Beranda / Romansa / Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan / Aku Menginginkanmu Malam Ini

Share

Aku Menginginkanmu Malam Ini

Penulis: Te Anastasia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-24 13:10:04

Hari sudah senja, Valia diam berdiri di teras belakang mansion. Tempat itu menyuguhkan langsung pemandangan indahnya lautan biru teluk Trieste.

Hati Valia kini sangat resah gelisah. Pasalnya sejak kejadian kemarin, Aaron tidak lagi muncul di hadapannya. Valia memikirkan tentang luka di tangan laki-laki itu.

"Di mana dia dua hari ini?" lirihnya lemas. Valia meletakkan satu tangannya dinding pembatas setinggi pinggang di depannya.

Sejenak Valia memilih duduk bersandar pada pilar dan menikmati semilir angin yang berhembus.

"Dia terluka sama sepertiku," ucap Valia memperhatikan telapak tangannya yang masih terbungkus perban. "Apa dia baik-baik saja? Mungkinkah lukanya sangat fatal?"

Valia menarik napasnya panjang memejamkan kedua matanya pelan.

"Nona Valia!"

Suara Merina, pelayan wanita itu pun mendekat dengan segelas air putih yang dia bawa.

"Nona sedang apa? Baru saja saya ambilkan air minum, tapi Nona sudah hilang dan ternyata berada di sini," ujar pelayan itu menyerahkan segelas air yang ia bawa pada Valia.

Valia mengabaikan Merina, memilih menatap ke arah teluk. Wajahnya begitu sedih dan tersiksa.

"Apa dia baik-baik saja, Pelayan Merina?" tanya Valia tiba-tiba.

"Ma-maksud Nona?"

"Dua hari dia tidak muncul, tidak menemuiku, dan aku juga tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah kejadian kemarin. Bukankah tangannya terluka? Apa lukanya sangat parah?" Valia meneteskan air matanya, mengingat hal bodoh yang ia lakukan.

Merina meletakkan gelas yang ia bawa di atas dinding pembatas teras. Pelayan itu tersenyum tipis dan mengangguk.

"Sepertinya memang cukup parah, Nona. Setahu saya lukanya sangat lebar, Dokter Fabio selalu ke sini setiap pagi dan sore," jelas Merina menatap Valia yang tersenyum getir.

"Semua karena aku," ucap Valia lirih. "Kenapa dia menyelamatkanku? Bukannya lebih baik aku mati saja dari pada terus merepotkan dia?"

Pelayan Merina mengusap pundak Valia dengan lembut. "Tapi Nona Valia khawatir dengan keadaan Tuan Muda, kan?"

Wajah menimbang-nimbang dan tidak yakin meskipun akhirnya Valia tetap mengangguk. Ia malu mengakuinya, namun di tempat sebesar itu, hanya Merina yang mampu mengerti perasaannya.

"Karena aku bisa melihat, sepertinya dia tidak mau aku terluka," ujar Valia menatap kosong.

Merina tersenyum, ia mendekati Valia dan berbisik, "Sekarang Nona lihat ke sana, siapa itu?"

Merina menujuk ke arah ujung lorong panjang di samping air mancur, di mana laki-laki yang ia cemaskan, tengah berjalan tegas diikuti anjing peliharaannya.

"Di-dia..." lirih Valia meramas dadanya pelan dan senyuman tipis terukir. "Syukurlah, dia baik-baik saja."

Tanpa sengaja tatapan mereka saling bertemu, gegas Valia pun kembali tersembunyi di balik pilar. Namun tiba-tiba Merina menyerahkan segelas air yang bawa pada Valia.

"Nona Valia minum dulu, saya akan kembali sebentar lagi," pamit wanita itu tersenyum manis.

"Tapi... Pelayan Merina! Tunggu-"

Ucapan Valia terhenti seketika. Ia menoleh ke sisi pilar, nampak kepala anjing seringala yang mendongak ke arahnya. Peliharaan milik Aaron yang sempat membuatnya jantungan.

"Aaaaa... Kau lagi!" teriak Valia langsung menyudutkan dirinya.

"Terkam dia, Lizer!"

