Home / Romansa / (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN: Chapter 61 - Chapter 70

148 Chapters

BAB 61. Sentuhan yang Memabukkan

Dengan sedikit rasa canggung, Natasha membungkukkan tubuhnya, mengikuti gerakan para karyawan di sekitarnya. Ia masih mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan baru ini. Edgar, CEO yang terkenal tegas, memberi instruksi kepada seluruh karyawan di sana dengan suara yang lantang. Aura wibawa dan otoritasnya membuat semua orang di ruangan itu diam seketika."Tegakkan tubuh kalian!" perintah Edgar dengan tegas. Karyawan-karyawan lain pun segera menegakkan tubuh mereka, mematuhi perintah sang atasan, begitupun dengan Natasha. Ruangan itu terasa hening, hanya terdengar suara napas yang tertahan dan detak jantung yang berdebar. Tiba-tiba, Edgar mengajukan pertanyaan yang tak terduga. "Apa kalian sudah sarapan?" Pertanyaan itu membuat semua karyawan terkejut. Tidak ada yang berani menjawab terlebih dahulu.Semua karyawan saling pandang dengan ekspresi bingung. Sementara tatapan tajam Edgar mengarah pada mereka, menunggu dengan sabar untuk mendengar jawaban. Akhirnya, seorang karyawan wan
Read more

BAB 62. Rumor

"Ada apa datang kemari?" tanya Edgar tanpa basa-basi. Suaranya datar dan tanpa emosi, seolah-olah kehadiran Bianca hanyalah gangguan di tengah kesibukannya.Bianca mengangkat paper bag cokelat di tangannya seraya berkata, "Aku bawa nasi goreng seafood kesukaanmu. Bagaimana jika kita sarapan bersama? Kamu pasti belum sarapan, kan?" ajaknya dengan semangat.Edgar menghela napas dalam-dalam, mencoba menahan rasa kesal yang mulai merayap. "Aku sudah sarapan," tolaknya dengan tegas. Ia mengarahkan pandangannya ke depan, seolah-olah kehadiran Bianca tidak penting baginya. Wajah Bianca langsung berubah. Semangat yang tadi terlihat kini sirna, digantikan oleh ekspresi kecewa. Ia menatap Edgar dengan mata sedih, bibirnya mengerucut ke depan. "Padahal aku sengaja belum mengisi perutku dengan apa pun agar bisa sarapan bersamamu," gumamnya lirih.Namun, Edgar tak menanggapi ucapannya, seolah-olah Bianca tidak ada di sana. Seketika, wajah Bianca kembali tersenyum. Cahaya pagi memantul di matanya
Read more

BAB 63. Gelombang Emosi

Natasha mengangguk lembut. "Hmm. Aku baik-baik saja," jawabnya. Kendati begitu, perasaannya justru sebaliknya.Pikiran Natasha berputar-putar, penuh dengan kekhawatiran yang enggan dia ungkapkan. Setiap kata yang dia ucapkan terasa seperti kebohongan besar yang semakin menekan hatinya. Dia mencoba mengalihkan pandangannya dari ruangan Edgar, namun kehadiran Bianca membuatnya penasaran.Meskipun suara Bianca tidak begitu jelas terdengar di telinganya, Julian tahu jika kehadiran Bianca cukup mengganggu Natasha. Tatapan Natasha yang biasanya terlihat tenang kini penuh dengan keresahan yang tak bisa disembunyikan. "Bisakah ikut aku sebentar?" ajak Julian dengan ramah. Natasha diam sejenak, mempertimbangkan ajakan Julian. Namun, belum sempat Natasha menyetujui ajakannya, Julian kembali berbicara."Ada sesuatu yang ingin kusampaikan," kata Julian.Mendengar itu, akhirnya Natasha mengangguk setuju. Julian pun melangkah sedikit menjauh dari sana, diikuti Natasha di belakangnya. Keduanya be
Read more

