All Chapters of Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu: Chapter 41 - Chapter 50
69 Chapters
Menjenguk Tika di Rumah Sakit bersama Adiknya
Hari ini aku pulang tepat waktu, pukul 16.00. Setelah kuminta Bi Sumi tak pulang, ia harus menjaga anak-anak karena aku akan ke Bogor. Bi Sumi setuju karena ia pun bisa meninggalkan keluarganya sore ini.Aku menuju kost-an Yuni. Ia telah mengirimkan lokasi kost-annya. Alamatnya tak jauh dari rumahku.Tak lama aku menunggunya, ia keluar dengan pakaian yang pernah dipakai Tika. Tika memberikan sejumlah bajunya pada Yuni. Mereka berdua mirip, walau beda ibu."Maaf Mas, kalau menunggu lama." Ia masuk dan duduk di sampingku. Baru kali ini kami duduk berdampingan di mobil seperti ini."Ya, nggak apa-apa. Kamu udah makan?" Karena tak ada topik lain, aku bertanya makan pada Yuni. Sungguh, aku agak nervous kali ini. Setelah membaca diary Tika semalam, ia menyinggung Yuni dalam tulisannya. "Udah, Mas. Ayo berangkat! Oya, Mas. Hati-hati ada lalat.""Eh, emang kenapa lalat?""Lalatnya bisa masuk ke dalam mulut Mas yang menganga," katanya.Ups aku jadi malu karena ekspresi wajahku yang menganga.
Read more
Bu Hanum punya Perjanjian dengan Tika
Tika menggeleng. Ekspresinya datar, tapi ia tersenyum."Maaf ya, aku sepertinya lupa. Sekarang aku ingat, waktu kecil aku sering main barenga adikku. Apa itu kamu?" Mata Tika beralih pada Yuni.Saat ini Yuni mengangguk dan membenarkan apa yang dikatakan kakaknya. Itu berarti ada harapan untuk mengingat. Aku kan menghubungi Bu Hanum, agar aku bisa memindahkannya ke rumah sakit di Jakarta.Lebih baik kuhubungi ia sekarang, agar aku tau apa jawaban Bu Hanum mengenai pemindahan Tika dari sini ke Jakarta.Kurogoh ponselku di saku celanan belakang. Terdengar nada sambung ponsel berbunyi beberapa kali. Bu Hanum belum juga mengangkat panggilan dariku.'Kemana ini Bu Hanum?' gumamku saat ponsel berada di tepat di kupingku.Tanpa kusadari Bu Hanum menjawab telepon dariku."Ya halo, ada apa, Pak?" Ia tau kalau aku yang menghubungi."Saya ada di rumah sakit, sedang menjenguk bundanya anak-anak. Rencana saya dan adiknya Tika mau membawa dan memindahkan ke rumah sakit di Jakarta. Jadi saya menghub
Read more
Bu Hanum Setuju dengan Keputusan Keluarga
"Bu, pakailah hati nurani Ibu. Saya mohon! Saya ingin memberikan kenangan bagi anak-anak agar mereka bisa berbakti pada bundanya. Selain itu, orang tua dan adiknya ingin bersama dengannya selama sisa hidupnya."Kutinggalkan Bu Hanum agar ia berpikir lebih bijak. Jangan sampai keinginan orang sakit malah ia kabulkan. Padahal orang tersebut butuh dukungan keluarga.Kucoba mengurus perpindahan rumah sakit agar bisa membawa Tika segera. Saat aku akan mengurusnya, Bu Hanum datang."Pak, saya ikut apa kata Bapak tadi. Baiklah, bawa saja Tika ke Jakarta. Mudah-mudahan ada perkembangan lebih baik nantinya. Saya sudah menemuinya barusan, dan saya tak kuat saat berbicara dengannya. Ia sudah melupakan saya." Tiba-tiba saja air matanya meluruh. Aku tau ia sahabat dekatnya, makanya tadinya ia bertahan dengan pendapatnya."Alhamdulillah, terima kasih, Bu. Saya tau Ibu pasti bisa berpikir dengan hati nurani Ibu. Saya permisi dulu mau mengurus kepindahan.""Baiklah. Semoga bisa malam ini juga," katan
Read more
Tika Ingat Ibunya yang sudah Meninggal
