All Chapters of Menjadi Istri Bayangan Untuk Pria Konglomerat: Chapter 21 - Chapter 30

110 Chapters

21. Gunjingan

"Mbak Tami marah ya ke aku? Aku ada salah?" tanya Lova.Akhir-akhir ini Khatami seperti menghindari Lova. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di lantai atas."Tidak." Khatami menangkup sebelah pipi Lova. "Aku kan tidak boleh membuat keributan. Jadi aku di kamar saja.""Apa harus sampai seperti itu, Mbak?"Khatami tertawa. "Kayaknya iya. Para pekerja di sini juga setuju kalau aku yang sering bikin masalah lebih dulu.""Terus sekarang Mbak mau ke mana? Mbak belum sembuh benar."Khatami menyerahkan tasnya kepada Weni untuk dia simpan di dalam mobil. "Aku mau ke florist. Aku mau mengambil alih lagi kepengurusannya. Daridapa diam saja.""Oh.""Aku pergi dulu ya."Lova mengangguk. Dia tetap merasa ada yang janggal. Senyum Khatami tidak lepas lagi. Seperti ada beban besar yang dia pikirkan. Apa pun itu, Lova berdoa semoga urusan Khatami selalu dimudahkan.Sorenya, Lova tiba-tiba ingin makan martabak manis. Di dalam benaknya, makanan berbahan tepung terigu itu terus berputar-putar. Lova ba
Read more

22. Membuka Hati

"Mas, aku baik-baik saja," ucap Lova sambil menarik kakinya. "Sebaiknya Mas Ardhan menyusul Mbak Tami."Ardhan menghela napas. "Untuk apa, Lova? Dia sendiri yang memilih bertahan dengan laki-laki yang tidak mencintainya."Lova berusaha berdiri. Ardhan hendak membantunya, tetapi Lova menolak. "Aku saja yang menyusul Mbak Tami.""Kaki kamu terluka.""Kaki Mbak Tami juga terluka. Lagi pula, sakit karena goresan beling ini tidak seberapa daripada sakit hatinya Mbak Tami."Ardhan berdecak. "Dia yang mencari penyakitnya sendiri."Lova mengikuti Khatami ke taman bunga melati mentomori. Perempuan itu duduk di salah satu bangku semen yang dibentuk seperti batang pohon. Khatami menangis."Mbak," panggil Lova. "Aku ... minta maaf.""Maaf untuk apa?" Khatami bertanya dengan suara serak."Karena ... sudah ceroboh menjatuhkan gelas. Mungkin hal ini tidak akan terjadi. Mbak tidak akan menangis."Khatami tertawa sumbang. "Sudahlah, Lova. Lebih baik kamu istirahat saja. Biarkan aku sendiri.""Apa Mbak
Read more

23. Hampir Terbongkar

"Aku dengar kamu hamil, Mi."Khatami memutar bola mata. Dari sekian banyak orang, kenapa Freya harus menjadi pelanggan toko bunganya? Khatami tidak masalah kehilangan satu pembeli. Apalagi jika itu Freya."Iya." Khatami menjawab malas. "Tapi, dari mana kamu tahu?""Tante Sekar."Khatami mencebik. Padahal waktu itu Sekar pernah menertawainya. Sekarang dia malah ikut bersandiwara."Selamat ya."Khatami memaksakan diri tersenyum. "Ya. Terima kasih.""Tante Sekar akhirnya punya cucu dari Ardhan. Soalnya ya, Mi. Tante Sekar itu sangat dekat dengan Xavier. Beliau bahkan menyuruh Xavier memanggilnya Oma.""Oh."Khatami lalu beralih pada pegawainya yang sedang membuat buket bunga daisy. "Bunga pesanan Freya sudah jadi belum? Jangan buat pelanggan saya kecewa karena keleletan kamu!"Padahal maksud Khatami adalah : Bunga pesanan Freya sudah jadi belum? Dia harus segera pergi. Aku muak melihatnya lama-lama."Se-sebentar, Bu." Pegawainya yang kena semprot buru-buru menyelasaikan tugasnya."Eh, ti
Read more

