Share

Bab 36. Soto Lamongan

Penulis: DLaksana
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-11 18:37:42

Devan mendekat ke arah brankar lalu berkata, “Tenang saja, Sayang. Aku sudah mengusir Alya. Meski niat dia baik mau menjenguk kamu, tapi aku tidak ingin kita salah paham lagi.” Devan mencoba menjelaskan.

Fania tersenyum sekarang. “Lagian jika mbak Alya mau ke sini juga tidak masalah, Mas. Aku beneran tidak apa-apa, kok.”

“Iya, Sayang. Sudah tidak perlu dibahas. Aku potongin alpukatnya, ya?” tanya Devan dengan mengalihkan pembicaraan. Fania pun hanya mengangguk.

Fania menatap gerak gerik sang suami yang sedang memotong buah alpukat untuknya. Jujur saja, Fania sebenarnya sedikit terkejut mendengar penuturan sang suami jika mantannya ingin menjenguk dirinya. Padahal, hatinya sebenarnya tidak mempermasalahkan. Ia sangat percaya dan yakin kepada sang suami jika cintanya begitu tulus untuknya.

Setelah buah kesukaan istrinya sudah terpotong semua, Devan menyerahkan buah alpukat mentega yang sudah dicampuri dengan susu kental manis rasa cokelat, kepada sang istri yang sudah menunggu sedari ta
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aghnia
aku juga suka soto lamongan fan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 37. Melepas Kerinduan

    Devan tersenyum kepada sang istri yang bertanya.“Ini enak banget, sungguh aku tidak bohong,” ucap Devan dengan antusias. Ia juga berulang kali menyuapi kuah soto ke dalam mulutnya.Fania yang tadinya khawatir melihat ekspresi suaminya kini tersenyum senang.“Ya ‘kan, enak!”Devan mengangguk setuju. “Enak banget, Sayang.”Fania bersyukur, suaminya kini sudah tampak lebih santai, tidak seperti pertama kali datang. Dan karena hal ini membuat Fania ingin mengajak sang suami ke tempat makanan yang lain juga.Setelah makanan selesai dan membayar. Mereka pun kembali masuk ke dalam mobil untuk pulang ke apartemen.“Sayang, kok kamu tahu sih? Tempat-tempat makanan pinggir jalan kaya gitu? Kamu lahir dari seorang pengusaha, biasanya ‘kan memilih tempat makan kalo enggak di restoran, di hotel berbintang atau mall, gitu?” tanya Devan yang masih penasaran kepada istrinya.Fania terkikik. “Kamu masih penasaran aja, Mas?” Fania malah membalik tanya membuat Devan tersenyum.“Ya, aku pengen tahu aja!

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-12
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 38. Impian Fania

    Fania membuka amplop cokelat itu secara perlahan. Setelah terbuka, ia dibuat tercengang oleh isi di dalamnya.“Mas, ini tiket pesawat?” Fania bertanya kepada Devan yang mengangguk.“Lusa kita ke Paris. Sesuai dengan keinginanmu, Sayang.”Kedua mata Fania seketika langsung mengembun. Impiannya ke negeri Eropa akan terwujud. Meski Fania anak pengusaha kaya raya. Namun, ia tidak diperbolehkan ke luar negeri saat masih gadis. Alnando sangat keras dalam mendidik putrinya. Jangankan ke luar negeri, ke luar kota saja harus mendapat izin berhari-hari.“Mas, bukannya seharusnya akhir bulan, ya? Kok dipercepat?” tanya Fania penasaran dengan memasukkan kembali tiket pesawat ke dalam amplop.“Karena Lusa, Reihan dan Karina sudah tiba di tanah air. Jadi, mumpung sudah ada Reihan, pekerjaan biar Reihan yang mengurus. Waktunya tinggal kita yang liburan. Karena, aku juga ada pertemuan dengan rekan bisnis di sana. Maka dari itu kita berangkat lebih awal,” terang Devan. Fania hanya mengangguk dan menge