Suara bariton itu membuat Valia mengangkat wajahnya. Nampak sosok laki-laki tampan berdiri di depannya tersenyum miring menatap hewan peliharaannya yang mengendus kaki Valia.

Tatapan mata Valia lurus pada tangan Aaron yang terbungkus perban.

"Aaron," lirih Valia menatap laki-laki itu. "A-apa tanganmu..."

"Lukanya parah. Apa kau sama sekali tidak merasa bersalah, hm?" sela Aaron cepat dan mendekati Valia hingga berdiri tepat di depannya.

"A-aku... Aku minta maaf, tapi kenapa kau menghalangiku?" Valia mengerjapkan kedua matanya polos.

"Aku tidak ingin semua orang-orangku sibuk mengurus kematianmu." Aaron tersenyum miring mendekatkan wajahnya. "Kau pikir aku mencemaskanmu?"

Valia memalingkan wajahnya, bibirnya pun cemberut. Sia-sia rasanya ia cemas pada Aaron kalau jawaban ketus laki-laki itu membuat Valia malu sendiri.

Di sela rasa kesalnya, terasa bulu-bulu lembut mendusal di kakinya. Anjing Siberian Husky bernama Lizer yang terus memutari Valia mendongak menjulurkan lidahnya dengan wajahnya yang sangat lucu.

Valia tersenyum kecil, jemarinya terulur menyentuh kepala hewan itu. "Aaron, a-apa dia tidak menggigitku?" tanya Valia penasaran.

"Tidak, Lizer tahu mana makanan yang mahal dan murahan."

Seketika Valia menatapnya sebal, bisa-bisanya ia lebih rendah dibandingkan dengan seekor Siberian Husky!

"Tapi hewan ini tidak menyebalkan sepertimu," cibirnya lirih.

Mendengar cibiran Valia, Aaron melangkah mendekat memangkas jarak keduanya. Satu lengan kekar laki-laki itu menyangga pada pilar besar yang penuh ukiran.

Wajah cantik Valia terasa panas begitu jarak wajah mereka hanya tinggal beberapa senti saja.

"Kau tadi mengkhawatirkanku, hm?" bisik Aaron lirih, bibirnya tepat di depan bibir Valia.

Valia menggeleng gugup.

"Ti-tidak! Siapa juga yang khawatir dengan laki-laki sepertimu." Valia memalingkan wajahnya. "Kau jangan besar kepala. Bagiku memang mati lebih baik daripada terus melihatmu."

Aaron tersenyum smirk. "Dan sayangnya hal itu mustahil kau lakukan."

"Kau yang tidak membiarkan aku mati!" Valia memukul kedua pundak Aaron.

Bukannya mundur, Aaron kian mendekat memiringkan kepalanya tepat di depan bibir Valia hingga gadis itu begidik ngeri memejamkan kedua matanya.

"Karena aku belum menikmati tubuhmu," bisik Aaron lirih dan meniup lembut pipi Valia.

Valia diam membeku, hingga suara kekehan Aaron menyadarkannya. Sontak gadis itu melayangkan pukulan kecilnya di pundak Aaron.

"Aku tidak mau. Minggir kau dari depanku!"

Valia berniat mendorongnya, namun Aaron lebih dulu mendekat hingga tubuh mereka kini benar-benar menempel. Bulu roma Valia merinding geli saat ujung hidung mancung laki-laki itu menyentuh pipinya.

Kedua mata Valia kembali terpejam erat, bibir bawahnya yang digigit kuat. Aaron sangat menikmati permainannya membuat gadis ini takut dan serba salah.

"Aaron..." Valia berucap lirih dan lelah. "Jangan begini. A-apa yang kau mau dariku?"

"Menjadikanmu budak yang patuh di atas ranjangku! Apa masih kurang jelas, hm?" bisik Aaron menyeringai licik.

Kedua tangan Valia terkepal kuat, ingin sekali meninju wajah sombong Aaron. Laki-laki itu selalu menang dan mudah menguasainya.

"Ekhem... Permisi Tuan Muda, maaf mengganggu."

Suara Sergio membuat sang Tuan berdecak sebal. Ia mundur menjauh dari Valia, beralih menatap laki-laki bertubuh gempal yang kini berdiri tegap di depannya.

"Ada apa?"

