Home / Pernikahan / DENDAM SANG PEWARIS / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of DENDAM SANG PEWARIS: Chapter 21 - Chapter 30

68 Chapters

DUA SATU

“Bagaimana perasaanmu setelah malam itu?” Su Li menatap Ziang Wu lurus. Ia tahu, cepat atau lambat pembahasan ini harus mereka bicarakan. Wanita itu menelan gigitan terakhir macaroon yag ia makan. Berpikir dengan seksama pilihan kata apa yang akan ia sampaikan. Topik yang diajukan Ziang Wu sangat sulit, Su Li takut akan salah bicara. Suasana ruangan itu mendadak menjadi hening, hanya sesekali suara desisan pengharum ruangan yang terdengar. Detik-detik itu terasa mencekam bagian Ziang Wu, ia hanya mampu melirik Su Li diam-diam. Berdoa dengan sungguh-sungguh agar Su Li tidak menghancurkan sedikit harapannya. Wanita itu tidak membencinya, Ziang Wu tahu itu. Hanya saja ia sedikit ragu jika perasaan asing yang selalu menghantuinya itu juga dirasakan oleh Su Li. “Aku tahu, jika hubungan kita hanyalah berlandaskan kontrak yang telah kita sepakati bersama. Tetapi kau juga tahu bukan? Kita tidak bisa mengontrol perasaan yang kita rasakan.” Su Li hanya diam mendengarkan apa yang ingin Zia
Read more

DUA DUA

Setelah perbincangan panjang malam itu, Ziang Wu mengira bahwa hubungan mereka akan membaik. Namun ternyata ia salah. Tidak ada perubahan yang berarti baginya dan Su Li. Wanita itu masih saja menarik batas di antara mereka.Bahkan batas itu terasa lebih nyata. Ternyata Su Li memang serius untuk tidak menggubris sama sekali pernyataan cintanya malam itu. Mereka masih jarang berbicara dengan benar. Selain karena kesibukan masing-masing, Ziang Wu merasa bahwa Su Li menghindarinya. “Kau bertengkar dengan istrimu?”Ziang Wu mengabaikan Huo Yan. Ia masih mencoba fokus dengan kwetiau goreng yang ia pilih sebagai makan siangnya. Sesekali ia melirik ponsel yang ia letakkan di sebelah piring. Benda elektronik itu tetap bergeming. Pesan yang ia kirimkan sebelum jam makan siang tadi tidak mendapat balasan. Bahkan ikon centang itu tidak berubah menjadi dua. Apakah ia sesibuk itu? pikirnya.Pemuda itu kemudian mengambil ponselnya, menggulir bagian kontak dan menimbang-nimbang sejenak sebelum jari
Read more

DUA TIGA

“Kita harus kembali ke dalam.” Su Li mendongak menatap Ziang Wu yang kembali menghampiri dirinya. Tatapan pemuda itu tidak terartikan. Melihat Su Li yang bergeming, Ziang Wu mendatanginya. “Ayo,” ucapnya lagi sambil mengulurkan tangan. “Kita harus bertemu dengan Direktur Wang, Ayah sudah menunggu.” Mendengar Ziang Wu membawa sang Ayah dalam obrolan mereka, akhirnya membuat Su Li meraih tangan Ziang Wu. Pemuda itu menatap Su Li lekat. Kedua tangannya terangkat, “Tersenyumlah. Kau tidak mau mengumumkan kepada dunia kalau kita sedang bertengkar?” ujarnya sambil mencubit kedua pipi Su Li agar membentuk lengkung senyum. “Siapa yang bilang kita bertengkar?” ujar Su Li kemudian menurunkan tangan Ziang Wu dari pipinya. “Iya, kita tidak bertengkar.” Ziang Wu kemudian menggandeng Su Li untuk kembali ke ballroom. Jika terlalu lama ia tidak tahu kapan bisa bertahan. Pemuda itu tahu, menurutnya Su Li benar. Hubungan mereka sangatlah tidak mungkin. Jadi ia harus bertindak secara profesional.
Read more