24. Perkara Tahu

"Saya akan mencarinya," ucap Ardhan.Lova segera menutup pintu kulkas. "Tidak usah, Mas. Sudah malam. Dan lagi, Mas Ardhan belum tidur. Aku takut Mas Ardhan pusing atau bagaimana.""Tapi kamu sangat menginginkannya kan?"Lova menggeleng. "Tidak juga. Tidak selamanya ngidam harus selalu dituruti, apalagi yang memberatkan. Tidak akan berpengaruh juga ke bayinya.""Kamu yakin?" tanya Ardhan memastikan.Ardhan memang sudah mengantuk. Jika Lova sangat menginginkan tahu sumedang itu, Ardhan harus mencarinya sendiri. Sangat tidak bijak kalau dia membangunkan Pak Agus sopirnya.Lova tersenyum meyakinkan. Namun, ini bukan soal bayi yang akan ngeces jika ngidamnya tidak dituruti. Saat Lova naik ke tempat tidur dan mulai memejamkan mata, Lova bisa melihat tahu-tahu itu. Rasa gurihnya bahkan menyentuh lidah Lova.Semakin kuat Lova menolak, keinginannya makan tahu justru semakin kuat. "Kenapa aku seperti ini?" Lova berguling ke kiri dan kanan ranjang. Dia frustrasi. "Jangan tahu sumedang! Aku haru
Read more

25. Kehilangan

"Non Lova jadi lebih banyak diam sejak pulang dari Sumedang," ucap Bu Mar sambil menyuguhkan sup ayam."Aku kan memang jarang bicara, Bu.""Bedalah, Non. Sekarang itu seperti ada yang Non pikirkan."Lova menuangkan sup ayam ke mangkuk. "Manusia kan setiap hari memang berpikir.""Ah, Non Lova ini. Bisa saja jawabnya."Lova tertawa pelan. "Mbak Ika mana? Waktunya makan siang.""Ada di atas sedang angkat jemuran.""Bu Mar juga makan." Lova menyerahkan mangkuk yang sudah terisi sup itu kepada Bu Mar.Memang benar setelah pulang dari Sumedang satu minggu yang lalu, Lova terus kepikiran ucapan Ardhan. Anaknya nanti mungkin akan menganggap Khatami sebagai ibu terbaiknya. Sedangkan Lova, baginya mungkin tidak pernah ada.Lova sudah tahu sejak awal akan seperti ini. Namun, kenapa sekarang rasanya sakit sekali?"Hasil pemeriksaan bagaimana, Non?"Lova kembali tersadar dari lamunan. "Alhamdulillah tidak ada masalah, Bu. Semoga lancar sampai aku lahiran nanti."Tidak lama, Mbak Ika bergabung di me
Read more

26. Keinginan Freya

"Rafael?"Lova langsung bangkit berdiri dan bersiap berlari."Tidak usah menatapku seolah aku ini hantu."Faktanya, bagi Lova, Rafael lebih menyeramkan dari hantu."Mas Ardhan ada di dalam, jadi jangan macam-macam!" Lova mengancam."Ooh ... jadi, kalau Mas Ardhan tidak ada, aku boleh macam-macam?" Rafael menyeringai.Menanggapi orang gila seperti Rafael hanya akan membuat Lova tertular gilanya. Lova bersiap pergi. "Hai, Lova. Aku harus membayarmu berapa biar kamu mau sama aku?"Lova mengepalkan tangan. "Aku sudah bilang kalau aku bukan perempuan panggilan!""Kamu menikahi Mas Ardhan yang sebelas tahun lebih tua dari kamu. Aku yang hanya terpaut satu tahun kamu tolak.""Keluarga kamu yang lainnya sedang berduka. Tapi, kamu justru meributkan hal itu?"Rafael bersedekap. "Terus kenapa? Selama ini Papa tidak pernah menyayangiku. Di mata Papa, anaknya cuma Mas Ardhan dan Mbak Indi. Aku cuma figuran.""Pak Heru menasihati kamu juga kemarin. Artinya beliau peduli."Rafael mengerling malas.
Read more

27. Hadiah

80% saham milik Heru di PT Nuraga Group diwariskan kepada anak-anaknya. Setelah melalui kesepakatan, Ardhan ditunjuk sebagai wakil pemegang saham. Indira sejak awal tidak tertarik melibatkan diri dengan perusahaan, begitu juga suaminya yang menjadi Chef Eksekutif di sebuah restoran bintang lima.Sedangkan Rafael, dia bersikeras ingin membuka usahanya sendiri meskipun Sekar sempat menentangnya."Kamu akan membuka bisnis apa, Rafael?" tanya Ardhan. "Perlu modal berapa?" Meskipun kesal bukan main kepada Rafael, tetapi dia tetaplah adiknya. Heru bahkan secara langsung menitipkan Rafael kepada Ardhan.Rafael kontan tertawa sinis. "Bisnis ilegal. Jual beli organ, misalnya. Dan tidak! Aku tidak butuh modal dari Mas!"Ardhan mengepalkan tangannya. "Sepertinya saya harus mendengarkan saran Tami untuk mengirim kamu ke Sentienel."Khatami bersorak menyetujuinya di dalam hati.Rafael tersenyum mencurigakan. "Kalau sama Lova, aku mau. Di manapun pasti terasa seperti liburan bulan madu."Ucapan Raf
Read more

