Semua Bab Kucari Lagi Istri Pertamaku yang Telah Kumadu: Bab 51 - Bab 60

69 Bab

Telepon dari Cynthia

Mereka nanti bisa memaklumi keadaan bundanya. "Kalo nggak percaya, tanya Ayah aja," sahut Faiz sembari mencuci piringnya yang telah ia pakai."Mana Ayah?" Kia melihat ke arahku. Ia tersenyum dan berlari memeluk aku. Lama sekali ia berada dalam pelukan. Kudengar ia menangis sesenggukan."Ayah ... memangnya Bunda udah nggak kenal kita lagi ya? Bunda kenapa sih, Yah?" Kali ini ia membenamkan kepalanya di bahuku."Bunda lagi sakit, Kia Sayang. Kita doakan Bunda cepat sembuh ya! Nanti kalau Bunda nggak kenal Kia ataupun Faiz, jangan sedih. Sebenarnya Bunda juga tak mau seperti itu. Tapi ... Allah sedang menguji Bunda dan kita yang menyayangi Bunda," jawabku."Allah kok ngujinya gitu sih, Yah. Orang lain aja bundanya sehat-sehat. Mereka sering anterin sekolah teman-temanku. Kenapa kalau bundaku seperti ini. Kemarin Bunda menghilang, udah ketemu, Bunda malah sakit," ucap Kia kecewa. Ya, Kia memang kecewa."Sabar ya, Kia. Kita banyakin doa aja untuk kesembuhan Bunda. Kalau kita yakin, Insya
Baca selengkapnya

Rencana Jalan-jalan ke Ragunan

Sudah jelas juga kalau Cynthia yang melakukan semua pada Yuni. Jelas ia harus mendapatkan hukumannya.Gegas aku ke rumah sakit. Akan kuberikan rekamanku sebagai bukti pada kepolisian dan mudah-mudahan Yuni sudah sadar.Aku yang mengantuk, akhirnya terbangun kembali. Kali ini aku menuju rumah sakit karena ingin mencari tau apakah sudah diketahui kalau Cynthia pelakunya atau otak dari perbuatan tersebut.Sampai di rumah sakit, Yuni sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Bapak masih menunggui dengan setia dan ternyata Yuni sudah sadar."Mas Wahyu," ucap Yuni pelan.Aku masuk dan mencium tangan Bapak, selanjutnya mendekat di samping ranjang Yuni."Gimana keadaanmu?" tanyaku khawatir. Perban sudah terpasang di beberapa tempat seperti wajah dan lengan."Baik, Mas. Tadi polisi udah menanyaiku" jawabnya "Lalu gimana?""Aku udah ceritakan semua. Ada dua orang yang membawaku ke suatu tempat. Di sana aku dibilang sebagai perusak rumah tangga orang. Mereka memukuliku berkali-kali.""Ada yang kau
Baca selengkapnya

Berita tentang Cynthia di Televisi

"Kita mau jenguk Bunda sekalian ajak ke ragunan. Bunda mau?"Anak-anak mengobrol dengan bundanya, aku sekalian bertanya dengan suster yang merawatnya. Ia ada di dekat Tika."Gimana, Sus? Boleh kan kami ajak bundanya anak-anak jalan-jalan?" tanyaku."Gimana, ya? Tapi besok kan jadwal terapi," katanya."Nanti lusa, hari Sabtu kok," jawabku."Baiklah. Besok saya tanyakan pada dokter dulu ya!" sahut Suster.Anak-anak masih mengobrol dengan bundanya. Mereka memperkenalkan diri lagi satu per satu. Kali ini Tika menganggap kedua anak kami sebagai temannya, teman mainnya."Kamu ajak aku ke Ragunan, berarti nanti bawa bekel yang banyak ya! Eh, memangnya di Ragunan ada apa sih?" Tika mengernyitkan dahinya."Ada banyak hewan, Bunda. Hewan baik dan hewan buas juga ada di sana. Bunda kenapa Bunda anggep aku temen Bunda? Aku anak Bunda. Boleh nggak aku peluk Bunda?" Kali ini Kia berkata-kata dengan air mata yang berderai. Sang Bunda tak mengerti. Ia berkali-kali mengerutkan keningnya ketika Kia me
Baca selengkapnya