DUA EMPAT

“Apa yang kau lihat?” Ziang Wu terkejut kala mendengar suara Huo Yan tepat di belakangnya. Huo Yan ikut melihat ke arah pandang Ziang Wu. Namun pemuda itu tidak melihat apapun. Ziang Wu kemudian berbalik dan meninggalkan Huo Yan. Bisa berbahaya jika Huo Yan sampai menyadari apa yang sedang ia lakukan. “Hei, Ziang Wu. Pesta masih berlangsung kau ingin pergi sekarang?” tanya Huo Yan kala melihat Ziang Wu menuju lift bukan kembali memasuki ballroom. Ziang Wu hanya melambaikan tangannya tanpa berniat menggubris Huo Yan. Ia perlu memastikan siapa yang tadi ia lihat. Kebetulan ada CCTV yang mengarah lorong tersebut. Kotak besi yang membawa Ziang Wu berhenti di lantai tiga belas, dimana ruang kontrol keamanan berada. Petugas keamanan yang sedang berjaga di ruang CCTV itu bangkit berdiri kala menyadari kedatangan Ziang Wu. “Ada keperluan apa Tuan Ziang kemari?” “Maaf mengganggu pekerjaan anda, tetapi saya ingin mengecek CCTV di lorong lantai sembilan. Saya kehilangan sesuatu.” Ziang Wu
Read more

DUA LIMA

“Jelaskan alasannya pada Ayah sekarang juga.” Su Li mengembuskan napasnya berat. Jika Ayahnya sudah berbicara serius seperti itu, akan sangat sulit untuk mengelak. Wanita itu kemudian beranjak dan mendatangi sang Ayah. “Sejak malam penobatan itu, aku tinggal di apartemen lamaku.” Su Liang bergeming, memberikan waktu untuk Su Li menjelaskan. Melihat respon sang Ayah, Su Li berani untuk melanjutkan. “Karena banyak yang aku kerjakan, bolak-balik ke rumah itu memakan waktu, Ayah. Jadi aku meminta ijin dengan Ziang Wu untuk tidak pulang sementara waktu.” “Ayah, aku harus menyusun agenda untuk mengadakan rapat umum pemegang saham.” Su Li mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Mengenai hubungannya dan Ziang Wu itu bisa dipikirkan belakangan. Masalah pergantian jajaran direksi menjadi fokus utamanya saat ini. “Bisakah Ayah memberikanku nasihat? Siapa yang harus aku pertahankan dan siapa yang harus aku singkirkan.” Tatapan Su Liang perlahan melembut. “Kau sudah melihat laporan kinerja me
Read more

DUA ENAM

Deru pembersih udara di pojok ruangan membuat Ziang Wu terbangun dari tidurnya. Entah pukul berapa ia terlelap. Lehernya terasa kaku karena tertidur dalam posisi yang tidak pas. Langit yang masih terlihat gelap di balik tirai yang sedikit tersibak membuat Ziang Wu melihat jam tangannya. Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi. Kemudian ia menyadari bahwa posisi tidur Su Li telah berubah. Istrinya ternyata tidur menghadap dirinya. Sebuah lengkung senyum terbit di bibir pemuda itu. Ziang Wu kemudian bangkit untuk memperbaiki posisi tidur Su Li dan juga selimut yang melorot. “Ziang Wu.” Seruan lirih dari Su Li membuat Ziang Wu menepuk-nepuk pelan pundak Su Li. “Tidak apa-apa, aku di sini. Tidurlah lagi,” bisiknya yang membuat Su Li kembali terlelap. Setelah memastikan Su Li kembali terlelap, Ziang Wu kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk mencuci muka. Tak lupa ia mengecek ponselnya, ternyata Huo Yan tidak ada menghubungi. Rekan satu timnya itu memegang teguh janjinya untuk tidak
Read more

DUA TUJUH

“Apa yang kau kenakan?’ Su Li diam tidak menggubris pertanyaan Ziang Wu. Ia tetap melangkah dengan percaya diri di balik balutan bodycon tali spaghetti yang berwarna merah marun kontras dengan kulit putihnya. Mini dress itu membentuk lekuk tubuhnya dengan sempurna. Ziang Wu sama sekali tidak dapat mengalihkan pandangannya, waktu seakan melambat kala Su Li perlahan mendekatinya. “Aku memasakkan makan malam untukmu,” ucap Su Li sambil meletakkan sepiring tenderloin steak yang susah payah ia siapkan sejak pagi dengan Nona Lin. “Jadi ini kejutan yang kamu maksud?” tanya Ziang Wu setelah Su Li mengenyakkan bokong pada kursi di seberang meja, berhadapan dengannya. Su Li mengangguk. “Apa kau menyukainya?” Tentu saja Ziang Wu mengangguk dengan senyum puas. Walau sempat sedikit terkejut saat melihat penampilan memukau dari Su Li, Ziang Wu cepat menyadarkan dirinya. Mencoba fokus dengan apa yang terhidang di atas meja, walau ia diam-diam melirik Su Li yang tampak begitu tenang. “Tentu
Read more

