Semua Bab WANITA YANG KAU HINAKAN: Bab 101 - Bab 110

213 Bab

BAB 101. Tiba-tiba baik.

“Duh, Nyonya baru bangun, ya? Sini-sini lihat ini aku bawa apa buat kamu?” Aku kaget sekali saat membuka pintu kamar ternyata sudah ada Mbak Asih yang sedang menyiapkan sarapan.Pasti karena pintu rumah tidak dikunci makanya dia bisa masuk rumah senaknya. Tadi pagi Mas Danu izin ke Masjid untuk salat subuh, dia mau rutinkan subuhan di Masjid lagi karena kakinya sudah banyak perubahan.Padahal aku bangun juga masih terbilang cukup pagi, jam 05.35 WIB. Ajaib sekali Mbak Asih sudah di sini.“Ada acara apa ya, Mbak, kok pagi-pagi sudah ada antar makanan ke sini?” tanyaku penasaran.“Ya, enggak ada acara apa-apa loh, Ta. Ini namanya bentuk dari cinta keluarga. Aku tahu kamu capek setelah kemarin seharian ngurus ini dan itu makanya aku berbaik hati memberi sarapan enak ini untuk kamu dan Danu,” jawab Mbak Asih. Ngomongnya lancar kayak jalan tol.“Oh, begitu, tapi enggak biasanya, loh?”“Kali ini akan terbiasa, Ta. Biar kamu enggak repot dan enggak capek. Kamu cukup urus saja usaha kamu nant
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-06
Baca selengkapnya

BAB 102. Ibu sibuk ikut campur.

“Iya, Ibu nyuruh Mas cepat-cepat beli kendaraan katanya takut uangnya habis.”“Lah, kok? Habis gimana uang saja ada di rekening semua. Ah, pasti ibu curiga padaku,” kataku kesal.“Sssstt ... jangan cemberut begitu, biarkan saja Ibu mau ngomong apa yang penting Mas enggak terpengaruh. Kan, kita sudah sepakat untuk tidak buru-buru kita harus merencanakan semuanya dengan baik,” ucap Mas Danu.“Iya, sih, Mas, tapi aku lama-lama juga kesel sama Ibu.”“Sabar, ya? Oh, iya ini ada sarapan dari siapa kok enak sekali. Padahal semalam kamu bilang mau masak sayur bening bayam.”“Dari Mbak Asih, Mas.” Mas Danu yang sudah mengambil tempe goreng langsung ditaruh lagi.“Kita jangan makan-makanan yang dikasih Mbak Asih, Dik.”“Kenapa, Mas?”“Enggak apa-apa. Waspada lebih baik, tho?”“Ya, sudah aku masak bentar ya, Mas. Tolong jagain Kia.”Aku masak seadanya sayur bening bayam dan juga goreng tempe, sambal orek. Kalau masak begini Kia bisa sekalian makan jadi hemat energi juga.“Danu, gimana tawaran Ib
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-06
Baca selengkapnya

BAB 103. Keanehan pada Mbak Asih.

Setelah ini kami pergi ke tempat juragan ikan, dia itu yang punya ruko-ruko di pasar induk, kami berniat menyewa di sana.“Dik, Mas Mandi dulu, kamu siap-siap, ya?” titah Mas Danu.“Iya, Mas.““Eh, kalian mau ke mana? Kok Ibu enggak diajak?” tanya ibu kepo.“Mau ke pulau cinta, Bu. Kalau Ibu ikut, kami malu dong, dilihatin,” candaku.“Owalah, dasar bocah edan! Ditanya baik-baik malah jawabannya begitu!”“Benar kata Ita, Bu,” sahut Mas Danu. Ibu kesal kemudian beliau pulang sambil ngomel-ngomel.“Mas, kita berangkat sama siapa?”“Sama Joko dan temannya. Aman insya Allah. Kamu siap-siap, ya, salat duha dulu.”Aku dan Mas Danu pergi ke sumur belakang. Alhamdulillah suara Mbak Lili sudah tidak terdengar lagi. Aman. Pasti Mbak Desi sudah pergi.“Eh, Danu baru mau mandi? Sudah enggak usah nimba, biar aku colokin sanyonya,” ucap Mbak Lili.“Enggak usah Mbak, sudah biasa kami nimba,” jawab Mas Danu.“Jangan, ih. Nanti kamu enggak sembuh-sembuh. Sudah tuh, airny sudah ngalir sudah sana masuk s
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-06
Baca selengkapnya

BAB 104. Ada main?

