Share

22. Membuka Hati

"Mas, aku baik-baik saja," ucap Lova sambil menarik kakinya. "Sebaiknya Mas Ardhan menyusul Mbak Tami."

Ardhan menghela napas. "Untuk apa, Lova? Dia sendiri yang memilih bertahan dengan laki-laki yang tidak mencintainya."

Lova berusaha berdiri. Ardhan hendak membantunya, tetapi Lova menolak. "Aku saja yang menyusul Mbak Tami."

"Kaki kamu terluka."

"Kaki Mbak Tami juga terluka. Lagi pula, sakit karena goresan beling ini tidak seberapa daripada sakit hatinya Mbak Tami."

Ardhan berdecak. "Dia yang mencari penyakitnya sendiri."

Lova mengikuti Khatami ke taman bunga melati mentomori. Perempuan itu duduk di salah satu bangku semen yang dibentuk seperti batang pohon. Khatami menangis.

"Mbak," panggil Lova. "Aku ... minta maaf."

"Maaf untuk apa?" Khatami bertanya dengan suara serak.

"Karena ... sudah ceroboh menjatuhkan gelas. Mungkin hal ini tidak akan terjadi. Mbak tidak akan menangis."

Khatami tertawa sumbang. "Sudahlah, Lova. Lebih baik kamu istirahat saja. Biarkan aku sendiri."

"Apa Mbak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status