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 39. Tiba di Paris

    Saat panggilan itu telah diangkat oleh Fania. Namun, tiba-tiba panggilan itu diputus sebelah pihak. Hal itu juga membuat Fania kesal karena merasa dipermainkan.“Huh! Siapa sih! Jangan-jangan orang iseng. Aku blokir aja deh, daripada di teror lagi,” gumam Fania sendiri. Dan ia langsung memblokir nomor asing itu.Fania pun kembali berjalan menuju kamar apartemennya. Ia akan bersiap-siap. Karena hari sudah mulai gelap, dan Devan juga sebentar lagi akan pulang.Dan benar saja, Fania setelah selesai membersihkan diri. Tidak lama suara pintu terbuka, ia melihat suaminya sudah pulang dengan membawa beberapa paper bag.“Mas?” sapa Fania menyambut kepulangan sang suami.“Ini untuk kamu, Sayang.” Devan memberikan salah satu paper bag yang ia bawa ke arah istrinya.“Apa ini, Mas?”“Buka saja.”Fania pun membuka paper bag itu. Setelah terbuka, ia langsung tersenyum.“Kamu membelikan aku tas, Mas?” tanya Fania dengan mengeluarkan tas berwarna hitam merek brand terkenal.“Kamu suka?”“Banget, Mas.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 40. Perbincangan Dua Orang

    “Ternyata dia spesial banget, ya, Mas, dahulu. Sampai kamu masih memajang lukisan ini,” ucap Fania dengan memberikan lukisan berbentuk bunga dengan bayangan seseorang di dalamnya. Siapa lagi kalo bukan Alya, mantan kekasih suaminya.Devan menarik napasnya secara perlahan. Ia baru teringat akan lukisan itu. “Maaf, Sayang. Aku hanya lupa belum membereskan. Kan kamu tahu sendiri aku lebih banyak menghabiskan waktu di Indonesia, bukan di sini!” terang Devan agar sang istri percaya padanya.Fania hanya mengangguk pelan. Ia pun berjalan ke arah jendela. Setelah terbuka, hatinya seakan-akan bisa bernapas kali ini. Meski ia tidak ingin terlalu cemburu kepada mantan kekasih suaminya. Namun, perasaannya tidak bisa di bohongi.Devan yang menatap sang istri seakan-akan rasa bersalahnya datang kembali. Harusnya ia sudah menghapus semua kenangan masa lalunya. Namun, untuk masalah lukisan ini, ia benar-benar lupa untuk menarik dari koleksi lukisan pajangannya.“Kamu marah denganku, Sayang?” Devan be

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-16
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 41. Menara Eiffel

    Saat mobil telah melaju, pandangan Fania menatap ke punggung seseorang yang sedang berjalan di trotoar menuju halte bis yang berada di belakang mobil suaminya. Jantungnya seketika berdebar begitu kencang. Bahkan, Fania sampai menengok ke arah belakang mobil. Menatap punggung wanita paruh baya yang membuat Fania mengingatkan dengan tubuh seseorang.“Kamu kenapa, Sayang?” tanya Devan saat melihat gelagat istrinya aneh.Fania tersenyum canggung. “Nggak, kok, Mas.”“Apa ada yang kamu lihat?” tanya Devan lagi karena ia masih sedikit penasaran dengan tingkah sang istri.Fania tak bergeming. Namun, jelas sekali dari raut wajahnya seperti sedang memikirkan sesuatu.Akhirnya, Fania berniat memberitahu suaminya tentang apa yang ia lihat dan ia pikirkan.“Mas, kamu lihat seorang wanita yang berjalan terburu-buru ke arah halte bis dekat rumahmu?” tanya Fania membuka suara.“Hmm, yang mana, Sayang? Aku nggak lihat apa pun!” ujar Devan. Karena ia memang tidak memperhatikan sekeliling.“Itu lho, Mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 42. Permintaan Angela

