“Mas, kamu ada Ibu ke sini kok dicuekin malah sibuk nganyam?”“Mas, sebal sama Ibu, Dik,” jawab Mas Danu singkat.“Sebal kenapa, Mas?” tanyaku penasaran.“Tadi itu, ceritanya Mas telepon Wak Ratno, Mas mau jual kebun karet kita dua hektar. Mas pingin buka usaha grosir kelontongan yang besar sekalian di pasar sana. Kamu, kan pinter dagang, Dik. Semoga ini bisa untuk jalan kita,” jawab Mas Danu serius.“Lalu apa hubungannya dengan Ibu, Mas?”“Ibu itu dengar obrolan kami, karena tadi pas Mas telepon di halaman rumah situ, sambil berjemur sama Kia," jelas Mas Danu.“Pantas saja Ibu mau main sama, Kia,” sahutku.“Iya, tadi juga Ibu bilang minta bagian kalau tidak mau kasih Ibu mau pinjem uang hasil penjualan kebun kita itu,” kata Mas Danu lagi.“Ya Allah, Bu-ibu. Giliran ada maunya aja baik."“Dik.”“Hem .... apa?”“Maaf ya, tadi Mas telepon Wak Ratno tanpa minta persetujuan kamu, maaf juga tadi Mas baca WAG keluarga kamu,” ucap Mas Danu.“Kenapa Mas mesti minta maaf. Aku akan selalu dukun
Terakhir Diperbarui : 2022-11-03 Baca selengkapnya