, menatap ke kosongnya ruangan, namun pikiran mereka justru dipenuhi oleh banyak hal. Mungkin ini adalah momen mereka untuk benar-benar berbicara tentang hubungan keduanya, ataukah ketegangan yang belum terlunaskan."Apa kamu sudah tidur?" Natasha memecah keheningan dengan pertanyaannya yang tiba-tiba, mengganggu suasana yang hening di antara mereka. "Belum," jawab Edgar singkat.Namun, setelah obrolan singkat itu, kembali terjadi keheningan yang canggung di antara Edgar dan Natasha. Mereka berdua terasa seperti menahan sesuatu yang ingin diungkapkan, namun takut untuk melakukannya.Edgar melirik Natasha sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk berbi
Read more

BAB 50. Mengakhiri Kontrak

Setelah Adam membayar dan menerima obat dari Pak Jono, ia segera kembali duduk bersama istri, anak dan menantunya."Ini untukmu. Anggap saja ini hadiah dari Bapak," ucap Adam dengan senyum hangat, sembari menjulurkan obat kuat itu kepada Edgar. Edgar menerimanya dengan raut wajah yang mencerminkan ketidaknyamanan. Ia terdiam sejenak, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Terima kasih, Pak," jawabnya akhirnya, dengan nada pelan dan kaku.Adam mengangguk, mencoba menjaga suasana tetap ringan. "Nanti malam kamu coba obatnya, ya. Jika obatnya tidak manjur, Bapak akan komplain pada Pak Jono," katanya, sambil tersenyum lebar. Meskipun bernada bercanda, ada sedikit nada serius dalam suaranya.Asiyah, yang mengerti betul akan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh anak dan menantunya, segera berusaha untuk mengakhiri percakapan tersebut. "Pak, sudahlah, jangan dibahas," pintanya dengan lembut, berharap suaminya akan memahami pesannya.Adam, yang tidak terlalu peka dengan ekspresi Asiyah, kemb
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status