Home / Pernikahan / Silakan Menikah Lagi, Mas! / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Silakan Menikah Lagi, Mas!: Chapter 51 - Chapter 60

106 Chapters

Bagian 51. Kebakaran

“Kamu itu licik, Mas. Kamu itu baji*ngan!” desisku.“Kamu tinggal pilih. Mau mengorbankan pesantren beserta isi dan santrinya, juga adikmu yang mendekam di penjara demi keras kepalamu itu, atau kamu balik pulang ikut aku dan semuanya akan aman terkendali lagi.”“Aku minta pisah. Satu hal itu saja. Aku mempersilakanmu bahagia bersama Asti. Apa itu sulit? Kurasa enggak? Tapi masalahnya malah melebar ke mana-mana.”“Dan aku sudah bilang puluhan atau bahkan ratusan kali kalau aku tidak akan menceraikanmu. Apa kamu kurang paham atas satu hal itu?”Aku sungguh tidak habis pikir dengan pria ini. “Mas, jangan egois. Aku berhak bahagia, dan kamu juga bebas bahagia bersama Asti. Dan bahagiaku adalah pisah darimu.”“Niha, pilihan hanya dua. Kembali sama aku, atau pesantren dan semua penghuninya ini akan jadi tumbalnya. Pilih sekarang juga.” Mas Aqsal bersedekap. Ia lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya. Entah apa yang dilakukan dengan ponselnya itu.Aku melangkah, tetapi ditahan olehnya.“Kita h
last updateLast Updated : 2023-08-07
Read more

Bagian 52. Bersiaplah!

“Mas!” Aku memekik geram.“Semua tergantung dengan amal ibadahmu. Kalau kamu bersikap manis padaku, nurut padaku, bisalah kita buat kesepakatan. Tapi kalau kamu tetap galak, terus minta pisah, aku tidak berani menjamin adikmu aman.”“Kamu ini benar-benar iblis, Mas!” desisku sambil mengepalkan tangan.Pria itu hanya mengedikkan bahu. Ia menyeretku untuk ikut dengannya menemui Abah. Aku sudah menolak, tetapi terus dipaksa.“Apa ada sapi yang jadi korban?” tanya Mas Aqsal.“Tidak ada, Kang. Alhamdulillah semua aman,” jawab Abah.Mas Aqsal mengedip kepadaku.“Aku bisa mengatakan ke Abah kalau kamulah yang penyebab semuanya, Mas,” bisikku.“Silakan. Abah masih punya sawah, ‘kan? Aku bisa pindah target.”Aku diam. Pria ini sangat membahayakan.“Niha, aku berani datang ke sini, itu berarti sudah kupikirkan rencana matang-matang dan sudah kukumpulkan semua informasi. Kalau kamu menolak ikut atau membocorkan rahasia kejahatanku, aku bisa dengan mudah mengubah target lainnya. Kamu mau itu terj
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more

Bagian 53. Mental Tidak Stabil

Aku hanya terpejam sejenak sambil mengembuskan napas panjang. Malas meladeni orang sepertinya.Terserah dia. Aku tidak lagi peduli. Aku tidak ubahnya boneka yang seenaknya dimainkan olehnya. Aku hanyalah tawanan dan mirisnya hanya budak pemuas naf*u. Serendah itu aku baginya.“Aku belum Magrib. Nanti kalau ada masjid tolong berhenti,” pintaku.“Jangan bilang kalau kamu mau kabur!” bentak Mas Aqsal.“Pikiranmu itu sesekali harus digosok pake gosokan panci biar sedikit bersih! Suudzon terus! Aku hanya ingin salat!”Mas Aqsal justru tertawa, lalu berbisik, “Kamu tambah cantik kalau marah.”“Hah, pria kejam sepertimu nggak pantas bicara manis.”Bibirnya tersungging sebelah. “Nggak sabar mengulang kejadian tadi pagi,” bisiknya.“Mau luka di kepalamu itu aku jadikan lebih parah? Biar gegar otak?”Bahkan rasa perihnya saja masih terasa sampai sekarang. Entah seperti apa tubuhku nanti kalau setiap hari harus melayaninya.Mas Aqsal tertawa.“Aku kamu siksa tiap hari, aku terima. Kamu menikah l
last updateLast Updated : 2023-08-09
Read more

