Semua Bab DENDAM SANG PEWARIS: Bab 1 - Bab 10

68 Bab

SATU

Keheningan yang pekat memenuhi atmosfer ruangan yang berukuran enam kali empat meter tersebut. Terlihat dua orang wanita yang berdiri sedikit gemetar menghadap sebuah meja besar yang sedikit penuh dengan tumpukan map sewarna dengan yang sedang di baca oleh seorang wanita muda di balik meja. Embusan napas panjang wanita itu semakin membuat dua pegawai wanita tadi was-was. “I’m done. Bukankah saya bilang berkali-kali jika kita tidak bisa menambahkan biaya produksi? Jika masih belum bisa menentukan berapa target minimum dengan benar, seharusnya kalian tidak mengambil keputusan serampangan begini.” Wanita itu mengentak map di atas meja. Tidak peduli tatapan takut-takut dua pegawai wanita di depannya. “Perbaiki dan serahkan kembali sebelum pukul empat sore ini,” ujarnya dingin tanpa mengalihkan pandangan dari layar elektronik yang berpendar lembut di hadapannya. Salah satu dari pegawai itu mengambil benda persegi berwarna hitam itu kemudian pamit undur diri. “Ternyata rumor yang meny
Baca selengkapnya

DUA

Wanita itu membuka matanya, napasnya memburu. Butir-butir keringat menghiasi wajahnya yang seputih porselen. Ada napas lega saat ia sadar bahwa dirinya berada di kamarnya. Berkas sinar yang masuk melalui celah gorden menyadarkan dirinya bahwa matahari telah bertugas. Getar ponsel di atas meja membuatnya bangkit ke arah benda persegi itu ia letakkan. Senyum tipisnya terkembang kala melihat siapa yang menghubunginya.“Ya, Miss Moore?”Su Li menjauhkan ponsel dari telinganya, mengaktifkan mode loudspeaker sambil berjalan menuju pantry.“Pelan-pelan saja,” ucapnya santai.“Bagaimana bisa anda setega ini dengan saya?”Su Li terkekeh, ia bisa membayangkan bagaimana ekspresi sekretarisnya saat ini. Manik keabuan itu pasti sedang berkaca-kaca.Su Li sedang mengambil cangkir ketika, Ms. Moore kembali menambahkan, “Bahkan anda tidak memberikan kesempatan untuk saya mengucapkan perpisahan dengan benar.”“Dan membuatmu tidak konsentrasi dengan pekerjaanmu?”Su Li mengambil beberapa apel di dala
Baca selengkapnya

TIGA

“Jadi dia lebih memilih untuk menginap di hotel?”Tuan Su menyesap kopinya dengan tenang mendengarkan seorang wanita paruh baya mengomel. Perpaduannya memang tidak cocok, tetapi ia mencoba menahan diri dan tidak mengacuhkannya.“Mau sampai kapan dia tidak menerimaku? Sikap kekanakannya itu tidak sesuai dengan usianya.”Wanita itu memotong toast di hadapannya dengan sedikit kesal. Tuan Su hanya diam-diam melirik dan kembali fokus dengan bacaannya.“Kau begitu memanjakannya sampai ia tidak memiliki sopan santun seperti itu, aku penasaran mirip dengan siapa sikap tidak sopannya itu.”“Wu Xia. Perhatikan ucapanmu,” ucap Tuan Su dengan dingin.“Jika sikapmu setidaknya sedikit saja ada kehangatan, mungkin anak itu mau pulang rumah ini.”Wu Xia membanting alat makan yang sedang ia pegang. “Jadi kau menyalahkanku karena anakmu tidak pulang ke rumah? Siapa yang menyuruhmu untuk menikahiku?” ucapnya menggebu kemudian bangkit meninggalkan Su Liang yang masih tenang dengan kopi dan juga laporan y
Baca selengkapnya