    Devan menutup pintu kamar hotelnya kembali setelah pegawai hotel datang membawakan pesanan makan malam untuk istrinya.Ia pun melirik ke arah istrinya yang masih meringkuk di bawah selimut tebal.“Kamu mau makan dulu apa melanjutkan yang tadi?” tanya Devan dengan senyuman menggoda.“Makan saja dulu lah, Mas. Aku laper banget nih,” sahut Fania dengan membuka selimut tebalnya dan menurunkan kaki jenjangnya ke lantai.Devan pun mengangguk. “Ya, sudah. Kamu makan dulu saja, biar nanti dilanjut lagi.”“Apanya yang dilanjut?” tanya polos Fania.“Kamu melupakan yang tadi kita lakukan?” tanya Devan dengan mengerutkan dahinya.Fania terkikik. Lalu ia berkata, “Sudah lah, Mas. Aku mau makan dulu.”Devan akhirnya mengangguk. Ia membawa makanan yang di pesan menuju balkon.“Kita makan di sini saja ya,” ajak Devan.Fania tidak menolak sama sekali. Apalagi memang pemandangannya sebagus ini.Sepasang suami-istri itu pun menikmati makan malam bersama penuh kenikmatan.***Namun, berbeda di tempat lai

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 43. Pertemuan Alya dan Shanum

    Hari pun telah berganti. Setelah melewati pergulatan semalam sepasang suami-istri kali ini masih tertidur dengan lelap. Devan tertidur dengan mendekap badan mungil istrinya dari belakang.Namun, sayangnya waktu tidur mereka terganggu oleh seseorang yang datang. Yaitu pegawai hotel yang datang untuk memberikan sarapan pagi, dan juga pesanan baju untuk si empu kamar yang sudah dipesan sedari malam.Fania yang terusik oleh ketukan pintu kamar hotelnya. Kini ia membuka matanya secara perlahan. Lalu ia mengalihkan tangan kekar suaminya yang melingkar ke pinggangnya.“Mas, aku mau membuka pintu dulu, ya. Kaya pegawai hotel deh!” ucap Fania kepada Devan yang mengangguk pelan.Fania mengelus pipi suaminya secara gemas. Setelah itu ia menurunkan kaki jenjangnya ke lantai dan berjalan menuju pintu untuk membukanya.“Selamat pagi, Nona. Ini sarapan pagi Anda dan juga pesanan tuan Elnathan semalam,” ucap pegawai hotel itu menggunakan bahasa inggris.Fania pun mengangguk. “Terima kasih,” jawabnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 44. Arc de Triomphe

    Seperti yang sudah dijanjikan oleh Devan kepada Fania yaitu mengajak jalan-jalan. Devan pun mengabulkan permintaan istrinya.Devan membawa Fania ke Menara Eiffel, setelah itu melanjutkan perjalanan ke Arc de Triomphe. Yaitu tempat wisata yang wajib dikunjungi jika sedang berada di Paris selain Menara Eiffel.Monumen ikonik ini berdiri di ujung barat camps—Elysees dan menjadi simbol kebanggaan nasional Prancis. Bukan hanya itu saja, monumen ini juga bisa di mendaki untuk melihat pemandangan indah di Paris.Saat mengajak Fania keliling Paris. Devan lebih meminta di pandu oleh tour guide (pemandu wisata). Bukan karena ia tidak paham dengan jalanan di sana. Namun, ia ingin menikmati momen liburan ini benar-benar menjadi terkesan untuk dirinya.Devan dan Fania kini sedang berada di mobil untuk kembali ke hotel. Acara kunjungan ke tempat wisata mereka sudahi, karena malam nanti mereka berdua akan mengikuti makan malam bersama yang dibuat oleh keluarga besar Samuel.“Bagaimana perasaanmu? Se

