Semua Bab Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan : Bab 1 - Bab 10

155 Bab

Dijual Pada Laki-laki Misterius

“Malam ini kau akan menemui seseorang yang sangat penting. Diamlah di sini dan jangan coba-coba untuk kabur!” Seruan itu membuat Valia bingung. Wanita paruh baya tersebut memaksanya agar duduk di tepi ranjang besar di dalam sebuah kamar megah dan luas. Gadis dua puluh dua tahun itu masih tidak tahu apa yang hendak dilakukan ibunya. Sebelum datang ke tempat ini, Valia sudah dirias dengan cantik, bahkan mengenakan gaun indah yang melekat pas di badannya yang ramping. Valia tampak mempesona, meski raut wajahnya berkata sebaliknya. “Untuk apa Mama mengajakku ke sini? Sebenarnya siapa yang mau Valia temui?” tanya Valia dengan wajah gelisah. “Sudah, jangan banyak bertanya!" seru Helen, ibu angkatnya, dengan wajah galak dan tidak sabaran. Sesekali ia melirik jam di tangan kirinya."Tapi, Ma..." Valia tidak jadi melayangkan protes karena tatapan Helen langsung menghunusnya dengan tajam, membuat nyali Valia menciut. Ia hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat.Helen mendengkus menatap
Baca selengkapnya

Berusaha Kabur

Dalam satu malam kehidupan Valia berubah drastis. Aaron membawanya pulang ke kediamannya yang megah. Laki-laki itu melangkah memasuki mansion miliknya yang seindah istana. Aaron berjalan menaiki anak tangga dan terhenti di depan sebuah ruangan yang pintunya masih tertutup."Baringkan dia di dalam kamar!" perintah Aaron, menatap dingin pada anak buahnya yang menggendong Valia. "Baik, Tuan." Sergio membawa masuk Valia ke dalam sebuah kamar dan membaringkannya perlahan-lahan di atas sebuah ranjang sebelum ia kembali keluar dan menutup pintu kamar itu. "Pastikan dia tidak bisa melarikan diri, Sergio!" seru Aaron melirik anak buahnya dari ambang pintu. "Tidak akan, Tuan. Nona Valia sepanjang perjalanan tertidur pulas. Mungkin dia kelelahan karena terlalu lama menangis," ujar Sergio menjelaskan. Laki-laki bertubuh gempal itu menundukkan kepala dengan sopan, mengikuti Aaron menuruni anak tangga menuju sebuah ruangan. Sementara di dalam kamar. Valia membuka kedua matanya lebar-lebar d
Baca selengkapnya

Tuan Muda yang Sangat Arogan

Setelah semalaman Valia dikurung di dalam kamar, pagi-pagi tadi pelayan mendatangi kamarnya dan membantu Valia membersihkan tubuhnya, juga memberikan pakaian ganti sebuah dress yang cantik. Bukan hanya itu, ternyata mereka mengajak seorang dokter laki-laki berwajah tampan yang kini tengah mengobati kaki dan tangan Valia. "Lukanya tidak terlalu dalam, hanya tergores sedikit. Tapi kau harus berhati-hati, Nona," ujar dokter tampan itu membalut telapak kaki Valia dengan perban. Valia diam tidak menjawab dan tidak meresponnya sama sekali. Laki-laki dengan jas putih itu meliriknya dengan tatapan memicing. "Ulurkan tanganmu, Nona Valia," pintanya, beralih duduk di tepi ranjang dan memeriksa telapak tangan Valia yang terluka. "Dari mana kau tahu namaku?" tanya Valia heran. "Siapa yang memintamu mengobatiku?"Dokter tampan itu tersenyum hangat tanpa menghentikan kegiatannya merawat luka Valia. "Panggil saja saya Dokter Fabio. Dan saya cukup tahu siapa Nona Valia dari Tuan Aaron yang penya
Baca selengkapnya