Apa kalian tau perasaanku saat ini? Nyesek banget. Di saat Tika kehilangan ingatannya, justru ia menganggap aku suaminya karena aku bilang kalau ia bundanya anak-anak dan aku ayahnya anak-anak. Ia melupakan status kami yang sudah berpisah. Aku memilih pura-pura tak mendengarkan kata-katanya. Aku tak bisa melakukannya karena aku tak mau melakukan dosa dengan menyentuhnya. Sebenarnya Yuni juga melihatku pergi. Ia tak bicara apa-apa karena paham dengan status kami.Beberapa saat aku menahan mataku yang panas. Sampai akhirnya tiba di parkiran, aku memasuki mobil, akhirnya bulir bening mengalir dari mataku. Kali ini aku benar-benar menangis. Menangis untuk sesuatu yang tak mungkin terjadi. Menangis untuk sebuah penyesalan yang tak bertepi serta rindu yang tak berkesudahan.Kuhela napas dalam-dalam dan kuhembuskan kasar. Terisak dalam beberapa waktu sampai akhirnya aku yakin untuk meninggalkan rumah sakit.Kali ini kendaraanku melaju membelah jalanan ibukota. Kulajukan dengan kecepatan s
Read more
Kondisi Tika Kembali Melemah
"Aku Wahyu. Ayahnya anak-anak kita. Kamu cepat pulang, biar segera ketemu anak-anak, ya!""Oh ... Bapak suamiku berarti. Maafkan aku ya, malah sakit begini. Pasti capek ya ngurusin anak-anak. Aku lupa wajah anak-anakku seperti apa? Apa mereka sudah besar?"Lagi-lagi Tika tak mengenaliku dan anak-anak. Dengan sabar aku harus menjawab semua pertanyaannya.Tika mengangguk-angguk saat aku menerangkan tentang anaknya. Kuceritakan semuanya, tentang Faiz dan Kia. Tika tersenyum dan bahagia saat kuceritakan semua padanya."Mas, aku mau ketemu anak-anak. Kita pulang sekarang aja," katanya."Nggak bisa, kalau pulang dari sini harus seizin dokter, Dek.""Aku mau pulang, Mas. Kangen sama kalian." Ia berusaha bangun, tapi tak bisa. "Aw!" serunya."Hati-hati, Dek. Kamu nggak usah mau bangun. Kan masih belum bisa.""Iya, deh." Ia kembali pada posisi tiduran. "Oya, aku bawa bakpia loh. Mau dimakan sekarang nggak?" tanyaku."Bakpia? Memang aku suka bakpia?""Iya, kamu suka banget. Kalau ada bakpia, b
Read more
Kejadian yang Menimpa Yuni
Aku putuskan untuk mencari Yuni. Sebelumnya kutitipkan anak-anak pada ibunya Yuni. Aku akan mencari sepanjang jalan menuju rumah sakit.Kemana kira-kira Yuni pergi? Mengapa ia tak mengabari kalau ia terlambat misalnya ke rumah sakit?Malam ini aku fokus mencari Yuni. Sepanjanh jalan tadi, aku tak menemukan jejak Yuni. Entah ia di mana sekarang.Tibalah aku di rumah sakit. Aku mencari di sekeliling rumah sakit pun tak ketemu. Dimana Yuni berada sekarang?Sampailah di kamar perawatan Tika. Kubuka pelan pintunya, Bapak sedang tertidur di sofa. Tika juga sedang terlelap. Tak ada Yuni di sini. Tapi, apa mungkin Yuni diculik atau sesuatu terjadi padanya?Kututup kembali pintu kamar diam-diam. Aku harus mencari Yuni lagi karena memang ia tak ada. Sedikit info mengenai teman-teman Yuni. Aku tak memiliki banyak info tentang teman-temannya.Kutelepon dua orang teman di sekolah tempatnya mengajar dan keduanya pun tak tau dimana Yuni. Aku takut terjadi sesuatu padanya. Sebaiknya kucari lagi kelil
Read more
Yuni di IGD, Tika Masih Sakit
Aku mengerutkan kening ini. Mencoba menelisik siapa yang benci Yuni. Lalu aku teringat seseorang yang mengusirnya dari rumahku."Ada. Dia mantan istri kedua saya yang bernama Cynthia. Apa mungkin ia yang melakukannya?""Bisa jadi. Siapapun bisa melakukannya. Akan kami selidiki. Terima kasih atas informasinya. Nanti anda berikan informasi detail tentang Cynthia, alamat dan lain-lain.""Baiklah, Pak.""Baik. Kami permisi dulu. Kalau korban sudah sadar, kami akan ke sini lagi untuk menanyai korban. Ada petugas kami yang berjaga." Mereka berdua berdiri dan bersiap untuk pulang."Iya, Pak. Terima kasih."Aku mengantar mereka sampai lobi rumah sakit. Dari sana aku kembali melihat keadaan Yuni. Ia masih belum sadar juga.Selanjutnya aku ke kamar perawatan Tika saja karena untuk memberitahukan Bapak kalau Yuni sudah ketemu. Biar bisa gantian, aku yang jagain Tika saja.Saat pintu dibuka, keduanya sudah bangun. Tika sedang sarapan sedangkan Bapak duduk di samping Tika untuk menyuapinya. "Itu
