Beranda / Pernikahan / WANITA YANG KAU HINAKAN / BAB 88. Mbak Lili makin menjadi.

Share

BAB 88. Mbak Lili makin menjadi.

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-02 09:00:39

Aku sampai rumah sudah lumayan siang, jam 9 pagi, Kia juga sudah menangis pasti dia sudah haus, meski dia dikasih tajin dan juga biskuit tetap saja masih haus kalau belum minum ASI.

Gegas aku bersih-bersih badan, kudengar pertengkaran dari rumah ibu, entah itu suara siapa tidak begitu jelas karena ada suara tangisan juga.

“Mas, sini Kianya dia pasti sudah sangat haus.” Mas Danu memberikan Kia padaku.

“Iya, Dik benar. Kamu kenapa lama biasanya jam 7 sudah pulang?” tanya Mas Danu, dari raut wajahnya tampak khawatir.

Kuceritakan semua pada Mas Danu. Dia cukup terkejut dan juga tertawa karena ulah mereka yang menghamburkan kue daganganku.

“Nanti kita bantu bicara pada Mas Eko, semoga saja ada jalan terbaik. Sekarang kita sarapan dulu ya, Dik, ini Mas tadi bikin nasi goreng lagi, sayang nasi sisa kemarin kalau enggak di masak.” Aku mengiyakan. Kami sarapan bersama. Mas Danu dengan telaten menyuapiku yang sedang menyusui Kia.

Nasi goreng bawang begini dengan lauk ikan asin goreng bagi kami
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 89. Siapa yang antar barang?

    “Tunggu Mbak!” Aku memanggil Mbak Lili yang sudah hampir sampai pintu dapur ibu. Mbak Lili berhenti dan aku gegas menghampirinya.“Ada apa lagi? Apa kurang duitnya ... nih, aku tambahin.” Mbak Lili melemparkan koin padaku.Kuambil koin itu dan juga uang 50 ribu rupiah yang tadi dari Mbak Lili. Kulempar tepat mengenai hidung mancung Mbak Lili.“Ambil uang itu, aku tidak butuh. Tanganku masih bisa mengais rezeki lebih dari itu.”“Aaa ... sakit, Ta!” teriaknya.“Ini belum seberapa dibandingkan perlakuan Mbak Lili padaku.” Kutinggalkan Mbak Lili yang memaki-makiku.Sore hari saat aku pulang dari warung Wak Haji, ada mobil pick-up terparkir di depan rumah ibu. Mobil itu membawa dipan, lemari, dan juga meja rias.Aku pikir Mbak Lili atau Mbak Asih yang membeli itu, tapi ternyata bukan.Ada Mbak Desi di sana, ah apa mungkin Mbak Desi mau tinggal di rumah ibu? Nekat sekali dia. Di rumah ibu sudah ada Mbak asih dan suaminya Padahal dia punya rumah sendiri.Mbak Asih juga aneh, punya rumah send

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 90. Ulah istri muda Mas Eko.

    “Mas, kamu ada Ibu ke sini kok dicuekin malah sibuk nganyam?”“Mas, sebal sama Ibu, Dik,” jawab Mas Danu singkat.“Sebal kenapa, Mas?” tanyaku penasaran.“Tadi itu, ceritanya Mas telepon Wak Ratno, Mas mau jual kebun karet kita dua hektar. Mas pingin buka usaha grosir kelontongan yang besar sekalian di pasar sana. Kamu, kan pinter dagang, Dik. Semoga ini bisa untuk jalan kita,” jawab Mas Danu serius.“Lalu apa hubungannya dengan Ibu, Mas?”“Ibu itu dengar obrolan kami, karena tadi pas Mas telepon di halaman rumah situ, sambil berjemur sama Kia," jelas Mas Danu.“Pantas saja Ibu mau main sama, Kia,” sahutku.“Iya, tadi juga Ibu bilang minta bagian kalau tidak mau kasih Ibu mau pinjem uang hasil penjualan kebun kita itu,” kata Mas Danu lagi.“Ya Allah, Bu-ibu. Giliran ada maunya aja baik."“Dik.”“Hem .... apa?”“Maaf ya, tadi Mas telepon Wak Ratno tanpa minta persetujuan kamu, maaf juga tadi Mas baca WAG keluarga kamu,” ucap Mas Danu.“Kenapa Mas mesti minta maaf. Aku akan selalu dukun

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 91. Jual kebun.