Bagian 54. Kasihan Tuan

‘Mental Tuan tidak stabil.’ Kalimat Mbak Sa membuat bahuku terkulai. Tulang-tulang di tubuhku seolah-olah melemas.Sekelebat bayangan kekejaman Mas Aqsal kembali berputar. Pantas saja perilakunya sangat aneh atau bahkan menakutkan dan di luar nalar. Pria itu seperti menarik-ulur diriku semaunya. Dia kadang baik, tetapi lebih banyak kejamnya.Aku sendiri tidak tahu pasti sebahaya apa penyakit mental itu bagi orang di sekeliling penderitanya. Mbak Sa memegang sekilas lembut telapak tanganku. “Tuan memang sehat secara fisik, tapi tidak dengan jiwanya.”“Dia gila? Sakit jiwa? Ah, saya sudah tahu sejak dulu.” Aku mencoba tertawa, mengabaikan kabar mengejutkan ini.“Makanlah dulu. Nanti saya akan cerita.” Mbak Sa menata makananku, tetapi aku pegang tangannya.“Biar saya sendiri. Tapi nanti saja makannya.”“Sekarang, Mbak. Saya lihat Mbak Niha makin kurus.”“Baiklah.”Aku mengalah. Kulepas mukena, lalu mulai melahap masakan Mbak Sa. Sangat nikmat.Setelah makananku habis, Mbak Sa kemudian b
last updateLast Updated : 2023-08-10
Read more

Bagian 55. Takut Ditinggalkan

“Pertanyaan yang sulit saya jawab. Iya, saya juga kasihan sama Mas Aqsal setelah mendengar penjelasan Mbak Sa. Tapi untuk saat ini saya belum bisa memutuskan bertahan atau berpisah.”“Beberapa hari yang lalu, teman sekaligus dokter yang menanganinya datang ke sini. Dokter itu mengatakan kalau kami para pekerjanya disuruh hati-hati dan selalu waspada,” ujar Mbak Sa.Aku kembali mengembuskan napas panjang. Semua kenyataan ini terlalu mengejutkan.“Apa sakitnya sudah lama?”“Lama enggaknya, saya kurang paham, Mbak. Tapi sejak saya kerja di sini, Tuan memang aneh. Pendiam, sering menyendiri, suka marah-marah, emosinya tidak terkontrol.”Selama ini, Mama tidak pernah mengatakan kalau Mas Aqsal menderita gangguan mental. Beliau malah mencurigai putranya seorang penyuka sesama jenis. Apa Mama sebenarnya tahu dan sengaja tidak diberitahu kepadaku? Atau Mama juga tidak tahu?Pertanyaan-pertanyaan ini hanya bisa kutanyakan kepada Mas Aqsal sebab Mama sudah tiada. Namun, sepertinya pria itu tida
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

Bagian 56. Suka Kamu

“Mbak Sa, tolong buka pintunya. Jangan sampai pintunya roboh gara-gara amukan Mas Aqsal.” Aku terkekeh.Mbak Sa mengangguk, ikut tersenyum. “Jaga diri Mbak Niha baik-baik selama bersama Tuan. Selama tindakannya tidak membahayakan, Mbak cukup jadi istri yang lembut dan manis. Kalau agaknya sudah tidak terkontrol, teriak saja minta tolong. Jika dulu kami diam dan pura-pura tidak mendengar, mulai saat ini saya dan para pekerja lain akan datang membantu. Saya permisi.” Mbak Sa berjalan membuka pintu dan keluar sambil membawa bekas makanku.Ah, iya. Aku sekarang ingat. Para pekerja di rumah ini bahkan diam dan membiarkanku menjadi santapan empuk Mas Aqsal. Mungkin karena dulu mereka menganggap hal itu privasi dan tidak berani mengganggu keintiman kami.“Tadi saya memaksa Mbak Niha makan, Tuan. Dan alhamdulillah habis. Maaf kalau pintunya saya kunci karena seperti yang Tuan bilang, Mbak Niha katanya tidak boleh kabur.” Ucapan Mbak Sa masih bisa kudengar.“Hm.”Astaga, jawabannya seperti ada
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

Bagian 57. Garangnya Kumat

“Bulshit!” Aku mendorong kuat dadanya. Bukannya kian menjauh, tubuh pria ini makin merapat. “Mau bukti?” “Nggak perlu karena semua bukti mengarah kalau kamu justru sebaliknya, sangat membenciku. Kamu sering KDRT, selingkuh! Apa itu yang dinamakan suka? Ya, mungkin kamu suka dalam arti suka menyakitiku!” Dada Mas Aqsal terlihat naik turun dalam tempo yang cepat. Dia mengepalkan tangan. Aku terpejam, siap-siap mendapatkan serangan. Namun, justru suara tembok di sampingku yang terdengar. Aku pun membuka mata. Tangan Mas Aqsal sudah mendarat di dinding samping kiriku. Pria itu menatapku tajam, kemudian berlalu dari hadapanku menuju kamarnya tanpa berkata-kata. Aku mengembuskan napas panjang. Kuraup wajah dengan kedua tangan, lantas menuruni anak tangga, dan masuk kamar Mama. Aku menyenderkan tubuh pada pintu. Bagaimanapun juga, perkataan suka Mas Aqsal tadi sangat mengusik. Apa benar kalau dia suka? Suka dalam artian cinta maksudnya? Atau suka apa? Bahkan Mbak Sa pun bilang seperti
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

