"Oma, ana, Oma?" Mata Rayyan berkedip cepat seraya menatap Mama yang tengah berhias. Putraku yang pintar sudah mengerti, jika neneknya berdandan maka akan pergi. Makanya dia terus berceloteh menanyakan ke mana Mama hari ini. Mama mengalihkan pandangan dari cermin, lalu melihat Rayyan yang berdiri di samping meja rias. Dan aku hanya duduk di ujung ranjang besar Mama seraya memperhatikan putraku."Oma mah ke rumah Kak Citra dulu, Rayyan enggak boleh ikut, ya? Kalau ikut, nanti pipinya dicium Kakak, dicubitin Kakak. Rayyan di rumah saja sama Bunda dan Papa, ya?" ujar Mama seraya memegang kedua pundak putraku. "Itut, Oma .... Iyan, itut ah ...," ucap Rayyan seraya memainkan mobil-mobilan kecil di pinggir meja rias. "Mau ikut? Emang gak takut, pipinya dicium Kak Citra?"Rayyan diam seraya menatap Mama. "Atut, Oma. Atit.""Kalau takut sakit, Rayyan diam di rumah aja sama Bunda, ya? Nanti kalau Oma pulang, bawain mainan yang banyak. Rayyan mau apa? Mobil-mobilan, atau kereta api?" "Mbim
Read more