    Assalamualaikum ... selamat pagi semu terima kasih banyak yang sudah ngikutin cerita Ita sampai sejauh ini. Yuk, bantu follow akunku. Biar aku makin semangat.Bayinya nangis, Mas Eko sigap mengambil bayi Mbak Desi lalu menggendongnya.“Mas! Kamu ... iihh!” Mbak Lili merajuk membanting barang belanjaannya begitu saja lalu menghampiri ibu.“Ini ada apa ramai-ramai dan ada barang-barang sebanyak ini?” tanya Mas Eko dia pun sepertinya tidak tahu kalau istri mudanya mau tinggal di sini.“Aku mau tinggal di sini, Mas” jawab Mbak Desi dengan manja.“Apa! Heh, sudah gila kamu! Ini rumah ibuku mana bisa kamu tinggal di sini!” teriak Mbak Lili, dia menoyor kepala Mbak Desi.“Yang menentukan aku tinggal di sini atau bukan itu Mas Eko bukan kamu!” teriak Mbak Desi. Sigap Mbak Lili menabok mulut Mbak Desi.“Teriak sekali lagi, aku tusuk mulutmu pakai ini!” Mbak Lili mengacungkan gagang sapu pada Mbak Desi.“Kamu lagi, ngapain di sini! Kamu mau ngetawain aku, hah! Sudah Kebagusan kamu rupanya di si

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 92. Panik.

    “Heh, Ta, kok malah bengong begitu! Ini ambil!” titah ibu mertuaku.“Eh, i—iya ... Bu,” jawabku terbata.“Ya, sudah, Ibu pulang dulu, ya, Nak ... semoga kamu suka oleh-oleh dari Lili.” Tiba-tiba mulut ibu manis sekali.Jadi, Maghrib ini aku tidak hanya dikejutkan oleh sosok dua ibu mertuaku, tapi juga oleh sikap manisnya yang tiba-tiba datang.Kututup pintu dan gegas ke kamar, menghampiri Mas Danu. Ritme jantungku tidak teratur. Aku deg-degan dan juga sedikit takut.“Sudah Mas, zikirnya?” Mas Danu heran dengan pertanyaanku.“Alhamdulillah ... ada apa, Dik. Kamu seperti gelisah gitu?”Aku jawab pertanyaan Mas Danu dengan cerita yang barusan saja aku alami. Dia tidak percaya, tapi aku bilang dapat bingkisan juga dari ibu yang pertama datang.Kami gegas ke dapur, bingkisan tadi aku taruh di meja makan. Kugendong Kia yang sudah ngantuk aku takut Kia kenapa-napa kalau aku tinggal sendiri di kamar.“Mas, ya Allah itu bingkisannya masih!” teriakku.Mas Danu mengambil bingkisan itu, mengendus

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 93. Sedang apa Mba Asih dan suaminya?

    Mas Danu pun ikut tertawa lalu dia menceritakan yang aku alami Maghrib tadi Wak Ratno berkali-kali mengucapkan istighfar dan menasihati kami untuk selalu berhati-hati.“Besok Wak Ratno saja yang ke rumah kamu, Dan. Sekalian ngajak kamu ke kebun karetmu. Waktu itu Wak sudah ke sana, tapi hanya sebentar karena anak Wak yang di Jakarta tiba-tiba pulang dalam keadaan sakit.”“Baik, Wak, aku ikut Wak aja gimana baiknya.”“Jangan ngikut-ngikut saja, Dan. Ha-ha ....”“Kami percaya Wak orang baik,” jawab Mas Danu.“Aamiin ... semoga Wak bisa terus seperti ini pada siapa pun ya, Dan. Bisa Istiqomah dalam kebaikan.”“Aamiin ... Wak, kami do’akan. Ya, sudah Wak, istirahat jaga kesehatan. Sampai jumpa besok,” ucap Mas Danu.“Iya, Dan. Terima kasih. Assalamualaikum ....”“Wa’alaikumsalam, Wak.”Aku dan Mas Danu berpelukan saking senangnya. Semoga jalan kami di permudah.“Sayang, besok kalau Wak sudah bayar uangnya jangan lupa kita bayar zakat yang 2.5 persen kan, selama ini kita enggak pernah baya