Tidak Membiarkannya Tenang

"Lebih baik aku mati kelaparan daripada di sini seumur hidup." Valia berucap nanar menatap langit-langit kamarnya. Kembali ia mengeliat menekan perutnya yang terasa sakit. Dua hari Valia menolak bujukan makan dari siapapun dan memilih mati kelaparan. Gadis itu meringkuk di atas ranjang dan menjambak sendiri rambut panjangnya, menangis frustrasi. "Kapan... Kapan aku tidak bisa pergi dari tempat ini, aku tidak bisa melakukan apapun di sini selain terus disakiti."Valia memukul bantalnya. "Sebenarnya apa salahku dengannya? Kemunafikan apa yang dia maksud?" Kata-kata Aaron saat itu terus terngiang di kepalanya, tentang kemunafikan di masa lalu. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang Aaron maksud. Demi Tuhan, Valia bahkan tidak mengenal pria itu sebelum ini!Merasa putus asa karena berusaha kabur pun tidak mungkin, Valia tidak bisa melakukan apapun untuk membebaskan dirinya sendiri. Karena itu ia memilih untuk mati saja, daripada terperangkap seumur hidup bersama orang tak punya hati s
Baca selengkapnya

Aku Menginginkanmu Malam Ini

Hari sudah senja, Valia diam berdiri di teras belakang mansion. Tempat itu menyuguhkan langsung pemandangan indahnya lautan biru teluk Trieste. Hati Valia kini sangat resah gelisah. Pasalnya sejak kejadian kemarin, Aaron tidak lagi muncul di hadapannya. Valia memikirkan tentang luka di tangan laki-laki itu."Di mana dia dua hari ini?" lirihnya lemas. Valia meletakkan satu tangannya dinding pembatas setinggi pinggang di depannya. Sejenak Valia memilih duduk bersandar pada pilar dan menikmati semilir angin yang berhembus. "Dia terluka sama sepertiku," ucap Valia memperhatikan telapak tangannya yang masih terbungkus perban. "Apa dia baik-baik saja? Mungkinkah lukanya sangat fatal?" Valia menarik napasnya panjang memejamkan kedua matanya pelan. "Nona Valia!" Suara Merina, pelayan wanita itu pun mendekat dengan segelas air putih yang dia bawa."Nona sedang apa? Baru saja saya ambilkan air minum, tapi Nona sudah hilang dan ternyata berada di sini," ujar pelayan itu menyerahkan segelas
Baca selengkapnya

Bersembunyi Darimu, Berakhir Dalam Pelukanmu

"Kenapa hari cepat sekali berubah gelap, aku harus bagaimana malam ini?" Valia bersembunyi di balik selimut tebalnya memeluk bantal dengan erat. Perasaannya sangat resah gelisah tak bisa tenang. Aaron mengatakan padanya malam ini ingin ia puaskan. Valia merasa bingung dan ingin rasanya ia menghilang dengan cepat. "Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau memuaskan Aaron, aku tidak mau tidur dengannya... Tidak mau!" Valia memukuli kepalanya dengan rengekan frustrasi. Di tengah ia meracau, tiba-tiba saja Valia tersentak saat seseorang menyentuh punggungnya di balik selimut. Sontak Valia menyibakkan selimut itu dan mendongak menatap siapa yang berada di kamarnya. "Pe-pelayan Merina!" Valia menatap sedih wanita itu dengan napas yang naik turun."Nona kenapa?" Pelayan Merina menyentuh kening Valia. "Nona masih pusing ya?" Valia menggeleng pelan. "Aku pikir tadi Aaron yang menyentuh punggungku," lirih Valia cemberut. Kekehan gemas terdengar dari bibir Merina. "Tuan Aaron sedang ber
Baca selengkapnya

Jangan Menyentuh Gadisku!

"Tidak akan ada yang membebaskan aku dari tempat ini. Aku berharap ada yang menolongku."Valia berucap sedih. Kedua matanya menatap jauh lautan lepas yang telihat sangat gelap si subuh hari. Sejak dua jam yang lalu, lebih tepatnya pukul tiga dini hari Valia terbangun dan keluar dari dalam kamar milik Aaron. "Aku ingin pulang," lirih Valia duduk memeluk kedua lututnya. "Aku tidak mau hidup berlama-lama di sini." Saat Valia menangis, tiba-tiba saja sesuatu mengendus dan menjilati pipinya dengan sangat lembut. Sontak Valia mengangkat wajahnya, ia terjingkat kaget mendapati siapa yang mendekatinya. "Astaga!" teriaknya terkejut. "Li-lizer, apa yang kau lakukan?" Valia mengembuskan napasnya pelan mendapati anjing Siberian Husky yang ternyata menjilati wajah cantinya. Sejenak Valia menatap wajah lucu hewan itu sebelum ia tersenyum. Jemari Valia terangkat mengusap bulu-bulu lembut kepala anjing itu. "Kenapa kau tidak tidur, Lizer? Ini masih petang. Udaranya sangat dingin di sini," uja
Baca selengkapnya