Read more
Keterangan Dokter
"Mas, kamu lagi apa sih?""Iya sebentar." Aku mencoba mendekatinya dan menghiburnya. Tak lama suara ketukan, dan masuklah Dokter beserta beberapa Perawat. Mereka akan memeriksa Tika. "Pasti yang ini dokter ya sama suster?" tanyanya."Iya. Apa yang ibu rasakan sekarang?" tanya Dokter Satria--itulah nama yang melekat di bajunya."Saya ingin jalan, Dok. Saya udah sembuh, mau pulang. Itu ada suami saya dateng," katanya dengan semringah walau wajahnya pucat."Ya udah, sebentar saya periksa dulu. Kalau nggak demam dan semua baik, Ibu bisa pulang," kata Dokter."Benarkah, Dok?""Iya, sebentar ya!"Dokter memeriksa keadaan Tika. Ia mengangguk berkali-kali. "Gimana Dok?" tanyaku pada Dokter yang sudah memeriksanya."Bapak, kita bisa ngobrol di ruangan saya ya!"Aku kembali pada Tika, meminta izin padanya untuk keluar sebentar."Aku keluar sebentar ya! Ada yang harus disampaikan Dokter," ucapku."Kenapa nggak di sini aja?""Mungkin ada sesuatu yang penting, jadi aku keluar dulu ya, Dek!"Ia
Read more
Tika Pulang ke Rumah Yuni
Tika dibantu perawat dan olehku untuk duduk di kursi rodanya. Kami meninggalkan kamar perawatan. Aku bersyukur bisa keluar dari sini. Semoga Tika berangsur sehat agar ia tak kembali lagi ke sini."Rumahku jauh nggak?" Ia bertanya saat kami sedang di mobil."Dekat. Sebentar lagi juga sampai," jawabku."Baiklah. Aku mau tidur dulu ya! Nanti Bapak sama Ibu ada di rumah kan?" tanyanya."Ada Ibu. Kalau Bapak sedang diluar," jawabku.Aku menjawab tanpa memandangnya karena fokus ke depan. Kulihat dari ekor mata, ia sudah tertidur. Mirip Kia yang tidur saat ia sudah capek.Kami tiba di rumah, sedangkan Tika masih tidur."Dek, udah sampe!"Ia bangun mengerjapkan matanya, lalu melihat kearahku. Ia masih bergeming, apa mungkin karena baru bangun tidur?"Ini dimana? Aku siapa? Kamu siapa? Kenapa aku di sini?" tanya Tika tiba-tiba."Udah, Dek. Kita masuk saja dulu. Nanti dijelaskan di dalam." Aku langsung meminta perawat untuk mengurusinya.Saat suster membukakan pintu untuknya, aku pun membantuny
Read more
Tika pulang ke Rumah Yuni
Aku meminta Ibu untuk membawa Tika ke kamar yang sudah disiapkan untuknya. Sementara aku akan memberikan pengertian pada anakku--Faiz."Faiz, ke sini sebentar!" Aku memintanya duduk di sampingku."Iya, Yah." Ia datang dengan bibir cemberut. Ku berikan senyuman untuk Faiz karena ia sudah semringah menyambut bundanya. Tapi yang ia dapatkan malah kekecewaannya. Aku tak mau menambah beban kecewa di hatinya."Sayang, maafkan bundamu ya! Memang sebenarnya Bunda masih capek. Jadi tak terlalu menanggapi Faiz," sahutku."Iya, Yah. Nggak apa-apa. Aku ngerti.""Kamu memang dewasa sekali." Aku memujinya."Terima kasih, Yah. Aku tak ingin merepotkan Ayah dan Bunda. Kalau misalnya Bunda masih sakit, aku menerima semuanya, Yah. Kata Bu Guru, kita harus menerima ketentuan dan ketetapan Allah SWT. Aku belajar seperti itu, Yah.""Masya Allah kamu pintar sekali, Faiz. Ayah bangga sama kamu." Kali ini aku memeluk Faiz. Laki-laki kecil ini sudah memahami keadaan orang tuanya.Selanjutnya kudengar Kia terb
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status