DUA DELAPAN

“Paman Liu!” Pria paruh baya itu berhenti. Maniknya membulat saat ia melihat Su Li mendekat. Kemudian ia berbalik arah berusaha untuk menghindar. Namun belum sempat ia menghindar jauh, langkahnya terhenti tepat saat Su Li berhasil menahan jaketnya. “Apa yang kau inginkan!?” hardik Liu Yan dan menarik kasar jaket yang ia kenakan. “Aku tidak ada hubungan apapun dengan kematian ibumu.” Manik itu menatap Su Li nanar. Mendengar penuturan Liu Yan, membuat Su Li terkejut. Pasalnya ia belum ada mengatakan apapun. “Kematian wanita itu tidak ada hubungannya denganku. Aku hanya melakukannya sesuai perintah.” Tatapan nanar itu berubah menjadi ketakutan. Wajah yang penuh keriput itu kemudian dipenuhi dengan kabut penyesalan. “Aku tidak membunuhnya, Nona Su,” ucapnya dengan suara yang bergetar. Ziang Wu yang menghampiri mereka bingung dengan apa yang sedang terjadi. Belum lagi saat melihat ekspresi Su Li yang terlihat syok. Pria paruh baya yang berada di depan istrinya sedang terisak. “Tuan L
Read more

DUA SEMBILAN

“Ini lebih besar dari yang aku kira.” Ziang Wu mengangguk setuju. Seperti Liang Tech yang beroperasi di bidang teknologi perangkat lunak, Cosmo Tech juga beroperasi di bidang yang sama. Sudah menjadi rahasia umum bahwa di antara keduanya terdapat persaingan yang sangat ketat. Usia perusahaan yang terpaut tidak jauh itu selalu bersaing dengan caranya masing-masing. “Liang Tech yang bertambah pesat memang sempat menggemparkan Tiongkok. Saat itu, Cosmo Tech seperti dilucuti semua kebanggaannya saat Liang Tech berhasil memenangkan tender bersama pemerintah. Padahal mereka sudah secara terang-terangan berbicara kepada media bahwa akan memenangkan tender tersebut.” Ziang Wu memberikan tabletnya kepada Su Li, membiarkan istrinya membaca sebuah artikel berita yang dikeluarkan dua tahun yang lalu. Walau media selalu mengatakan bahwa persaingan di antara kedua perusahaan itu sehat, nyatanya ada beberapa praktik kecurangan yang dilakukan Cosmo Tech yang bertujuan untuk menyabotase keberhasila
Read more

TIGA PULUH

Lobi Liang Tech sudah terlihat lengang. Hanya terlihat beberapa pegawai yang berlalu lalang, sebagian besar tujuan mereka adalah pulang. Jam pulang kantor memang sudah berakhir beberapa jam yang lalu, bahkan meja resepsionis juga sudah kosong.Beberapa pegawai yang lembur terlihat kembali dari kantin sambil membawa cangkir kopi dan juga kudapan malam. Kantin memang akan buka sampai tengah malam, menemani pegawai yang sedang lembur mengejar target.Ziang Wu menunggu di salah satu sofa yang berada di ruang tunggu sesuai permintaan Su Li. Istrinya mengatakan bahwa meeting sudah selesai dan memintanya untuk menunggu di lobi saja.Untuk membunuh waktu, Ziang Wu mengambil beberapa majalah bisnis yang ada di atas meja. Bacaannya terhenti saat kedua matanya tertutupi oleh dua tangan yang terulur dari belakangnya. Aroma ceri yang menguar membuatnya tersenyum dan menurunkan kedua tangan itu. Ia kemudian berbalik dan melihat Su Li yang berdiri di belakangnya dengan wajah bersalah.“Maaf, ternyat
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status