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23

Bab terbaru

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 110. Akhir Bahagia

    Pagi ini sesuai rencana Fania untuk berpindah di kediaman ayahnya. Ia dan Elfina sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah Alnando.“Bi Darmi, titip rumah ini, ya,” ucap Fania saat sudah di depan pintu apartemen.“Iya, Nyonya. Hati-hati di jalan,” kata Darmi dengan rasa haru. Sebab, setelah menginap di rumah Alnando. Fania dan Devan akan langsung berpindah ke Paris.“Kalo ada apa-apa atau butuh apa pun. Jangan sungkan hubungi aku atau ke istriku, ya, Bi,” pesan Devan.“Baik, Tuan.”“Kami pamit dulu, Bi Darmi.” Elfina ikut bersuara kali ini.Darmi hanya mengangguk dan tersenyum.Devan mengajak istri dan ibu mertuanya untuk berjalan ke arah lobi apartemen. Sementara di sana pak Aris sudah menunggu sedari tadi.Setelah masuk ke dalam mobil. Pak Aris melajukan mobilnya mengarah ke kediaman Alnando.Sesampainya di rumah Alnando. Mereka langsung di sambut oleh bi Iyas dan pak Joko yang sudah menunggu.“Selamat datang nyonya Elfina, non Fania dan den Devan,” kata Iyas dan Joko secara bersamaa

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 109. Lahiran Mendadak

    “Lo, tunggu sini, ya. Ingat! Jangan ke mana-mana!” Fania memberi peringatan kepada Karina. Lalu ia pergi keluar dari toko pelengkapan bayi.Fania menengok kanan kiri. Lalu netranya pun melihat ada seorang satpam mall yang sedang berjalan ke arahnya. Fania langsung mendekati satpam itu, untuk meminta bantuan.“Pak, bisa minta tolong?” tanya Fania langsung.“Iya, Mbak. Apa yang bisa saya bantu?”“Temanku mau lahiran, Pak. Apa Bapak, bisa bantuin saya siapkan mobilnya ke lobi?” titah Fania sopan.“Baik, Mbak. Akan saya bantu. Kalo boleh tahu berapa nomor plat mobilnya?” tanya Satpam itu.“Hayo, Pak. Ikut saya ke dalam, soalnya itu mobil teman saya,” sahut Fania sembari berjalan masuk ke tempat perlengkapan bayi.Satpam itu pun mengekori di belakang Fania yang masuk ke tempat di mana Karina berada. Setelah memberitahu kepada Satpam itu plat mobil Karina. Karina kini dirangkul oleh Fania untuk berjalan ke arah lobi. Untungnya tempat perlengkapan bayi ada di lantai dasar, membuat Fania tida

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 108. Belanja Keperluan Bayi

    Setelah kepergian Elfina. Devan langsung menahan istrinya agar tidak memaksa kehendak sang ibu.“Sudah, tidak perlu kamu paksa Ibu agar mau tinggal di rumah Papah. Mungkin, ada hal yang tidak ingin Ibu beri tahu ke kamu, jadi kamu harus menjaga privasi Ibu, ya,” ucap Devan lirih. Berharap jika istrinya akan mengerti.Fania mengangguk pelan. “Iya, Mas. Kamu benar juga.”“Iya, sudah kamu mau ikut bareng aku ke toko atau mau diantar pak Aris?” tanya Devan saat sarapan selesai.“Aku ikut kamu saja, Mas.”Devan tersenyum. “Aku tunggu di bawah,” sahutnya dengan keluar ke arah pintu untuk mengambil mobil di basemen.Fania lebih dulu membereskan meja makan terlebih dahulu sebelum dia keluar. Setelah selesai, ia berjalan ke kamar ibunya untuk berpamitan.“Bu, Fania ke toko, ya,” ucapnya setelah mengetuk pintu.Tidak ada sahutan sama sekali dari kamar ibunya. Membuat hati Fania sedih kali ini. Ia merasa bersalah telah berbicara masalah untuk tinggal di rumah papahnya.Fania berjalan meninggalka