“Nurut dong, Ta. Aku ini kan, saudara yang baik Ha-ha.” Dia tertawa sumbang.“Masa, dulu juga pas juragan ikan ke rumah, Mbak buru-buru pulang. Ada apa sih?” tanyaku penasaran.“Kepo aja kamu, Ta. Kami kasih tahu juga situ enggak bakalan ngerti otaknya enggak sampai kamu kan tol*l,” maki Mbak Asih.“Bu, tolonglah. Ini aku bukan lagi main-main.” Mohon Mas Danu. Mereka akhirnya pulang meski ngomel-ngomel.Sampai rumah juragan ikan, Joko dan temannya tidak mau ikut masuk. Mereka bilang itu privasinya kami, syukurlah teman Mas Danu punya adab yang bagus.Rukonya dikontrakkan 10 juta per tahun, air lancar, listrik 1300 KWH. Lingkungan juga aman insya Allah.Kami sepakat bayar kontrakan hari ini, kata juragan Teras Bank BRI dekat ruko yang akan kami sewa buka sampai jam 2 siang.Siang ini kami langsung ke lokasi untuk melihat. Sebenarnya kami juga sudah tahu lokasinya makanya kami cepat-cepat menemui juragan karena kalau tidak nanti diambil orang lain. Rukonya pas perempatan pasar jadi sang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-06
Baca selengkapnya

BAB 105. Kontrakan diel.

Aku sendiri bingung harus bagaimana menanggapinya.“Juragan, aku sungguh tidak tahu kalau juragan akan bicara seperti ini. Karena kami memang tidak tahu masalah itu. Niat kami kan, hanya mau menyewa ruko juragan. Apalah aku juragan tidak berhak menghakimi orang. Aku tidak berani main pukul.” Mas Danu mengusap bahu juragan ikan.Benar yang dikatakan Mas Danu. Kami memang niat mau menyewa tempat bukan yang lain, tapi ternyata Allah kasih petunjuk lain tentang perbuatan Mbak Asih.Biarlah itu urusan sesama lelaki aku tidak akan ikut campur jika tidak diminta. Lagi pula Mbak Asih memang memang Kakak dari Mas Danu meski tidak sedarah mereka tumbuh besar bersama pasti ada ikatan rasa kasih sayang yang kuat.Pasar sangat ramai. Kebetulan sekali aku lewat lapak jualanku dulu. Ibu-ibu yang jualan ngampar di sana pasti masih mengingatku buktinya mereka melihatku sinis padahal aku jalan dengan suamiku sendiri sedang juragan ikan di depan bersama anak buahnya.Kami sengaja jalan kaki mobil di par
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-06
Baca selengkapnya

BAB 106. Mereka marah.

“Danu, ya Allah, Nak. Kamu lama sekali berangkat pagi pulang sore begini,” kata ibu dibuat-buat.“Iya, kan, namanya juga lagi mau bisnis, Bu. Jadi ya, gini. Duh, senengnya ya, sekarang Mas Danu sama Mbak Ita bakalan jadi orang kaya,” sahut Bu Jum si ratu gosip.“Aamiin ... doakan saja, ya, Bu,” jawabku.“Asih! Sih, bawa sini dulu itu tadi yang kita masak, Nak!” teriak ibu.Aku yakin mereka mau memberi kami makanan lagi.“Nah, Danu. Lihat itu. Tadi Ibu minta tolong sama suami Bu Jum untuk membuat aliran air ke rumah kamu, biar kami sama Ita ke kamar mandinya tidak jauh. Tenang sudah tidak nimba. Pakai sanyo,” cicit ibu.Kami terbengong.“Semunya habis 500 ribu rupiah, Nak. Ongkos suami Bu Jum 100 ribu rupiah.” Nah, kan, benar filingku.Ck, ibu tidak akan kehabisan akal untuk mendapatkan uang dari Mas Danu.“Asih! Cepetan!” teriak ibu lagi.“Sabar, Bu. Ih, teriak-teriak terus!” jawab Mbak Asih kesal.“Mbak Lili ke mana, Bu?” tumben dia enggak ikut nimbrung bareng kakak dan ibunya.“Ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-06
Baca selengkapnya

BAB 107. Bertengkar.

“Heh, pelakor ngapain kamu manggil-manggil aku!” bentak Mbak Asih.“Berani sekali perempuan tidak tahu diri itu datang lagi ke sini!” ucap ibu kesal giginya sampai bergemeletuk.“Sebaiknya hati-hati Mbak, itu mbak Desi bawa gunting,” kataku mengingatkan.“Halah enggak takut aku! Mau bawa pedang atau bedil sekalian!” Tantang Mbak Asih."Iya, Sih, hati-hati dia itu wanita gil4!" umpat ibu.“Kurang ajar kamu, ya, Sih! Ikut campur masalahku!” teriak Mbak Desi lagi. Dia masih berdiri di tempat.“Masalah mana? Aku enggak merasa, tuh!” sahut Mbak Asih santai.“Hah! Kamu sudah merusak rencanaku! Kamu bantu Mas Eko untuk kembali lagi pada istrinya. Kamu kurang ajar!” Mbak Desi seperti kesetanan dia lari menyerang Mbak Asih.Aku dan ibu teriak histeris dan meminta tolong. Mbak Asih dan Mbak Desi terlibat perkelahian. Aku takut Mbak Desi melukai pakai gunting yang dia bawa.“Aaaa tolong!”“Tolong!”Aku dan ibu terus berteriak minta tolong barang kali ada orang lewat.Ada Mas Danu, tapi karena ko
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-07
Baca selengkapnya

BAB 108. Hamil lagi?