"Ada seseorang penting yang ingin menemui Tuan Aaron. Beliau sedang menunggu di ruangan Tuan," jelas Sergio penuh hormat.

"Aku akan segera ke sana."

"Baik, Tuan."

Aaron gegas pergi, namun belum jauh kakinya berjalan, ia menghentikan langkahnya.

Tubuh tegapnya berdiri memunggungi Valia dan tidak menoleh sedikitpun.

"Siapkan dirimu malam ini, Valia!"

Kedua mata Valia membola, tubuhnya menegang menatap punggung kekar Aaron yang telah menjauh.

"Apa katanya?" Valia tertegun sejenak. Ia kembali menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, tidak, aku tidak mau. Pokoknya aku tidak mau!"

Gadis itu terduduk menekuk kedua lututnya dan menjambak rambut panjangnya. Rasa takutnya pada Lizer pun hilang, ia membiarkan hewan itu mengendusnya. Kini Valia lebih takut dengan apa yang baru saja Aaron katakan.

"Aku tidak mau, Ya Tuhan. Bagaimana aku melewati malam ini..."

*** 

"Lain waktu jangan datang lagi ke tempatku!"

Seruan itu Aaron tujukan pada laki-laki dengan setelan formal yang duduk di hadapannya.

Hans, seorang penasihat keluarga besar Alieston, tersenyum tipis dan mengangguk.

"Apa Tuan Aaron takut kalau seseorang mengenali saya di sini?" Hans melirik ke arah taman.

Seketika Aaron menoleh di mana Valia berada di sana dengan dua pelayan.

Aaron menjawabnya dengan gumaman. "Jangan ikut campur."

"Apa Tuan tidak takut kalau orang tua Tuan Muda tahu, ada seorang gadis di sini? Dan gadis itu..."

"Aku tidak peduli. Aku tidak akan bisa dikendalikan oleh siapapun," sela sang Tuan Muda dengan nada tegas seperti biasa.

Aaron bangkit menegakkan tubuhnya, tatapannya lurus tertuju pada gadis yang kini sudah bisa tersenyum-senyum di depan sana.

"Apa yang akan Tuan lakukan dengan gadis itu?" tanya Hans sedikit khawatir.

"Apapun keinginanku. Dia akan berada di sini selamanya!"

"Tuan Aaron..."

"Jangan menghentikanku, Hans. Aku bisa menghabisi siapapun yang menghalangiku." Laki-laki itu menyeringai penuh ancaman.

Aaron masih setia mantap Valia yang berada di depan sana. Hingga beberapa detik kemudian mereka saling tatap, dan Valia menghindar berlalu pergi.

Sementara Hans bersedekap dan berekspresi serius. Dari dalam ruangan pribadi milik Aaron, ia menatap gadis di luar sana dengan sedikit iba.

"Segera pergi kalau kau tidak ingin menyampaikan apapun. Jangan pernah kembali ke tempatku lagi."

Hans beranjak dari duduknya. Ia meletakkan sebuah berkas di atas meja.

"Mohon Tuan Muda membaca beberapa lembar surat ini. Dan... tolong pertimbangkan lagi untuk gadis itu."

Aaron tidak menjawabnya. Laki-laki bertubuh gempal itu pun gegas meninggalkan ruangan Aaron seketika.

Barulah Aaron membalikkan badannya meraih berkas di atas meja. Ia kepikiran dengan apa yang Hans katakan padanya barusan.

Kedua tangan Aaron terkepal di atas meja. "Tidak akan aku biarkan ada yang berani menghentikanku. Apalagi melepaskan Valia dari sini. Tidak akan!"