Bagian 58. Ikut Menunggu Jawaban

“Ya sudah, aku temani," ujarku mengalah."Ada obat yang harus kuminum sebelum tidur. Ada di laci kiri.” Mas Aqsal menunjuk laci yang dimaksud.Aku pun mencari obat pada laci yang dimaksud Mas Aqsal dan ketemu. Kuambil satu set obat itu.“Ini obat apa?” tanyaku sambil membolak-balik tiga jenis obat.“Obat kuat.”Aku tertawa. Ternyata suamiku ini garang di luar, lumayan garing juga di dalam.“Kenapa tertawa?”“Pria kekar dan berotot kayak kamu masih butuh obat kuat ternyata.”“Oh, secara tidak langsung berarti kamu sedang memujiku.”“Dih, pede amat.”“Kamu pikir itu obat kuat sungguhan? Itu obat hasil tangan adikmu di kepalaku! Paham!”Aku mengangguk-angguk dan menelisik obatnya. Benar, ada antibiotik dan obat lain entahlah apa. Padahal kupikir itu obat untuk sakit mentalnya.“Baiklah, atas nama Nizam, aku minta maaf.”Kubuka dan kuberikan tiga obat ke telapak Mas Aqsal, tetapi dia menepisnya hingga obat itu terjatuh di kasur.“Minumkan!” titahnya.“Jangan manja!”“Tanganku sakit, Niha.
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Bagian 59. Aku Bosan

“Tuan masih belum kuat masuk kemari. Tuan itu orangnya sensitif kalau menyangkut Nyonya Elena dan kamarnya,” jawab Mbak Sa.Satu rasa penasaranku terjawab tanpa harus bertanya. Ternyata kelemahan Mas Aqsal ialah masuk kamar ini. Baiklah, tempat bersembunyi darinya paling aman adalah di sini.Mbak Sa terus memanggil dan mencoba membangunkanku. Namun, aku masih setia berpura-pura terpejam.“Ayo kita gotong Nyonya sesuai perintah Tuan,” ajak Mbak Sa.Sementara di luar kamar, Mas Aqsal terus berteriak dan marah-marah heboh.“Panggil Soni sama yang lain sajalah, Mbak. Mana kuat kita hanya berdua,” tolak sebuah suara yang kuyakini itu Mbak Bin.“Kamu mau dipecat Tuan? Mana boleh istrinya disentuh apalagi digotong pria lain?”Apa benar yang dipikirkan Mbak Sa? Kenapa aku tidak boleh disentuh pria lain? Mas Aqsal cemburu? Ah, tidak mungkin.Kasihan dua orang ini kalau harus menggotongku. Perlahan, aku pun membuka mata.“Alhamdulillah, Mbak Niha sadar,” ucap Mbak Bin.“Tuan, Nyonya sadar!” ter
last updateLast Updated : 2023-08-15
Read more

Bagian 60. Pria Nakal

Wajah Mas Aqsal pias. Tangan yang awalnya masih mengambang di udara karena tengah menyuapiku, perlahan diturunkan.“Sudah kuduga.” Aku tersenyum tawar.“Mintalah yang lain, Niha. Mobil, uang, ponsel, rumah, pulau pribadi, jet pribadi, bisa aku kasih. Tapi untuk dua itu ....”“Aku enggak butuh harta! Aku hanya ingin ke makam Mama. Aku kangen sama Mama, Mas. Sama aku ingin kita menemui Asti untuk membuktikan ucapanmu kalau kamu memang tidak ada apa-apa sama dia. Juga untuk membuktikan kalau kamu beneran cinta sama aku.” Aku pun kembali berbaring.Tidak butuh waktu lama, sentuhan lembut terasa di lengan.“Baiklah, kita ziarah. Tapi untuk ke rumah Asti, aku minta jangan dulu. Aku janji akan melakukan itu tapi tidak sekarang. Ada yang sedang aku rencanakan. Kumohon mengertilah.""Rencana apa? Katakan!”“Ada dan kamu belum perlu tahu. Ya udah, sekarang kita ziarah. Tapi makanlah dulu. Apa perlu panggil dokter buat meriksa kamu?”Aku menggeleng. “Nggak perlu.”“Ayo duduk lagi, selesaikan mak
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status