“Astaghfirullah!” Kami beristighfar.“Cukup jelas bukan Mas? Kalau kamu diguna-guna sama dia!” ucap Mbak Lili lagi. Mas Eko terlihat syok.“Ck, apa bedanya dengan kamu! Sok suci! Kamu pun mendatangi dukun itu!” sindir Mbak Desi.“Ha-ha aku mendatangi dukun itu membantu adikku melepas peletnya dari kamu!” sahut Mbak Asih.Aku tentu saja kaget ternyata mereka berdua main dukun. Apa iya, mereka berdua omongannya bisa dipercaya.“Kurang ajar!” Awas kamu, Asih!” Mbak Desi hendak menyerang Mbak Asih lagi, tapi Mas Eko gesit menyekal tangan Mbak Desi.“Kamu jahat Mas!” Kini Mbak Desi berbalik marah pada Mas Eko.“Aku sudah menalakmu, Des. Aku juga sudah berbaik hati mengantarkan kamu pulang baik-baik, tapi kenapa kamu masih saja ke sini, bikin keributan di sini. Malu dilihat tetangga,” ucap Mas Eko.“A—aku ... hamil Mas,” jawab Mbak Desi lirih, tapi cukup membuat kami semua terkejut.“Apa! Jangan ngadi-ngadi dah! Tunggu di sini aku mau ke aptoik beli test pack!” titah Mbak Asih.Dia lari k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-07
Baca selengkapnya

BAB 109. Ke kota.

“Buruan, ih, lelet banget!” bentak Mbak Asih karena Mbak Desi jalannya lama sekali.Kami semua deg-degan menunggu hasil. Mbak Asih mencelupkan test pack ke dalam air seni Mbak Desi.Dua menit hasil sudah kelihatan. Mbak Desi terlihat girang.“Tuh, kan Mas ... aku hamil.” Ucap Mbak Desi senang. Mbak Lili kesal dia lari pulang.“Kita tetap cerai, Des. Aku tidak mencintaimu apalagi setelah tahu kamu guna-guna aku. Tenang saja aku tetap menafkahi anak itu.” Mas Eko menyusul Mbak Lili sedang Mbak Desi dicuekin.“Rasain! Makanya jadi perempuan enggak usah kegatelan!” ejek Mbak Asih dan berlalu menyusul Mbak Lili.“Anak masih bayi sudah hamil lagi, repot sendiri, kan? Gatel sih!” sahut ibu.Mbak Desi menangis, aku dan Mas Danu bingung mau ngapain. Sebenarnya tidak tega, tapi aku juga tidak boleh gegabah membawa dia masuk ke rumah.“Mbak, ini ada ongkos untuk pulang, besok kalau sudah pada tenang boleh kembali lagi ke sini,” ucap Mas Danu dia memberikan dua lembar uang merah pada Mbak Desi.“
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-08
Baca selengkapnya

BAB 110. Lagi-lagi ibu.

Awalnya Wira cuek karena Mas Danu yang memanggil, tapi setelah dia melihatku langsung menghampiri.“Mbak, ya Allah, kok bisa sampai sini?” tanya Wira padaku. Dia sama sekali tidak menyapa Mas Danu.“Iya, Wir, ini Mbak sama Mas Danu—““Apa kalian bekerja juga di kota ini? Kasihan sekali kamu Mbak,” ucap Wira memotong omonganku. Dia melirik sinis pada Mas Danu.“Tidak Wir, kami ke sini belanja. Itu belanjaanya masih di masukkan ke mobil,” jawabku sambil menunjuk mobil juragan ikan.Wira mengerutkan keningnya pasti dia heran dan tidak menyangka. “Mbak disuruh siapa belanja sebanyak itu?” tanyanya lagi.“Tidak ada yang menyuruh, itu belanjaan kami. Alhamdulillah kami mau buka toko di pasar induk kecamatan tempat tinggal Mbak.” Wira kaget lalu melihat Mas Danu tidak percaya.Sebenarnya aku takut Mas Danu mau berbalik mengejek, tapi dia tidak melakukan itu. Mas Danu memang benar-benar orang baik.“Sayang, kok kamu berdiri di situ lama banget. Siapa dia?” tanya seorang gadis yang tadi ngobro
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
22
DMCA.com Protection Status