Home / Pernikahan / DENDAM SANG PEWARIS / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of DENDAM SANG PEWARIS: Chapter 41 - Chapter 50

68 Chapters

EMPAT SATU

Kesiap memenuhi wajah letih Ziang Wu kala menghidupkan lampu ruang tamu, istrinya meringkuk di atas sofa. Ia merasa lega karena ternyata sang Istri benar-benar pulang ke rumah. Walaupun kelegaan itu sirna kala mendapati Su Li yang menangis. Wanita itu memejamkan matanya bukan karena tertidur. Semakin ia mendekat dapat terdengar isakan halus, bahkan air mata itu masih mengalir dengan deras. Melihat keadaan sang Istri, Ziang Wu bergegas melepaskan tasnya dan jongkok di depan Su Li. “Su Li, ada apa?” tanya lembut sambil mengusap pelan pipi sang Istri. Su Li mengerjap pelan, melihat kehadiran Ziang Wu membuat tangisnya semakin kencang. Pemuda itu kemudian merengkuh sang Istri dalam pelukan. Hatinya ikut sesak melihat manik kecokelatan itu mengeluarkan sekresi air mata. Su Li pernah menangis beberapa kali dalam pelukannya. Namun, baru kali ini mendengar tangisan Su Li yang sangat menyayat hati. Tidak ada sosok Su Li yang kuat, yang mampu menaklukan dunia dengan segala tindakan dan pe
Read more

EMPAT DUA

Su Li duduk di salah satu kursi yang menghadap sebuah cermin besar. Membiarkan seorang wanita memotong rambutnya sedikit demi sedikit. Jika bukan karena paksaan sang Suami, ia tidak akan terdampar di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh para wanita yang sibuk memoles diri.Sejak dulu ia sama sekali tidak pernah menghabiskan waktu berjam-jam hingga seharian penuh berdiam diri di tempat yang menjadi favorit kaum hawa tersebut.Ia kecolongan saat Ziang Wu diam-diam mengajukan cuti untuknya selama dua hari kepada Nona Lin. Jadwal Su Li selama dua hari ini telah Nona Lin kosongkan sehingga ia tidak perlu ke kantor. Walau tidak banyak yang mereka bicarakan, tetapi obrolan singkatnya dengan Ziang Wu semalam berhasil membuat sang Suami memikirkan ide macam-macam untuk menghiburnya.“Aku sangat iri dengan Nona.”Su Li menatap penata rambut itu dari kaca, sebagai tanda ia tidak paham dengan apa yang dimaksudkan oleh penata rambut tersebut.“Jarang-jarang seorang suami mengantar istrinya untuk k
Read more

EMPAT TIGA

“Selamat pagi, Nyonya Su,” sapa Nona Lin ketika Su Li sampai di kantor. Melihat senyum lebar sang Atasan mambuat Nona Lin yakin, bahwa Su Li tidak mempermasalahkan libur dadakan yang Ziang Wu atur untuknya.“Selamat pagi, Nona Lin. Bagaimana dengan jadwalku hari ini?”Nona Lin kemudian mengekori Su Li sambil memberitahukan beberapa agenda yang harus diselesaikan hari ini. “Selain itu Nyonya tidak ada agenda lain di luar, hanya saja banyak hal yang harus segera Nyonya selesaikan,” ucap Nona Lin sambil melirik tumpukan berkas di atas meja kerja Su Li.Su Li hanya tersenyum tipis, mimpi buruk dari liburan adalah tumpukan pekerjaan. Melihat tumpukan map hitam itu, menyadarkan Su Li bahwa hari-hari menyenangkannya telah usai.“Tidak masalah, sesuatu yang menyenangkan memang tidak pernah memiliki harga yang murah,” ucapnya sambil menyemangati dirinya sendiri di dalam hati.Ponselnya berdering saat Su Li sedang memeriksa berkas dari peninjauan perkembangan proyek smart city bersama SOHO Gru
Read more