EMPAT

“Su Li kesal denganku. Ia tidak mau mengangkat panggilanku sekali pun.” Ziang Chen tersenyum tipis sambil memperhatikan Su Liang yang sibuk memangkas bonsai dengan wajah yang mengkerut akibat ulah sang Putri. “Usianya sudah pas untuk menikah. Apakah aku salah membantu mencarikan pasangan yang layak untuknya?” “Anda tahu bagaimana temperamen Nona Muda, Tuan. Saya yakin Nona Muda saat ini sedang sangat kesal dengan anda.” Su Liang menghentikan aktivitasnya dan duduk di bangku taman diikuti oleh Ziang Chen. “Setelah anak Presdir Wang, ia sama sekali tidak mau bertemu dengan yang lain. Padahal mereka semua adalah pemuda yang hebat.” Ziang Chen menuangkan teh dan memberikannya kepada Su Liang. Cahaya redup matahari yang berhasil menembus atap kaca transparan itu membuat udara di dalam rumah kaca menghangat. Mendiang istri pertamanya sangat menyukai bunga, sehingga ia membangun sebuah rumah kaca agar sang Istri bisa berkebun walau di luar tertutup salju. Seperti sekarang, walau bera
Baca selengkapnya

LIMA

Suasana perusahaan dimanapun itu bagi Su Li tidak memiliki banyak perbedaan. Karyawan yang berlalu lalang dengan menggunakan name tag dan membicarakan pekerjaan, satu dua orang yang membawa setumpuk berkas, hingga beberapa karyawati yang sedang bergosip di ujung pantry. Hanya saja, konsep perusahaan Liang Tech agak berbeda dengan Ubex Corporation tempatnya dulu mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Setiap divisi memiliki ciri khasnya masing-masing. Desain interior yang berbeda cukup menjelaskan bidang apa yang divisi itu kerjakan.Tapak langkahnya yang mengikuti ketua HRD memasuki sebuah ruangan. Sebuah papan yang bertuliskan Investor Relation terpampang di atas pintu masuk. Tidak ada meja bersekat yang memisahkan karyawan satu dengan yang lain, konsep open space yang begitu apik. Ruangan yang tidak bisa disebut kecil itu dihuni oleh delapan orang karyawan yang terlihat sedikit sibuk sehingga tidak menyadari kedatangan mereka. Tepukan tangan dari Tuan Shen mengalihkan atensi semua ora
Baca selengkapnya

ENAM

Pintu darurat menjadi tempat favoritnya beristirahat. Setelah proyek dengan investor Perancis itu selesai, Su Li mengira bahwa tugasnya sudah selesai. ia tidak menyangka bahwa ia harus menyelesaikan beberapa proyek besar lagi.“Apakah aku terlalu serius bekerja?” gumamnya. Ia merasa sedikit demi sedikit mulai teralihkan dari tujuan utamanya. Getar ponselnya membuat dirinya beranjak. “Ada apa?” tanyanya sambil berjalan keluar.Xiao Lu memberikan kabar bahwa mereka diminta untuk menemui Su Liang sekarang. Ketika keluar, ia berpapasan dengan seorang pria. Wajahnya tidak terlihat dengan jelas karena pria itu menunduk sambil menerima panggilan.“Aku akan segera kesana.”Percakapan itu saja yang sempat ia dengar sebelum pria itu menghilang di balik pintu. Su Li terdiam, kemudian ia berbalik cepat menuju pintu tangga darurat tersebut. Derap langkah lirih yang menaiki tangga terdengar olehnya membuat jantungnya ikut berpacu.Untung saja ia menggunakan sepatu flat hari ini, jadi bisa dengan ce
Baca selengkapnya

TUJUH

Su Li membawa tungkainya ke lantai delapan. Tapak kakinya menggema memenuhi lorong bergaya futuristik tersebut, bagai berjalan di atas catwalk, Su Li menyadari puluhan pasang mata memperhatikan dirinya. Sampai di bagian ujung lantai ia berdiri di depan pintu kaca yang tidak tembus pandang dan kemudian mengetuk pintu. Mendorongnya ketika suara di dalam mempersilakannya masuk.“Selamat pagi, Direktur.”Direktur Lin yang melihat kedatangan Su Li melepaskan kacamata bacanya. “Ada apa Nona Su?” ucapnya sambil beranjak menuju sofa. Su Li menyamankan diri di salah satu sofa yang dipersilakan oleh Direktur Lin.“Divisi kami membutuhkan laporan cash flow perusahaan selama tiga tahun terakhir. Tetapi entah mengapa, sepertinya bagian keuangan lupa menyerahkan beberapa laporan. Kami mendapatkan beberapa yang missed. Terutama bagian operating activities. Jadi saya kemari karena ingin meminta dokumen tersebut.”“Permintaan saya seharusnya tidak terlalu banyak, kan?” Su Li menatap lurus Direktur Lin
Baca selengkapnya

