"Mi, titip rumah, ya? Kalau kamu mau tinggal di sini, tinggallah. Aku tidak keberatan. Justru senang, karena ada yang ngurusi rumah peninggalan orang tuaku." Tanganku dan Mimi saling berpegangan, tubuh berhadapan dengan mata saling memandang. Setelah dari makam Ibu, kini aku pamit pada Mimi, yang datang membawa beras untuk kubawa ke kota. Sudah ditolak, tapi ia dan ibunya kekeh ingin memberikannya. Aku dan Mas Raffi pun menerima pemberian Mimi dan keluarganya yang sudah teramat baik. "Enggak, Ra. Aku gak mau tinggal di sini, aku takut keinget Ibu terus. Tapi aku janji, akan rutin bersihin biar tetap terawat," ujar Mimi. Aku berterima kasih untuk itu. Selain Mimi dan ibunya, Bibi dan Naima pun turut hadir dalam perpisahan ini. Adik dan keponakan Ibu itu, terlihat sedih karena tidak bisa memberikan apa-apa untukku. Sejak Bibi sakit stroke ringan, dia jadi tidak bisa bertani dan berkebun. Alhasil, sawahnya pun harus digadai ke orang untuk pengobatan. "Bi, aku ada sedikit rezeki b
더 보기