Tugasmu Malam ini

"Brengsek!" Teriakan keras lolos dari bibir Aaron. Kepalan tangan meninju kuat meja kayu di depannya. Rasa ingin marah meluap-luap dari hatinya. Sergio yang berdiri di dekat pintu pun hanya diam tertunduk melihat kemarahan Tuan Mudanya yang tidak bisa dihentikan. "Beraninya dia menginginkan Valia secara terang-terangan," desis Aaron dengan rahang mengetat. "Sam memang belum pernah melihat Nona Valia, Tuan," ujar Sergio menyahuti. Aaron tersenyum smirk. "Berkata menginginkan Valia, adalah kebodohan. Dia tidak akan mengira kalau sampai mati pun aku tidak akan melepaskan Valia, semudah itu!" desis Aaron dengan napas naik turun. Aaron tertunduk, menahan pikirannya yang dipenuhi kekesalan pada Sam, sahabat karibnya yang berani menawar Valia untuk dimiliki."Apa kau masih mengurung Valia?" tanya Aaron lirih. "Masih Tuan." Seketika Aaron keluar dari dalam ruangan kerjanya setelah tempat itu berantakan karena luapan emosi Aaron. Ia melangkah menuju kamar Valia di lantai dua. Begitu p
Baca selengkapnya

Tanda Kepemilikan

Pemandangan yang sangat langka saat bangun tidur terdapat wajah tampan di hadapan Valia. Pahatan wajah tampan bak dewa Yunani, dia yang begitu sempurna. Valia meringkuk segera memunggunginya. Sampai ia tersadar sesuatu menahannya untuk tidak menjaga jarak. "Apa ini," lirih Valia tak bersuara. Ia menyibak selimut yang menutupinya dan melihat lengan kekar Aaron yang melilit di pinggangnya dengan erat dan posesif. Valia terdiam sejenak. 'Aaron memelukku? Setelah semalam dia marah-marah dan mengatakan hal yang menyakitkan, sekarang dia memelukku dengan sangat erat.' Perlahan-lahan Valia mulai mencoba melepaskan pelukan itu sebelum ia malah merasa tertarik dengan erat. "Mau ke mana, Valia?" Suara serak Aaron menghentikan gerakan Valia. "Ini sudah pagi," jawab Valia menatap jendela besar yang sengaja tidak ia tutup. Aaron mengerang pelan, namun kali ini ia kembali menarik pinggang Valia lagi lebih erat. "Aaron..." Valia mulai tak nyaman. "Diamlah." Aaron masih memejamkan kedua ma
Baca selengkapnya

Ragu untuk Melangkah

Valia berdiri di depan pintu kamar Aaron yang sedikit terbuka, ia meremas jemarinya mengintip ke dalam sana. Entah kenapa, Valia harus melakukan hal ini. Padahal malam ini ia punya misi untuk kabur dan pergi menjauh sejauh-jauhnya dari Aaron. "Sedang apa berdiri di sana? Kemarilah." Valia menelan salivanya. Langkah kecilnya berjalan membawa Valia masuk ke dalam kamar itu. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, Valia memperhatikan Aaron yang tengah bercermin dengan pakaian rapi. "Ada apa, Valia? Kenapa kau mengintipku? Apa kau ingin tidur di kamarku lagi, huh?" tanya laki-laki itu seraya memakai jam tangan mahalnya. "Emm... Tidak, tapi kalau aku boleh tahu, kau mau ke mana?" tanya Valia dengan polosnya. Aktivitas Aaron pun terhenti, selama ini di dalam hidupnya tidak ada yang bertanya ia mau ke mana, sedang apa, dan tidak ada yang peduli. Aaron menoleh, tiba-tiba bibirnya tersenyum miring menatap Valia dengan balutan gaun tidur merah muda bermotifkan bunga dan berlangan panjang.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status