Bab terkait

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Bersembunyi Darimu, Berakhir Dalam Pelukanmu

    "Kenapa hari cepat sekali berubah gelap, aku harus bagaimana malam ini?" Valia bersembunyi di balik selimut tebalnya memeluk bantal dengan erat. Perasaannya sangat resah gelisah tak bisa tenang. Aaron mengatakan padanya malam ini ingin ia puaskan. Valia merasa bingung dan ingin rasanya ia menghilang dengan cepat. "Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau memuaskan Aaron, aku tidak mau tidur dengannya... Tidak mau!" Valia memukuli kepalanya dengan rengekan frustrasi. Di tengah ia meracau, tiba-tiba saja Valia tersentak saat seseorang menyentuh punggungnya di balik selimut. Sontak Valia menyibakkan selimut itu dan mendongak menatap siapa yang berada di kamarnya. "Pe-pelayan Merina!" Valia menatap sedih wanita itu dengan napas yang naik turun."Nona kenapa?" Pelayan Merina menyentuh kening Valia. "Nona masih pusing ya?" Valia menggeleng pelan. "Aku pikir tadi Aaron yang menyentuh punggungku," lirih Valia cemberut. Kekehan gemas terdengar dari bibir Merina. "Tuan Aaron sedang ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-01
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Jangan Menyentuh Gadisku!

    "Tidak akan ada yang membebaskan aku dari tempat ini. Aku berharap ada yang menolongku."Valia berucap sedih. Kedua matanya menatap jauh lautan lepas yang telihat sangat gelap si subuh hari. Sejak dua jam yang lalu, lebih tepatnya pukul tiga dini hari Valia terbangun dan keluar dari dalam kamar milik Aaron. "Aku ingin pulang," lirih Valia duduk memeluk kedua lututnya. "Aku tidak mau hidup berlama-lama di sini." Saat Valia menangis, tiba-tiba saja sesuatu mengendus dan menjilati pipinya dengan sangat lembut. Sontak Valia mengangkat wajahnya, ia terjingkat kaget mendapati siapa yang mendekatinya. "Astaga!" teriaknya terkejut. "Li-lizer, apa yang kau lakukan?" Valia mengembuskan napasnya pelan mendapati anjing Siberian Husky yang ternyata menjilati wajah cantinya. Sejenak Valia menatap wajah lucu hewan itu sebelum ia tersenyum. Jemari Valia terangkat mengusap bulu-bulu lembut kepala anjing itu. "Kenapa kau tidak tidur, Lizer? Ini masih petang. Udaranya sangat dingin di sini," uja

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Tugasmu Malam ini

    "Brengsek!" Teriakan keras lolos dari bibir Aaron. Kepalan tangan meninju kuat meja kayu di depannya. Rasa ingin marah meluap-luap dari hatinya. Sergio yang berdiri di dekat pintu pun hanya diam tertunduk melihat kemarahan Tuan Mudanya yang tidak bisa dihentikan. "Beraninya dia menginginkan Valia secara terang-terangan," desis Aaron dengan rahang mengetat. "Sam memang belum pernah melihat Nona Valia, Tuan," ujar Sergio menyahuti. Aaron tersenyum smirk. "Berkata menginginkan Valia, adalah kebodohan. Dia tidak akan mengira kalau sampai mati pun aku tidak akan melepaskan Valia, semudah itu!" desis Aaron dengan napas naik turun. Aaron tertunduk, menahan pikirannya yang dipenuhi kekesalan pada Sam, sahabat karibnya yang berani menawar Valia untuk dimiliki."Apa kau masih mengurung Valia?" tanya Aaron lirih. "Masih Tuan." Seketika Aaron keluar dari dalam ruangan kerjanya setelah tempat itu berantakan karena luapan emosi Aaron. Ia melangkah menuju kamar Valia di lantai dua. Begitu p

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Tanda Kepemilikan

    Pemandangan yang sangat langka saat bangun tidur terdapat wajah tampan di hadapan Valia. Pahatan wajah tampan bak dewa Yunani, dia yang begitu sempurna. Valia meringkuk segera memunggunginya. Sampai ia tersadar sesuatu menahannya untuk tidak menjaga jarak. "Apa ini," lirih Valia tak bersuara. Ia menyibak selimut yang menutupinya dan melihat lengan kekar Aaron yang melilit di pinggangnya dengan erat dan posesif. Valia terdiam sejenak. 'Aaron memelukku? Setelah semalam dia marah-marah dan mengatakan hal yang menyakitkan, sekarang dia memelukku dengan sangat erat.' Perlahan-lahan Valia mulai mencoba melepaskan pelukan itu sebelum ia malah merasa tertarik dengan erat. "Mau ke mana, Valia?" Suara serak Aaron menghentikan gerakan Valia. "Ini sudah pagi," jawab Valia menatap jendela besar yang sengaja tidak ia tutup. Aaron mengerang pelan, namun kali ini ia kembali menarik pinggang Valia lagi lebih erat. "Aaron..." Valia mulai tak nyaman. "Diamlah." Aaron masih memejamkan kedua ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Ragu untuk Melangkah

