Kara mendorong dada sang pria, memberi sedikit jarak di antara mereka. "Sekarang, kau membuatku terdengar seperti pelakor yang sesungguhnya." "Baiklah, biar kuralat omonganku. Seumur hidup, aku baru melakukannya dua kali. Dua-duanya kulakukan bersamamu. Kau tidak merebutku dari siapa pun, Kara. Sejak awal aku memantapkan hati, itu padamu." Kara kini tak bisa berpaling lagi. Karena itu, ia terpaksa meninggikan alis, meremehkan. "Kau baru saja bilang kalau aku sudah merebut hatimu." "Ya, bukan dari wanita lain, tapi diriku sendiri. Aku telah kehilangan kendali atas hatiku dan kau harus bertanggung jawab atas hal itu." Kara mencoba tertawa, tetapi suaranya tidak terdengar. Ia pun menggeleng tipis. "Tak kusangka, bosku ini raja gombal." "Kau baru saja mengapresiasi kebaikanku, tapi kenapa kau menolak ketulusanku? Ucapan terima kasihmu itu palsu, heh?" Alis Kara sontak tertaut. "Tidak." "Kalau begitu, kau berani buktikan? Aku dan an
Read more