DELAPAN

“Apa yang bisa ditemukan oleh anak kecil itu? Dia hanya bisa menggertak.” Wanita itu meluruskan tangan kanannya, merasakan bagaimana tangan pegawai spa itu memijatnya dengan piawai. “Kau tidak perlu khawatir. Kita sudah membuatnya serapi mungkin. Tidak akan ada celah.” Setelah mengatakan hal tersebut ia mengakhiri panggilan itu. Seorang pegawai kemudian mengambil ponsel itu dari tangannya. “Su Li membuat onar?” Wanita itu mengangguk. “Dia membuat keributan di kantor Direktur Lin. Meminta kekurangan dokumen atau apapun itu.” “Seperti bukan dirinya saja. Bukankah selama ini dia hanya diam?” “Ibu juga tidak mengerti. Mungkin dia hanya mencari cara untuk menghalau bosan,” ucap wanita itu sambil terpejam. Wangi aromaterapi yang berasal dari lilin di pojok ruangan dan juga pijatan pada punggungnya membuat semuanya terasa sempurna. “Kau tidak ada niat untuk masuk ke perusahaan, Wei Fang?” Gadis muda di sebelahnya menggeleng. “Bukankah kita sudah sering membicarakan ini, Bu? Perusahaan
Baca selengkapnya

SEMBILAN

“Aku ingin menjadi pemimpin perusahaan.” Su Liang menatap Su Li tidak percaya. “Kau tidak sedang mabuk kan?” ia kemudian memastikan bahwa yang diminum oleh Su Li adalah kopi bukanlah minuman beralkohol. “Bukankah Ayah memaksaku untuk menjadi pewaris? Sekarang aku menawarkan diri tetapi malah seperti itu respon Ayah.” Su Li menyeruput es americano-nya dengan kesal. Jika sedang merajuk anak gadisnya itu akan cemberut seperti ikan mas, memuat Su Liang tersenyum gemas. “Ayah, aku sedang berbicara serius.” Ucapan Su Li membuat Su Liang menenggelamkan senyumnya. Benar kata sang Putri, ia harus serius saat ini. Pasti ada sesuatu yang membuat Su Li berubah pikiran. “Kau sudah menemukan pengganti kekasihmu itu?” Su Li memutar bola matanya kesal. Sang Ayah masih saja mengira dirinya memiliki hubungan spesial dengan Miss Moore. Ia sedikit menyesal mengapa tidak pernah mengiyakan tawaran beberapa temannya ketika di bangku sekolah. Saat di Ubex pun banyak yang mencoba mendekati hanya saja S
Baca selengkapnya

SEPULUH

Kuncup-kuncup magnolia mulai menampakkan diri. Beberapa ranting yang semula gundul juga mulai menumbuhkan pucuk-pucuk kehijauan. Pegawai minimarket sedang menempelkan kaligrafi dan juga lukisan musim semi kala seorang gadis membuat bel kecil di atas pintu kaca itu bergemerincing. Destinasi pertamanya adalah deretan mie instan yang tersusun rapi, setelah menimbang cukup lama pilihannya jatuh kepada luosifen, semenjak berada di London, ia sangat ingin mencicipi sajian mie beras atau bihun berbahan dasar siput tersebut. Jika dalam penyajian sebenarnya, bihun direndam dalam kaldu pedas, lalu diberi taburan rebung, buncis, lobak, kacang tanah, dan kulit tahu, tetapi ia cukup puas dengan keberadaan luosifen dalam bentuk instan. Su Li berharap rasanya tidak akan beda jauh dari cita rasa yang berada di ingatannya. Walaupun beraroma yang khas, rasanya sangatlah enak. Dulu setiap kali sang Ibunda menjemput dirinya setiap sepulang sekolah, mereka pasti akan mampir di kedai ujung gang. Mengha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status