BAB 64. Aksi Bunuh Diri

Edgar menatap kepergian Natasha dengan pandangan yang terbakar oleh emosi yang bergejolak. Kemudian, dengan tatapan yang lebih tajam, dia memalingkan wajahnya ke arah Bianca yang masih memegang tangannya erat.“Lepaskan!” bentak Edgar, suaranya bergema keras di lorong yang sepi, menggetarkan kesunyian yang sebelumnya mendominasi.Bianca, terkejut dengan nada suara Edgar, perlahan ia melepaskan genggamannya.Tanpa memberikan Bianca kesempatan untuk berbicara, Edgar mengalihkan pandangannya yang dingin ke arah Julian. Julian, yang tampak tidak terganggu oleh kemarahan Edgar, hanya bisa tersenyum dengan santai.Edgar melangkah maju dengan tegas. Dia berhenti tepat di depan Julian, matanya tidak berkedip, seolah ingin melayangkan pukulan pada pria di hadapannya itu.“Ini dokumen yang harus kamu–” Julian mencoba menyampaikan sesuatu, namun Edgar tidak memberinya kesempatan. Dengan langkah yang mantap dan tanpa ragu, Edgar melanjutkan langkahnya, meninggalkan Julian yang masih berdiri denga
Read more

BAB 65. Retaknya Persahabatan

***Julian berjalan di sepanjang koridor dengan mata yang terus mencari keberadaan Edgar. Langkahnya cepat, seolah diburu waktu, sementara pikirannya dipenuhi berbagai spekulasi. Dalam benaknya, ia sudah mengira jika Edgar pasti sangat murka padanya, dan setiap detik yang berlalu membuat kegelisahan Julian semakin memuncak.Saat ia melewati ruang meeting, langkahnya terhenti. Lampu di dalam ruangan itu menyala. Julian sangat yakin jika Edgar mungkin berada di sana. Ia menatap pintu yang sedikit dengan pandangannya yang tajam."Apa dia di dalam sana?" gumam Julian dalam hati, matanya menyipit mencoba menangkap bayangan Edgar.Dengan langkah mantap, Julian pun melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut, tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Pintu yang sedikit terbuka langsung terayun pelan saat ia memasukinya. "Ternyata kau di sini," ucap Julian, suaranya terdengar tenang meskipun hatinya berdegup kencang. Langkahnya terdengar samar-samar di atas lantai yang dingin.Kendati Edgar tahu ke
Read more

BAB 66. Notifikasi Pesan

Saat waktu pulang telah tiba, Natasha keluar dari gedung perusahaan Edgar dengan langkah pelan. Sepanjang langkahnya, pikirannya terus dipenuhi oleh bayangan hubungan suaminya dengan Bianca. Perasaan cemas dan bingung bercampur aduk di dalam dirinya, membuatnya sulit untuk fokus. Langkah demi langkah, Natasha merasa seolah-olah dunia di sekelilingnya bergerak dalam kecepatan lambat, sementara pikirannya berputar begitu cepat.Natasha menatap langit sejenak seraya menghela napas lelah. Hari pertama kerjanya sangat sulit, ditambah dengan segala perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya. Ia mencoba menenangkan diri, tapi bayangan suaminya dan Bianca terus menghantui pikirannya. "Bagaimana dengan hari pertamamu di sini?" tanya Julian tiba-tiba.Mendengar itu, Natasha sontak menurunkan pandangannya dan memutar tubuhnya ke belakang. "Pak Julian," pekik Natasha sedikit terkejut melihat pria itu berdiri tidak jauh darinya. Julian tersenyum ramah, mencoba mencairkan suasana. "Jika di luar jam
Read more

BAB 67. Tidak Pulang

Edgar meletakkan ponsel Natasha dengan kasar di atas meja. Napasnya masih berat dan tak teratur setelah membaca pesan singkat dari Julian yang baru saja masuk. Pesan Julian yang baru saja ia baca semakin memperkuat asumsinya, jika istrinya benar-benar memiliki hubungan dengan sahabatnya sendiri. Sebuah pengkhianatan yang tak pernah ia bayangkan bisa terjadi dalam kehidupannya."Temui aku di hotel," ucap Edgar pada seseorang melalui panggilan suara. Setelah mengatakan itu, Edgar memutuskan panggilannya secara sepihak dan bergegas pergi dari kamarnya.Edgar berjalan dengan langkah tegas menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Pikirannya berputar-putar dengan berbagai emosi—marah, kecewa, dan dikhianati. Ia melajukan mobilnya meninggalkan mansionnya dengan kecepatan tinggi.Tanpa Edgar sadari, ada sepasang mata yang memperhatikannya dari dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari kediamannya. Sosok itu menatap kepergian Edgar dengan tatapan penuh kepuasan. Saat memastikan mobil Edgar
Read more