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 94. Perseteruan dua kubu.

    “Katanya ngubur sampah kok, dicari ya, Mas?”“Bukan sampah beneran, Dik. Itu hanya alasan mereka saja.” Kami bicara bisik-bisik.“Apa yang sudah kita bakar semalam ya, Mas?”“Sepertinya iya, sudah ayo, kita lanjutkan buat kuenya nanti kesiangan. Biarkan saja mereka nanti kalau tidak ketemu juga pulang lagi.” Aku setuju dengan Mas Danu.Aku sampai bergidik ngeri membayangkan kalau itu benar yang dilakukan Mbak Asih. Maka pasti dagangnya enggak akan bertahan lama. Dia sudah merugikan banyak orang dan juga dirinya sendiri.“Mas, nanti Kia biar aku saja yang mandiin, kan aku cuma sebentar naganter saja ke warung Wak Haji.”“Iya, Dik, kamu hati-hati ya, pisaunya di bawa ya, Dik untuk jaga-jaga.” Aku pamit lalu menggowes sepeda lumayan kebut agar cepat sampai ke warung.Di sana sudah ramai ibu-ibu belanja ada juga yang sudah menungguku.“Ita, ini uangmu yang kemarin, sudah Wak potong utangmu. Sudah lunas,” ucap Wak Haji perempuan.“Alhamdulillah ... terima kasih banyak ya, Wak. Oh, iya, ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 95. Mbak Nur datang lagi.

    “Enggak! Aku enggak mau Mas, aku cinta sama kamu, aku sayang sama kamu, tolong jangan ceraikan aku.” Mbak Desi menangis pilu dia sampai memohon di kaki Mas Eko, tapi Mas Eko bergeming.“Perkaranya sudah selesai aku pulang dulu, Bu,” pamit Mas Danu.Ibu hanya diam saja sepertinya beliau cukup syok akan kejadian pagi ini.“Mas, kok, bisa sih, Mbak Desi itu ...." tanyaku penasaran.“Mana Mas tahu Dik, namanya juga hidup susah ditebak,” jawab Mas Danu.“Tapi, bisa ya, kebetulan gitu,” kataku masih penasaran. Ipar ketemu ipar mantan pacar istri mudanya ipar. Ah, rumit otakku tidak sampai.“Sudah, enggak usah dipikirkan, mendingan kita pikirkan masa depan kita aja.” Mas Danu mengambil ayam dari tanganku untuk disembelih.“Danu, mau makan enak kamu rupanya,” teriak Mbak Asih dia pun sedang membersihkan ayam-ayam dan juga lele untuk jualannya.“Sudah kaya kau rupanya, Dan. Makan ayam hari ini,” sahut Mas Roni.Merek berdua ajaib sekali. Barusan saja tangis-tangisan ini sudah bisa mengejek ora

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 96. Mereka kaget tak percaya.