Andhini Sakit karena Cynthia

"Andhini sakit. Saat Cynthia kesal, ia selalu lampiaskan pada bayi itu. Anakmu jarang diberi ASI, makanya Bapak dan Ibu memberikan air tajin atau kami berikan susu formula. Suatu ketika susu formula yang biasa ia minum, tak ada. Trus, Andhini meminum formula yang jenis lainnya, tapi ia malah mencret-mencret," cerita Bapak."Ya Allah, Pak. Kenapa aku nggak diberitahu?""Kami tak boleh menghubungi Nak Wahyu. Maaf ya, Nak Wahyu! Bapak juga bingung sekarang. Tia malah ditangkap, bagaimana Andhini nanti?" tanya Bapak."Sekarang Andhini siapa yang jaga? Bapak ada di mana?" tanyaku karena ingin sekali bertemu dengan putriku ini. Kasihan ia masih setahun, harus mengalami hal pahit dalam hidup."Andhini di rumah sakit Berlian. Bapak sedang jaga dia. Tapi, Ibu di rumah Cynthia juga katanya sakit. Tadi sempat pingsan saat Cynthia dibawa polisi," sahut Bapak."Ya sudah, Bapak tunggu di sana. Aku saja yang jagain malam ini. Nanti Bapak bisa pulang ya!" sahutku."Iya, Nak Wahyu. Baiklah, ditunggu y
Baca selengkapnya

Mengurus Andhini di Rumah Sakit

Berbagai kejadian membuatku setegar ini. Semua tak lain karena semua memang ketetapan dan ketentuan Allah. Aku hanya berusaha menjalaninya dengan baik. "Nggak usah, nanti Nak Wahyu capek loh!" timpal Bapak. "Nggak Pak. Wahyu senang kok bisa bantu, lagipula Andhini anakku Pak. Oya, aku bawakan nasi goreng buat Bapak, pasti Bapak belum makan malam kan?" tanyaku."Mmm ... nggak usah repot-repot Nak Wahyu! Bapak masih kenyang," katanya."Makan saja, Pak! Sayang kalau nggak ada yang makan. Aku tau, pasti Bapak belum makan. Makanlah, Pak. Nanti Bapak sakit kalau nggak makan," sahutku sembari memberikan kotak nasi goreng di tangannya."Alhamdulillah, terima kasih, Nak Wahyu. Ya udah, Bapak makan dulu," katanya.Bapak makan di luar. Katanya takut ruangannya kotor. Aku mengiyakan saja, senyamannya Bapak saja.Seusai makan, aku memintanya pulang agar aku saja yang menunggui Andhini malam ini di kamar ini."Pak, silahkan istirahat dulu di rumah. Besok baru Bapak ke sini lagi. Sekarang biar aku
Baca selengkapnya

Jalan-jalan ke Ragunan

"Pak, bagaimana ini? Bu Tika ingin jalan-jalan ke Ragunan hari ini. Ia memaksa saya dan anak-anak untuk ikut dengannya ke ragunan," kata Suster."Bagaimana bisa ia ingin ke sana?""Tadi Faiz dan Kia ke sini lagi. Mereka bilang kangen sama Bunda mereka dan ingin membawa bundanya ke ragunan. Mereka bercerita sebagai teman. Faiz dan Kia bilang bunda mereka nggak ada. Jadi, Bu Tika ingin mengantarnya sebagai teman yang baik buat mereka.""Oh, jadi saat ini Bu Tika jadi teman yang baik buat anak-anak?""Ya, Pak. Kali ini Bu Tika seperti seumuran anak Bapak.""Ya sudah, tak apa! Sebentar lagi saya sampai rumah, insya Allah.""Baiklah, Pak."Aku segera memantapkan langkahku menuju rumah karena akan ikut ke Ragunan bersama mereka.Setibanya di rumah, semua sudah siap. Mereka sudah rapi dan siap berangkat."Ini siapa?" Seperti biasa Tika menanyaiku."Aku ayahnya Faiz dan Kia. Kamu teman mereka ya?" tanyaku."Teman? Siapa Faiz sama Kia?" Tika bertanya tanpa ekspresi."Itu mereka berdua." Aku me
Baca selengkapnya

Harapan Faiz dan Kia untuk Bundanya

"Hati-hati jangan dekat-dekat, ya Bunda!" sahutku ketika Tika semakin dekat dengan kandang buaya. Sedangkan perawatnya sedang ke toilet saat ini. Gegas kucegah kursi roda yang akan mendekati kandang tersebut. "Untung Ayah segera menolong Bunda!" Faiz mengelus dadanya."Alhamdulillah," timpal Kia."Ayo Yah, kita foto Ayah sama Bunda."Kali ini Faiz mengambil ponselku, kemudian aku berdiri di samping kursi roda Tika. Tika memegangi lenganku seperti tingkah anak-anak pada umumnya."Sudah, Yah!" Faiz memberikan kembali ponselku.Kulihat hasil foto Faiz. Fotonya mengingatkanku masa di mana aku dan Tika sering foto bersama seperti ini dahulu."Yah! Ayo makan yuk! Faiz udah laper!" katanya. Kebetulan Perawat sudah datang, kami mencari tempat untuk makan bersama.Tika tak bisa makan sendiri, ia disuapi oleh perawat. Kali ini Faiz dan Kia juga membantu menyuapi bundanya. Tika senang saat disuapi kedua anaknya."Enak! Siapa yang masak?" tanyanya."Yang masak Nenek, Ibunya Bunda loh!" "Aduh, p
Baca selengkapnya