BAB 68. Senjata Makan Tuan

***"Kamu yang melakukannya, kan?" tanya Barra tiba-tiba seraya menggoyang-goyangkan gelas berisi wine di tangannya. Barra memandangi Bianca dengan tatapan tajam, seakan-akan ingin menembus dinding kebohongan yang mungkin saja menyelubungi wanita di depannya itu."A-Apa maksudmu?" tanya Bianca terbata-bata. Gluk!Barra meneguk wine miliknya dengan sekali tegukan, sebelum berbicara. "Edgar. Kau yang menaruh obat tidur di minumannya, kan?" tembak Barra, hingga membuat Bianca panik seketika. Kalimat itu seakan petir yang menyambar tanpa aba-aba, menghancurkan ketenangan yang semu. Wajah Bianca semakin pucat, seolah darahnya berhenti mengalir."Ternyata kamu belum berubah," tambah Barra seraya tersenyum kecut. Ia mengamati setiap gerak-gerik Bianca, mencari tanda-tanda kebohongan."A-Aku benar-benar tidak mengerti dengan ucapanmu," sangkal Bianca dengan wajah pucat pasi. Kata-katanya terdengar hampa, tanpa keyakinan. Matanya menghindari tatapan Barra, menelusuri sudut-sudut ruangan seola
Read more

BAB 69. Kecewa

Setelah Julian sampai di hotel Edgar, ia berlari menyusuri setiap tempat dan lorong seraya mengedarkan pandangannya ke segala arah mencari keberadaan Bianca. Jantungnya berdetak kencang, penuh kekhawatiran akan kondisi sahabatnya. Dia terus berlari, melewati pintu-pintu kamar dan mengintip ke dalam lorong yang lebih gelap, berharap bisa menemukan Bianca sebelum sesuatu yang buruk terjadi.Tiba-tiba, pandangan Julian tanpa sengaja menangkap Bianca yang tengah duduk di lantai dengan mata yang tertutup rapat. Tubuhnya terlihat lemas dan tak berdaya, seperti seseorang yang sedang berjuang melawan kantuk yang tak tertahankan. Ia buru-buru berlari dan mendekati wanita itu."Bianca!" seru Julian dengan nada cemas, berlutut di sampingnya. Ia mengguncang tubuh Bianca dengan lembut, mencoba membangunkannya. "Bianca, bangun! Ini aku, Julian!"Bianca membuka matanya sedikit, tatapannya kabur dan bingung. "Julian..," gumamnya dengan suara yang hampir tidak terdengar."Apa yang terjadi?" tanya Juli
Read more

BAB 70. Surat Pengunduran Diri

Julian berdiri tegap di hadapan Bianca, sorot matanya penuh tuntutan. Suasana di ruangan itu menjadi tegang, seakan-akan udara di sekitarnya menebal, menekan setiap napas yang diambil. Bianca bisa merasakan tatapan tajam Julian seolah-olah menembus jiwanya, mencari kebenaran yang disembunyikannya. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya, dan tangannya bergetar halus saat ia mencoba untuk tetap tenang."Bianca, aku ingin mendengar penjelasanmu. Kenapa kau lakukan ini?" suara Julian sedikit melembut, tetapi masih sarat dengan rasa kecewa dan marah.Bianca akhirnya mengumpulkan keberanian untuk berbicara, suaranya bergetar pelan. "Aku... aku hanya ingin mempercepat semuanya."Julian menggelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Mempercepat? Maksudmu.. dengan cara meniduri Edgar? tanya Julian dengan dingin.Bianca mengangkat alisnya, seolah-olah tidak terpengaruh oleh kemarahan Julian. "Apakah itu terdengar buruk bagimu? Kamu bilang ingin membantu, kan? Tapi.. kamu
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status