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 107. Ngidam

    “Pak Devan?” sapa orang itu saat melihat ke arah Devan. Dia bahkan beranjak dari kursinya lalu mengulur tangan kanannya kepada Devan yang sedikit terkejut.“Anton?” panggil Devan singkat. “Kamu sudah di Jakarta berarti?” tanya Devan langsung. Karena setahu Devan, Anton waktu itu pindah ke Kalimantan.“Iya, Pak. Saya pindah ke sini lagi,” jawab Anton sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Kerja apa kamu sekarang? Kalau belum kerja, kamu bisa balik ke kantor saya lagi,” ajak Devan. Namun, dengan cepat Anton menggeleng.“Maaf, pak Devan. Bukan saya menolak rezeki, tetapi saya sudah buka usaha sendiri di sini, Pak,” sahut Anton sopan.Devan tersenyum mendengarnya. “Wah, bagus itu. Apa usahamu?”“Warung nasi padang, Pak. Itu yang seberang sana,” unjuk Anton ke warung usahanya dekat minimarket.“Oh, ya, kapan-kapan aku mampir,” ucap Devan. Ia juga bertanya tujuannya ke sini. Lalu Anton pun memberitahu tempat Angkringan yang buka hingga pagi, tempatnya memang tidak jauh dari lokasi s

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 106. Surat Undangan

    Seseorang yang datang ke kantor Devan hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari si empu ruangan yang terdengar sinis kepadanya.“Sebelumnya aku mau meminta maaf, karena sudah lancang duduk di sini. Dan tujuan kedatanganku, hanya ingin memberikan ini padamu,” kata orang itu dengan mengeluarkan satu lembar kertas undangan pernikahan ke hadapan Devan.Devan masih terdiam menatap undangan di atas mejanya. “Kau akan menikah?” tanyanya singkat.Alya mengangguk. Memang benar yang datang ke kantor saat ini adalah Alya mantan kekasihnya dulu. Orang yang dulu pernah merencanakan menjebak istrinya di apartemen milik Riko.“Ya, ada seseorang yang melamarku satu bulan yang lalu. Aku kira, tak ada salahnya aku membuka hatiku lagi untuk orang lain. Aku sudah sadar jika kita tak ditakdirkan untuk bersama,” sahut Alya.“Ya, kamu sadar juga,” ucap Devan.Alya hanya tersenyum kecut mendengar jawaban Devan padanya.“Aku minta maaf, jika aku banyak salah. Sepertinya hanya itu saja kedatanganku ke sini,” k

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 105. Mengajak ke Toko Bunga

    Satu minggu kemudian. Seusai mengikuti sidang seminggu yang lalu, Fania dan Devan seperti memulai kehidupan yang baru. Meski sebenarnya, Beni masih menjadi buronan, tetapi Devan sudah menyerahkan semua keputusan kepada pak Gunawan selaku kepala kepolisian Jakarta Selatan.Elfina sementara masih tinggal di apartemen Fania untuk sementara waktu. Dan pagi ini seperti yang sudah dijanjikan oleh Fania kepada ibu dan ibu mertuanya yaitu mengajak ke toko bunga serta keliling Jakarta. Membuat Fania dan Elfina kini dalam perjalanan menjemput Berliana di kediaman Sam.Setelah sampai, ternyata Berliana sudah menunggu di ruang tamu bersama dengan Sam yang sedang menikmati secangkir teh dengan membaca koran surat kabar.“Hai, Mami!” sapa Fania dengan mendekat ke arah ruang tamu. Lalu bersalaman dengan Sam dan juga Berliana yang kini berdiri.“Hai, Sayang. Kita langsung jalan atau kalian mau mampir di sini dulu?” tanya Berliana setelah bersalaman dengan Elfina.“Langsung jalan saja, ya, Mi. Karena