Membawa Pulang Andhini

Yuni sudah boleh pulang dari rumah sakit. Ia sekarang sudah di rumah. Proses pengadilan bagi Cynthia dan anak buahnya terus berjalan.Aku pernah dipanggil sebagai saksi juga. Hakim bertanya tentang sikap Cynthia selama ini saat di rumah. Mereka bisa menelaah dari keseharian Cynthia.Tinggal menunggu putusan, Cynthia akan mendekam di penjara karena tindakan kek*rasan yang ia lakukan pada Yuni. Dilema saat mengikuti kasus ini karena resikonya Cynthia akan ditahan selama belasan tahun karena perbuatannya.Lalu, bagaimana dengan Andhini? Ya, aku belum tau kabar tentang anakku tersebut. Kucoba menelepon bapaknya Cynthia. "Halo, Pak. Maafkan aku tak bisa mendampingi Bapak jaga Andhini lagi. Tak usah risau biaya rumah sakit Andhini, ya, Pak," sahutku. Memang beberapa hari ini aku sudah masuk kerja setelah cuti beberapa hari kemarin."Tak apa, Nak Wahyu. Sekarang Andhini boleh pulang," katanya."Baiklah. Nanti akan saya hubungi pihak rumah sakit dan membayar semua biayanya," jawabku."Alham
Baca selengkapnya

Tika Tersedak

"Hehe ... justru karena aku nggak mau ngerasa pedes. Jadi diminum sampai habis," jawabnya.Kia dan aku saling berpandangan, ternyata jawaban Faiz sama-sama membuat kami terheran-heran, lalu kami tertawa bersama.Saat kami sedang tertawa, tiba-tiba suara Yuni memanggilku."Mas, tolong! Teh Tika barusan kuberi donat dari Mas Wahyu. Karena perawatnya nggak ada, saat minta minum, aku tinggal sebentar. Pas aku kembali, Teh Tika keselek donat sepertinya. Cepat, Mas ke sebelah.""Astaghfirullah. Ya udah, ayo!"Kulihat keadaan Tika yang sulit bernapas dan ia ingin mengeluarkan yang menyangkut di kerongkongannya."Memangnya perawatnya kemana?""Dia sedang pulang. Nanti malam juga udah datang lagi," jawab Yuni.Kupukul-pukul leher belakangnya agar makanan itu keluar. Yuni pun sudah memberikan minum, tapi Tika tak bisa minum banyak. Malah air itu banyak keluar lagi dari mulutnya.Setelah usaha keras, keluarlah makanan yang membuat Tika tersedak. Aku mengelus dada, dengan sigap Yuni memberi minum
Baca selengkapnya

Kematian Tika

Kia memeluk bundanya. Kali ini ia mengingat Kia. Kami semua hanya diam memperhatikannya."Bunda udah inget aku?" Kia senang dan berkata dalam pelukannya.Namun Tika masih diam ia senang dipeluk Kia, tapi tak lama Tika kesakitan. Kia melepaskan pelukannya."Inget. Saat daftar sekolah," katanya pelan.Kia mengerutkan keningnya. Ia harus mengingat saat mendaftar sekolah. Kia ingat saat mendaftar sekolah, ia dan bundanya yang ke sekolah."Iya, waktu daftar aku panggil-panggil Bunda karena waktu itu Bunda ilang," katanya.Ya, aku juga ingat. Saat itu Kia sempat trauma ke sekolah karena ditinggal bundanya saat pertama ke sekolah.Tak lama, Tika pingsan. Kali ini kuambil Kia agar jangan duduk di pangkuan bundanya. Perawat segera menidurkan Tika dan memeriksa serta berusaha menyadarkannya.Anak-anak khawatir, aku mengajak mereka keluar dan berusaha menghibur mereka."Kalian tenang ya! Insya Allah Bunda akan sehat lagi. Sekarang kalian main dulu saja," ucapku."Iya, Yah.""Kita ke rumah aja ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status