28. Perubahan Lova

"Bayinya perempuan," ucap dokter Farhana sambil menunjuk gambar di layar.Lova seketika melirik Ardhan karena ingin tahu bagaimana reaksinya. Namun, Ardhan justru sedang berpandangan dengan Khatami. Keduanya melemparkan senyuman untuk satu sama lain.Lova segera membuang muka. Dadanya terasa perih. Lova tahu seharusnya dia tidak memiliki perasaan itu. Lova juga sedang berusaha menyingkirkan perasaan itu, tetapi melakukannya ternyata tidak semudah mengedipkan mata."Kita akan punya tuan putri," ucap Khatami setelah mereka di mobil. "Sekarang aku sudah bisa beli barang-barang yang sesuai.""Jangan terlalu berlebihan." Ardhan menimpali."Iya, Papaaaa." Khatami menirukan suara anak kecil.Ardhan tertawa pelan sambil menggeleng sebelum akhirnya dia fokus lagi memonitor pekerjaan dari jauh.Usia kandungan Lova sudah menginjak di bulan keenam. Perutnya tentu sudah menonjol, menandakan bahwa benar-benar ada kehidupan di dalamnya. Lova tidak sabar melihat wajahnya secara langsung.Namun, di si
Read more

29. Keputusan Ardhan

Ardhan hanya bisa menggeleng karena kelakuan Lova yang aneh. Setelah Ardhan setuju akan tinggal di rumah ini sampai tengah hari nanti, Lova tidak beranjak dari sisi Ardhan. Bahkan saat Ardhan ke kamar mandi, Lova mengikutinya."Saya hanya ingin buang air, Lova." Ardhan benar-benar gemas.Wajah Lova tiba-tiba murung. "Iya, maaf sudah berlebihan," ucapnya dengan nada merajuk.Perempuan itu langsung pergi dari hadapan Ardhan ke kamarnya. Lova merasa ditolak. Rasanya sangat sakit. Lova tidak bisa menahan air matanya turun."Maaf, saya tidak bermaksud seperti itu." Ardhan yang sudah selesai dengan urusannya segera menemui Lova. Dia memeluk perempuan hamil itu dari belakang."Aku hanya ingin melihat Mas Ardhan," ucap Lova di sela isak tangisnya."Melihat saya buang air?""Bukan!" Lova melepaskan dirinya dari dekapan Ardhan. Wajahnya ditekuk masam. "Mas Ardhan pulang ke Mbak Tami saja.""Jangan marah. Jangan marah." Ardhan meraih kedua tangan Lova, lalu mencium punggungnya bergantian. "Saya
Read more

30. Bersekutu Dengan Sekar

"Non Lova, ada Bu Tami," ucap Mbak Ika pada Lova yang sedang menikmati es krim di taman belakang.Lova mencabut sendok kayu dari mulutnya. Dia mengecek ponsel yang tergeletak di meja. Tidak ada pemberitahuan dari Khatami kalau dia akan ke sini."Aku akan menem--""Tidak usah!" Khatami sudah lebih dulu muncul, menggeser pintu kaca."Ada apa, Mbak?" tanya Lova ramah seperti biasa."Kamu sudah tahu rencana Mas Ardhan?" Berbeda dengan Lova, Khatami justru bertanya dingin.Lova sampai merinding. Perempuan yang sedang tidak memakai kerudung itu menggeleng. "Rencana apa? Soal perusahaan?"Dada Khatami naik turun menahan emosi. Tangannya mengepal. "Kamu tidak tahu atau pura-pura tidak tahu?"Lova mengernyit. "Aku tidak tahu, Mbak.""Mas Ardhan akan mendaftarkan pernikahan kalian ke KUA.""Apa?"Ardhan memang menyuruh Lova berhenti khawatir. Lova tidak menyangka jika tindakan seperti ini yang akan Ardhan pilih."Kamu bisa membujuk Mas Ardhan untuk membatalkannya kan?"Lova tidak menjawab. Lebi
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status