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 104. Sidang Keputusan

    Devan menaruh ponselnya di jasnya kembali. Disaat itu pula Fania mendekat dan bertanya siapa yang menghubungi.“Pak Gunawan yang menelpon tadi, Sayang.” Devan berkata seraya mendekat ke arah istrinya.Fania hanya mengangguk meski sebenarnya dia ingin bertanya lagi, tetapi dia urungkan. Sebab, melihat ibunya yang begitu terpuruk saat ini, ia merasa kasihan. Ada sedikit rasa cemburu, kenapa ibunya begitu kehilangan Bisma dibandingkan saat ayahnya tiada.Banyak sekali yang ingin Fania ketahui, tetapi ia tidak mau membuka masa lalu ibunya kembali.“Ibu, yakin tidak apa-apa?” tanya Fania ikut berjongkok. Elfina pun mengangguk.“Benar, Nak. Ibu tak apa-apa, kok. Hayo kita pulang, sepertinya bakalan hujan,” sahut Elfina dengan menatap ke atas melihat awan yang kini sudah berubah menjadi awan gelap.Fania mengangguk. Di perjalanan menuju kediaman rumah Bisma. Elfina menatap ke arah wanita paruh baya dan ia pun berterima kasih karena sudah mau mengantarkan dirinya ke makam teman lamanya itu.“

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 103. Berkunjung ke Rumah Bisma

    Bab 103. Berkunjung ke rumah Bisma Devan mengangguk saat istrinya bertanya tentang dirinya yang sudah melaporkan Angela. Sebenarnya, Devan bukan hanya melaporkan Angela, tetapi dia juga melaporkan Shanum dan juga Beni. Dia ingin memberi peringatan kepada Angela agar dia sadar jika dirinya adalah otak dibalik rencana melenyapkan Alnando. “Terus, apa yang kamu katakan kepada Shanum, Mas? Apa kamu mengabulkan belas kasihnya, saat dia mengemis padamu?” tanya Fania lagi penasaran. Devan menggeleng. “Tidak, aku tidak menanggapi, Sayang. Aku sudah memperingatkan Shanum, jika dia mau memohon pun aku tidak akan pernah mencabut tuntutanku. Karena nyawa harus dibalas dengan nyawa juga!” tegas Devan. Fania tersenyum kali ini. “Baguslah, Mas. Harusnya seperti itu. Biar ibu tiriku jera juga. Aku sudah muak juga dengan sandiwara Angela,” ucap Fania. Dengan berani menyebut nama ibu tirinya kepada Devan. Devan yang mendengar dia tertawa renyah kali ini. Bukan karena mengejek, tetapi mendengar is

  • Perjanjian 100 hari Menikah dengan Om CEO   Bab 102. Perasaan Tak Bisa Dipaksa

    Jujur saja Shanum sangat syok mendengar ucapan dari pak Gunawan. Setelah itu, dia pun bertanya siapa yang melaporkan ibunya. Karena ia ingin menemui orang itu agar bisa mempertimbangkan tuntutannya kepada sang ibu.Pak Gunawan akhirnya memberitahu Shanum siapa orang yang telah melaporkan ibunya itu.Dan kini Shanum yang berada di dalam mobilnya dibuat gusar. Ia tak menduga jika yang melaporkan ibunya adalah suami adik tirinya.“Aku harus menemui Devan sekarang. Aku harus membebaskan, Mamah,” ucap Shanum. Namun, sebelum dia melajukan mobilnya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat siapa yang telah menghubunginya.Setelah membaca nama di layar ponsel. Shanum pun segera mengangkat.“Mamah, sekarang sedang ditahan di kantor polisi. Apa kamu punya cara agar Mamah bisa bebas?” tanya Shanum setelah menyapa.“Apa? Di tahan?” tanya Beni terkejut.“Iya, ada yang diam-diam menaruh kamera pengintai di seluruh ruangan rumah, dan Mamah dinyatakan bersalah karena ada bukti yang kuat saat Mamah m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status