“Lepaskan aku, Mas," pintaku kepada pria di hadapan. "Selamanya aku tidak akan melepaskanmu dari pernikahan ini! Ada simpul tak kasat mata yang sangat kuat, yang akan mengikatmu padaku selamanya. Ingat itu! Kalau kamu terus berkata seperti itu, terpaksa aku lakukan ini!" Tangannya mengayun, mendarat di kepalaku. Aku terduduk, memekik kesakitan, lantas menangis. “Atau silakan menikah lagi. Aku lebih suka dimadu," ujarku. Kali ini sangat lirih, sambil terisak. Rasa sakit tidak hanya di fisik, tetapi psikisku lebih hancur. “Selamanya hanya kau istriku! Hanya kau yang menjadi samsak dalam hidupku!" Dia kembali berteriak. “Ingat, Niha! Jangan sampai kamu lapor polisi. Kalau itu kamu lakukan, kamu tahu konsekuensinya.” Aku melirik ke arahnya. Dia tampak mengepalkan tangan dan dada terlihat naik turun. Kemudian dia berlalu, meninggalkan rasa pening di kepalaku karena hantaman tangan kekarnya barusan. Juga hati yang berdenyut sakit luar biasa. Air mataku berderai, kepala kutenggelamkan
Huling Na-update : 2023-06-12 Magbasa pa