    Valia berdiri di depan pintu kamar Aaron yang sedikit terbuka, ia meremas jemarinya mengintip ke dalam sana. Entah kenapa, Valia harus melakukan hal ini. Padahal malam ini ia punya misi untuk kabur dan pergi menjauh sejauh-jauhnya dari Aaron. "Sedang apa berdiri di sana? Kemarilah." Valia menelan salivanya. Langkah kecilnya berjalan membawa Valia masuk ke dalam kamar itu. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, Valia memperhatikan Aaron yang tengah bercermin dengan pakaian rapi. "Ada apa, Valia? Kenapa kau mengintipku? Apa kau ingin tidur di kamarku lagi, huh?" tanya laki-laki itu seraya memakai jam tangan mahalnya. "Emm... Tidak, tapi kalau aku boleh tahu, kau mau ke mana?" tanya Valia dengan polosnya. Aktivitas Aaron pun terhenti, selama ini di dalam hidupnya tidak ada yang bertanya ia mau ke mana, sedang apa, dan tidak ada yang peduli. Aaron menoleh, tiba-tiba bibirnya tersenyum miring menatap Valia dengan balutan gaun tidur merah muda bermotifkan bunga dan berlangan panjang.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Menghangatkan Dirimu dalam Dekapanku

    "Aku akan tetap membawamu kembali ke sini Valia, dan aku menghabisi si brengsek Samuel!" Aaron mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kuat. Kini ia berdiri dalam kamar Valia. Ia pulang untuk memastikan, dan menunggu kabar dari Nick yang melacak Valia dan Sam. Laki-laki itu merasa terbakar seluruh amarahnya. Amarahnya pada Samuel tidak dapat ia tahan-tahan. "Valia..." Aaron menggeram kesal. "Aaarrgghhh! Brengsek! Bisa gagal semua rencanaku!" Teriaknya keras-keras, ia menyapukan tangannya di meja rias hingga semua barang-barang di atas sana menjadi berantakan dan berjatuhan."Sialan kau, Valia!" teriak Aaron memukul meja kayu itu. "Permisi Tuan," sapa Sergio berdiri di ambang pintu. "Apa Nick sudah memberi kabar, di mana Valia?!" Aaron menoleh ke arah anak buahnya tersebut. Laki-laki itu mengangguk. "Sudah Tuan." Seketika Aaron berdiri tegap menyahut kembali mantel hangatnya dan gegas keluar dari dalam kamar."Ikut denganku, Sergio!" "Baik Tuan." Mereka berdua keluar dari d

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Lembut dan Dingin di Saat Bersamaan

    "Eungghh, aku di mana?" Valia membuka kedua matanya perlahan, kepalanya terasa pening karena terlalu banyak menangis. Gadis itu terdiam menatap langit-langit kamar mengingat kejadian semalam. Ia pun kembali meringkuk sedih, bayangan semalam kalau Aaron tidak menemukannya, mungkin Valia akan hilang. Dan kejadian ini, ia berfirasat kalau Aaron pasti akan marah. "Aaron," lirih Valia terdiam sejenak memejamkan kedua matanya. "Semalam dia datang menyelamatkan aku dan memelukku semalaman penuh." Valia merengut bimbang. "Sebenarnya, dia peduli atau membenciku? Kenapa dia sangat aneh?" Tidak mau berlama-lama, perlahan Valia bangkit dari tidurnya sebelum selimut hitam yang pakai menutupi tubuhnya jatuh melorot dan menunjukkan tubuhnya tanpa balutan dress semalam. "Astaga!" pekik Valia nyaris menjerit. Valia terkejut saat sadar ia hanya mengenakan kain tipis berlengan spaghetti yang terbuat dari kain yang tembus pandang. "Ke-kemana bajuku?! Kenapa hanya tersisa dalaman ini?! Bajuku...