EMPAT EMPAT

“Ada rumor yang mengatakan bahwa Nyonya Wu Xia membunuh Nyonya Su terdahulu untuk menjadi pemilik perusahaan.” Xiao Lu menepuk pundak kekasihnya. “Jangan katakan yang tidak-tidak,” ucapnya kemudian menyuapi Shu Liam dengan irisan chicken katsu miliknya. “Aku hanya menyampaikan apa yang aku dengar,” ucap gadis itu lagi setelah menelan makanannya. Su Li hanya tersenyum tipis, berusaha tetap tenang walau isi kepalanya sudah mulai berisik saling berebut menyimpulkan. Wu Xia memang pernah menjadi tersangka utama di kepalanya, tetapi ia tidak pernah punya bukti yang cukup untuk membuktikan hipotesisnya tersebut. “Rumor hanyalah rumor. Kita tidak bisa menarik kesimpulan dari sesuatu yang tidak pasti kebenarannya,” ucap Su Li kemudian memulai sesi makan siangnya. “Tetapi, Shu. Siapa yang pertama kali menyebarkan rumor ini?” “Siapa yang memulainya saya tidak tahu. Tetapi saya mendengar dari teman saya dari Divisi Pemasaran.” Su Li mengangguk mengerti. Wu Xia memang memanipulasi keuangan
Read more

EMPAT LIMA

Nona Lin membawakan mangkuk yang berisi air hangat dan sebuah handuk yang Su Li minta. Bagaimana tampilan Su Li pagi ini membuatnya sedikit terkejut. Atasannya yang selalu rapi itu terlihat sedikit berantakan dengan kantung mata yang terpampang nyata. Nona Lin tahu, Su Li adalah wanita pekerja keras, bahkan sampai mengorbankan waktunya untuk beristirahat. Namun baru kali ini ia melihat bagaimana Su Li terlihat sangat lelah. “Nyonya, saya membawakan air hangat dan juga kompresan.” Su Li membuka matanya. Sejak Ayahnya pulang, ia tidak bisa memejamkan mata barang sejenak. Pikirannya terlalu berisik dengan berjuta argumen yang tumpang tindih. Untung saja ia tidak memiliki agenda penting hari ini sehingga dirinya bisa mencuri-curi waktu untuk beristirahat. “Terima kasih, Nona Lin,” ucapnya kemudian kembali terpejam. Nona Lin membantunya untuk memposisikan kompres mata itu dengan benar. “Saya sudah mengatur semua dokumen yang harus anda selesaikan hari ini. Juga ada beberapa email dan
Read more

EMPAT ENAM

“Ada apa? Istrimu tidak mengangkat panggilanmu?” Huo Yan menatap Ziang Wu yang terlihat sedikit kecewa. “Mungkin saja istrimu sudah tidur. Sekarang di Beijing sudah pukul sepuluh malam.” Ziang Wu sebenarnya tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh Huo Yan. Su Li bukan tipikal orang yang tidur tepat waktu. Setidaknya ia akan tidur di atas pukul sebelas malam. Ada sedikit rasa yang tidak nyaman mengusiknya. “Sudahlah, Bung. Besok kita sudah pulang, jadi kau bisa bertemu dengan istrimu.” Ziang Wu mengangguk. Konferensi yang ia hadiri, selesai hari ini yang ditutup dengan jalan-jalan keliling kota Hamburg. Selain karena merindukannya, Ziang Wu ingin memperlihatkan keindahan dari kota Hamburg kepada Su Li. Istrinya itu bilang, jika salah satu kota impiannya adalah kota di benua Eropa tersebut. Ia kemudian memenuhi dirinya dengan afirmasi positif, mungkin saja Su Li memang sudah terlelap jadi tidak bisa menerima panggilannya. Ziang Wu kemudian mengambil beberapa foto. [Ziang Wu 22
Read more

EMPAT TUJUH

[Ziang Wu!] Bentakan Huo Yan dari seberang telepon berhasil membuat Ziang Wu tersadar. Ziang Wu menaruh kembali foto yang ia temukan ke dalam tas istrinya. “Ada denganku,” ucapnya saat melihat map merah yang berisi laporan milik Huo Yan terselip di antara berkas miliknya. Ziang Wu baru ingat jika di bandara Swiss, Huo Yan memintanya untuk memeriksa lagi apa yang sudah dikerjakan oleh pemuda itu. Helaan lega dari Huo Yan dapat Ziang Wu dengar dengan jelas. [Hampir saja. Seingatku terakhir kali membukanya waktu di Jenewa.] “Apakah ada hal lain?” tanya Ziang Wu lagi. Ia benar-benar tidak memiliki mood untuk meladeni Huo Yan. [Kau benar-benar tidak ingin menginap di rumahku?] Tanpa menjawab, Ziang Wu memutuskan panggilan itu sepihak. Ia yakin bahwa Huo Yan pasti sedang memakinya saat ini, tetapi ia tidak peduli. Sebenarnya ia masih terkejut dengan fakta yang baru saja ia temukan. Sebenarnya, Ziang Wu tidak masalah jika sang Ayah ingin mencari pasangan lagi. Karena ia pun sadar
Read more

