Devan terbangun karena sentuhan di kepalanya. Ia mendongak, lalu tersenyum saat melihat istrinya sudah sadarkan diri.“Sayang, kamu sudah bangun? Gimana keadaanmu? Masih pusing atau apa ada yang sakit?” tanya Devan begitu panjang membuat Fania menggeleng dengan tersenyum.“Aku baik-baik saja, Mas.”“Syukurlah, aku sangat khawatir saat kamu tak sadarkan diri. Maafkan aku, Sayang. Karena aku ka—,”“Terima kasih, Mas. Atas kepedulianmu, maaf aku membuatmu repot,” sela Fania. Ia seakan-akan melupakan apa yang terjadi beberapa jam yang lalu.Devan tersenyum. “Aku tidak merasa repot sama sekali. Semua ini salahku, tolong maafkan aku, Sayang,” mohon Devan sekali lagi.Fania pun mengangguk. Jujur saja, hatinya masih merasa kecewa kepada sang suami. Namun, melihat kepedulian yang dilakukan suaminya membuat sebagian hatinya luluh begitu saja.“Kamu mau makan? Aku suapkan buburnya, ya?” tanya Devan.“Boleh, Mas.”Sebelum menyuapi sang istri. Devan lebih dulu membantu Fania untuk duduk. Setelah s
Read more