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Perasaan yang Tak Akan Goyah

    "Bagaimana pun juga, kau harus kembali ke Milan. Kondisi Kakakmu sekarang cukup parah, Aaron." Seruan itu terdengar seperti perintah. Riftan, sahabatnya yang kini datang ke kediaman Aaron untuk menyampaikan hal itu. Aaron terlihat putus asa, ia mengacak rambutnya dan menyandarkan kepalanya di punggung sofa. "Apa Hans yang mengatakan ini padamu?" tanya Aaron. "Heem. Orang tuamu sudah menghubungimu, tapi kau tidak menjawabnya. Dan mereka ingin mnerikan kabar tentang Kakakmu." Senyuman getir mengiringi perasaan perih yang Aaron rasakan. Aaron sangat menyayangi Kakak laki-lakinya, di saat kedua orang tuanya tidak peduli padanya, namun Kakaknya selalu peduli dan memberikannya banyak perhatian. Namun sekitar dua tahun yang lalu, sang Kakak mendapatkan sebuah masalah hingga membuat mentalnya jatuh dan penyakit jantung yang dia derita kembali kambuh. "Tidak usah terlalu kau pikirkan, Kakakmu akan baik-baik saja." Riftan berdiri dan menepuk pundak Aaron. "Harusnya dia tidak merasakan i

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08

Bab terbaru

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    AKHIR YANG BAHAGIA

    Pemandangan yang indah saat Valia menatap anak dan menantunya tengah menikmati hari yang indah di taman mansion pagi ini. Waktu berjalan dengan cepat, Valia percaya dengan adanya cinta sejati dan ia tidak salah menempatkan hatinya sejak awal pada orang yang mau menjadi sandarannya hingga kini. "Sedang apa, Sayang?" sapa Aaron mendekati Valia. "Hem, tidak ada. Senang sekali melihat mereka, dan tempat ini...." Valia mendongak menatap seisi mansion yang tidak berubah sama sekali. Tempat itu sangat terawat dan juga bersih bahkan beberapa barang-barang yang dulu Valia tinggalkan masih di tempat. Betapa membekas kuat semua kepingan-kepingan ingatannya dari kisah cinta hingga kebenciannya kepada Aaron yang kini sudah tertutup rapat. "Tempat ini masih khas dengan segala hal yang menyangkut kita," ujar Aaron menatap Valia dan memeluknya. "Dan aku merasa bahagia bisa menua bersamamu." Valia tidak yakin mendengar apa yang suaminya katakan barusan, tapi ia merasa tersentuh begitu Aaron men

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Ceritakan Pertemuan Mama dan Papa

    Trieste, Italia. Seperti masa kecil Mamanya, shopie terlihat sangat heboh saat dia telah sampai di Trieste. Tepatnya di mansion milik sang Opa. Bangunan super megah yang dikelilingi pemandangan laut yang indah. Tidak ada yang berubah di sana, Layla dan Nathaniel juga sangat menikmati keindahan tempat itu. "Wahh... Bagus sekali, kenapa aku dulu tidak betah tinggal di sini Ma? Padahal bagus sekali!" Layla memeluk lengan Valia dan mereka berjalan di teras samping samping mansion."Entah karena apa dulu, mungkin karena kita kasihan pada Kakek," jawab Valia. Ia tidak mau mengingatkan masa lalu yang cukup buruk pada Layla. Nathaniel bersama Aaron di depan sana, laki-laki itu menggendong Shopie yang sudah bingung ingin pergi mengelilingi mansion. Sementara Valia masih bersama dengan Layla. Valia merasa ada sesuatu yang menyentuh hati terdalamnya, tempat ini mempunyai ribuan kisah Valia dan Aaron, dari benci, marah, ambisi, obsesi, hingga cinta yang sangat tulus. Sosok Aaron yang sama