EMPAT DELAPAN

“Jadi Tuan Ziang, bisa kau jelaskan padaku sekarang. mengapa kau ada di sini.” Su Li melipat kedua tangannya di depan dada sambil memandang Ziang Wu lurus. Saat ini keduanya sudah berada di kamar hotel yang Su Li tinggali. Kedatangan Ziang Wu benar-benar kejutan untuknya. Terlebih lagi, sang Suami bisa menemukan keberadaannya secara akurat. Walaupun Su Li yakin ada campur tangan sang Sekretaris, hanya saja ia ingin mendengar penuturan langsung dari sang Suami. “Aku bertanya pada Nona Lin. Seharusnya kau pulang kemarin. Jadi jangan salahkan aku jika menghubungi Nona Lin untuk menanyakan alasan mengapa kau belum sampai di Beijing kemarin.” Su Li akui mengunjungi Otaru adalah perjalanan di luar agenda yang sudah dirancang oleh Nona Lin. Ziang Wu berjalan mendekati sang Istri. “Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu.” Menurunkan kedua lengan Su Li perlahan dan menariknya dalam pelukan. “Apakah hanya aku yang menderita di sini?” ucapnya lagi dengan suara memelas. Pelukan Ziang Wu berh
Read more

EMPAT SEMBILAN

Sinar mentari yang mengintip malu-malu di balik tirai, mengusik tidur lelap Ziang Wu. Perlahan ia mengerjapkan mata berusaha untuk beradaptasi. Senyumnya tercipta kala melihat Su Li yang masih tertidur lelap. Wajah tenang yang sangat jarang terlihat itu tak pernah bosan ia pandangi. Jika kedua mata itu terbuka, tidak akan ada lagi sosok tenang yang tersisa. Fokus Ziang Wu turun ke bibir merah muda yang sedikit terbuka. Membuat pemuda itu mencuri satu kecupan. Pemuda itu tersentak kala Su Li bergerak dan tidak sengaja kaki wanita itu menyentuh area terlarang miliknya. Membuat Ziang Wu bergegas bangun menuju kamar mandi. Ia tidak mau mengusik tidur tenang sang Istri. Biarlah pagi ini ia menghabiskan waktu sedikit lebih lama di kamar mandi. Senyum lebar Ziang Wu terbit kala mendapati Su Li yang masih betah bergelung di bawah selimut ketika dirinya selesai membersihkan diri. Ternyata jika tidak sedang bekerja, Su Li memiliki kebiasaan yang sama dengan orang lain. Ziang Wu memilih unt
Read more

LIMA PULUH

Su Li mengerjapkan matanya. Kali pertama yang ia lihat adalah wajah tertidur suaminya. Walau terpejam, Su Li dapat melihat begitu jelas mata Ziang Wu yang bengkak. Sampai pemuda itu tertidur dalam pelukannya, ia sama sekali tidak bersuara. Hanya isak tangis yang mengantarnya hingga terlelap.Su Li memainkan telunjuknya pada rambut sang Suami yang terlihat lebih panjang dari terakhir kali ia memperhatikan. Pucuk hidung Ziang Wu memerah. Su Li yakin, suaminya itu pasti akan pilek, karena Ziang Wu memiliki rhinitis yang membuatnya mudah sekali pilek ketika terjadi peradangan pada saluran pernapasannya. Setelah menangis selama berjam-jam, sudah pasti hidung dan juga tenggorokkan suaminya itu akan meradang.“Apa yang membuatmu sampai menangis tersedu seperti itu?” gumam Su Li. Setelah menyadari hampir waktu untuk berangkat kerja, Su Li beranjak dari tempat tidur dengan perlahan. Ia tidak mau mengusik tidur Ziang Wu.***“Apakah ada jadwal pertemuan selanjutnya?”Nona Lin menggeleng dan mem
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status