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Kembali Untuk Berlibur

    Lima Tahun Kemudian..."Shopie! Jangan lari-lari nanti jatuh..." Suara teriakan keras itu berasal dari bibir Layla yang berdiri di dalam rumah memperhatikan putri kecilnya yang terlihat begitu kesenangan. Shopie Tan Ferdherat, gadis cantik yang memiliki wajah sangat mirip dengan Mamanya. Dia juga sangat keras kepala seperti Papanya, dan Sopie anak yang manja, seperti Mamanya. "Mi, katanya nanti malam mau pergi sama Opa dan Oma, ayo... Sopie bantu-bantu Mami!" seru anak itu lompat-lompat kesenangan. "Iya, tapi nanti dulu, Sayang... Sekarang Shopie naik ke atas yuk, jangan lari-larian di bawah. Mami mau ke atas." Layla mengulurkan tangannya pada Shopie. Anak itu pun seketika mengangguk antusias, mereka berdua langsung berjalan ke lantai atas dan Sophie berjinjit membuka pintu kamarnya. Di dalam sana, anak itu menatap Papanya yang masih tertidur dengan santai dan nyenyak. Shopie tersenyum tipis, ia berjalan perlahan-lahan naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh Papanya. "Papi... Ay

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Janji yang Tak Akan Diingkari

    "Mama dan Papa akan sering-sering ke sini untuk memantau Layla, karena Papa perhatikan akhir-akhir ini kau sangat sibuk sampai sering meninggalkan istrimu sendiri yang di rumah." Aaron mengatakan hal itu kepada menantunya, dan tentu saja nontonnya langsung mengangguk setuju disadarinya ia memang tidak pernah ada waktu untuk Layla. Bukan berarti Nathaniel merasa leluasa, ia juga berusaha mencari celah di mana ia bisa meliburkan diri dan menjaga Layla seperti suami-suami di luar rencana pada umumnya. "Iya Pa, aku juga mencari waktu yang tepat untuk libur. Aku terus kepikiran dan tidak bisa fokus saat bekerja," ujar Nathaniel. "Harusnya di saat usia kandungan istrimu sudah tua seperti ini kau libur rumah karena bayi lahir itu tidak tahu kapan dan juga sulit untuk diprediksi," jelas Aaron pada Nathaniel. Nathaniel diam dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Papa mertuanya, ia sadar kalau dirinya memang keliru. Aaron juga orang yang sangat gila kerja, sama seperti dirinya tapi beda

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Mencoba Untuk Menjadi Paling Pengertian

    "Kalian ini... Apa tidak bisa ditunda sampai besok pagi, hah?!" Nathaniel marah saat masuk ke dalam ruangannya, di dalam sana semua rekannya sudah menunggu. Laki-laki itu meletakkan dengan kasar kunci mobilnya di atas meja, karena ia sudah menduga kalau di rumah Layla pasti marah padanya. "Ya bagaimana lagi?!" sahut Regar frustrasi. "Huhh... Sialan kalian, jadi jadwal kemarin itu salah?!" Nathaniel menatap mereka semua. "Salah!" jawab keempat orang itu kompak. Helaan napas panjang terdengar dari bibir Nathaniel. Saat itu juga ia langsung duduk di kursinya dan mulai membuka laptopnya dan segera menyelesaikan pekerjaannya. Namun tetap saja Nathaniel tidak bisa tenang memikirkan Layla yang ia tinggalkan di rumah sendirian. Laki-laki itu pun mengambil ponselnya dan ia menghubungi Papa mertuanya karena hanya Aaron yang bisa membantunya saat ini. "Halo Pa, Pa aku boleh minta tolong, tidak?" pinta Nathaniel. "Hem, ada apa jam segini kok menelepon Papa? Apa terjadi sesuatu pada Layl

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Kapan Ada Waktu Untukku

    Beberapa Bulan Kemudian...Kandungan Layla sudah memasuki tujuh bulan. Tak terasa waktu berjalan dengan cepat dan Layla menjalani hari-harinya dengan sangat bahagia besama suaminya. Nathaniel, menjadi suami super posesif dan selalu memantau Layla dari segala kondisi, bahkan mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur. "Layla ke mana, Bi?"Suara Nathaniel di ruang tamu sore ini membuat Layla langsung menoleh, gadis itu tengah beduaan dengan Jeremy di dalam ruangan keluarga. Seketika Layla meminta Jeremy menutup pintu ruangan itu. Sehari saja, Layla ingin suaminya itu tidak terlalu posesif, Layla pusing dengan sifat Nathaniel yang sangat menyebalkan. "Sudah Kak," ujar Jeremy seraya terkikik geli anak itu berjalan mendekati Layla seraya membawa roti sus miliknya. "Sini-sini, duduk di samping Kakak. Biar saja Kak Nathan teriak-teriak di luar, Kakak pusing sekali dengannya," keluh Layla mendongakkan kepalanya. "Tapi kata Mami Valia, kalau dicereweti Papi Aaron, tandanya Papi Aaron i

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Rumah Megah untuk Istriku

    Setelah acara pernikahan, Layla dan Nathaniel pulang ke rumah mereka sendiri. Nathaniel adalah laki-laki mapan yang sudah mempersiapkan segalanya sebelum menikah. Ada dua pembantu di rumahnya yang akan mengerjakan pekerjaaan rumah dan membantu Layla. Dan Nathaniel memberikan rumah itu pada Layla untuk hadiah pernikahan mereka. "Rumahnya bagus sekali," cicit Layla seraya menoleh dan menatap wajah tampan Nathaniel. "Kau suka?" Nathaniel mengusap pucuk kepala Layla. Layla pun mengangguk dengan mantap. "Sangat! Ini rumah paling bagus yang pernah Layla lihat. Seperti istana kalau dilihat dari luar, ada kerucutnya di atas sana!" seru Layla tersenyum. "Ya, memang desain awalnya aku buat seprti itu, agar tidak ada yang menyamainya." Layla hanya mengangguk saja, dan ia berjalan menaiki anak tangga menuju lantai dua. Tangga melengkung dan lebar, lantai mengkilat dari marmer berwarna cream, dan beberapa pilar besar di dalam ruangan, serta lampu kristal besar yang menggantung di langit-lan

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Kita Telah Resmi

    Pernikahan yang dimimpikan selama ini oleh Layla benar-benar terlaksana. Dalam hitungan detik demi detik pernikahan mereka sudah resmi.Dan begitu pula yang dirasakan oleh Nathaniel. Memiliki Layla seutuhnya dan ke mana-mana bisa ia jaga dan ia bawa, adalah cita-cita Nathan sejak dia masih kecil. Layla dan Nathaniel kini tengah sibuk dengan para tamu, tak lain adalah para teman-teman Nathaniel, karena Layla sendiri tidak memiliki teman. "Selamat ya kalian berdua, wahhh... Kapan ya aku nyusul?" seru Vargo menepuk pundak Nathaniel. "Mulutnya!" sinis Caley merangkul dan memukul punggung Vargo hingga laki-laki dengan tuxedo abu-abu itu tertawa. "Ya... Siapa tahu saja yang kedua kalinya." Vargo menjawab dengan sangat santai. Seketika Nathaniel terkekeh, ia menggenggam tangan Layla dan mengecupnya dengan lembut. "Jangan mendengarkan Sayang, mereka ini laki-laki gila!" sinis Nathaniel seraya menatap aneh pada semua temannya. "Iya, mereka lucu," ujar Layla. Layla merasakan ia seperti

  • Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan    Kesayangannya Layla

    Hari yang dinanti-nanti oleh Layla dan Nathaniel esok pagi akan terlaksana. Mereka semua keluarga kini berada di sebuah hotel milik keluarga Ferdherat. Hotel bintang lima yang berada di tengah-tengah kota Berlin. Laila Tengah berada di dalam kamarnya bersama Sarah, Caroline, Rosalia dan juga Valia. Keluarga Jazvier yang datang jauh-jauh hanya ingin melihat Layla menikah dengan Nathaniel. "Tidak terasa kita sudah tua ya Sarah, Cucu kita besok sudah mau menikah," ujar Caroline pada Sarah. "Iya, aku merasa seperti kemarin kita mengasuh anak-anak, tapi sekarang mereka sudah menikah saja. Ini waktu yang terlalu cepat atau apanya yang salah?" gumam Sarah seraya duduk bersandar. Valia bersama Rosalia duduk di atas ranjang bersama Layla yang berbaring bersama Jeremy. "Sepertinya tidak ada yang salah, Nenek saja yang menolak tua," sahut Jeremy tiba-tiba, anak itu sangat cerdas. Mendengar apa yang dikatakan bocah itu sontak membuat semua orang di dalam ruangan tersebut langsung tertawa.

DMCA.com Protection Status