    “Ini, Ta, kami bawa oleh-oleh, kamu itu enggak aktif terus HP-nya jadi kami susah hubungi padahal kita ngobrol seru di grup,” ujar Mbak Ning.“Aktif terus kok, Mbak.”“Iya, memang aktif, maksudnya enggak online loh, Ta,” sahut Mbak Susi.“Jadi, maksud kedatangan kami ke sini ngantar Mbak-mbakmu untuk minta maaf, Nak. Mereka berjanji tidak akan begitu lagi,” ucap bapak memulai pembicaraan.“Kalau aku pribadi sudah memaafkan, Pak, Bu. Tapi, salah mereka kan, ke Mas Danu bukan sama aku,” jawabku tegas. Aku ingin mereka meminta maaf pada suamiku langsung.“Nah, itu dia, Danu sama Kia,” ujar bapak.“Aku kira tadi yang datang Wak Ratno, ternyata Ibu sama Bapak.” Mas Danu menyalami ibu dan bapak, tapi tidak pada kakak-kakakku.“Danu, aku ke sini mau minta maaf,” ucap Mbak Ning.“Aku juga, Dan,” sahut Mbak Nur dan Mbak Susi.“Kamu harus tahu kami begitu karena kami memang tidak suka padamu dan juga tidak mau Adik kami menanggung malu karena kamu cacat,” ucap Mbak Ning lagi berasalan.“Iya, Mb

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04

Bab terbaru

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 203. Ending.

    ~k~u 🌸🌸🌸“Mas, siapa perempuan ini?” Akhirnya kutanyakan langsung foto yang tadi siang dikirim oleh paman.Mas Danu mengerutkan keningnya matanya menatapku penuh selidik.“Ini nomor Paman Mas, lihat tuh, WA-nya dari atas,” jelasku. Mas Danu memang tidak paham jika pakai smartphone.“Ini dikirim tadi pagi kenapa enggak bilang langsung, Dik?”“Gimana mau bilang kan, Mas sibuk di toko.”“Siapa wanita berbaju orange itu, Mas?” cecarku.“Itu ... em, tapi kamu jangan marah, ya?” Mendengar jawaban Mas Danu justru aku semakin takut. Takut kalau apa yang aku pikirkan benar.“Jawablah, Mas jangan berkelit gitu.”“Namanya Maya, dia teman sekolah Mas waktu SD. Waktu itu tanpa sengaja bertemu di toko. Setelah pertemuan pertama dia sering datang dan banyak bercerita tentang rumah tangganya ....” Mas Danu menjeda ceritanya.Aku sudah berkeringat panas padahal suhu udara malam ini dingin karena tadi sore hujan sangat deras dan sekarang pun masih gerimis kecil.“Karena Mas kasihan makanya Mas seri

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 202. Mengusir benalu.

    “Enggak bersih berarti tidak ada acara masuk rumah.” Mamah Atik ikut menimpali.“Apa ini sudah cukup, Bu?” tanya Evi memperlihatkan irik yang berisi pucuk daun singkong.“Belum! Petik yang banyak, di rumah banyak orang jadi banyak juga yang makan kalau cuma segini habis sama kamu aja!” Mamah Atik pun tidak kalah sengit memarahi Evi.“Aku adukan kalian sama Mas Danu biar kapok!” Ancam Evi.“Adukan saja sana! Danu tidak akan pernah ambil pusing,” jawab Mamah Atik.“Paman, jangan main HP terus nanti HP-nya masuk parit kami lagi yang disalahin dan suruh ganti,” kataku agak kuat karena jarak kami lumayan jauh.“Eh, iya, Ya. Ini aku hanya kirim pesan pada Danu saja,” jawab paman.Benar saja setelah kucek ponsel Mas Danu yang ada di saku celanaku ternyata ada pesan masuk lagi dari paman.[Keputusanmu akan menentukan nasib rumah tanggamu, Dan. Cepat katakan iya atau tidak!]Lagi hanya kubaca saja. Aku tidak berminat sama sekali untuk membalas.“Sudah ada gledek, tuh! Buruan nanti keburu turun

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 201. Mungkinkah?

    🌸🌸🌸Hidup sejatinya adalah perjalanan. Sekarang tergantung kita mau pilih jalan yang mana. Di depan sana ada banyak sekali rintangannya. Berkelok-kelok, lurus mulus, licin berlumpur atau naik turun.Aku menghela nafas berat saat membaca pesan dari paman Mas Danu. Pesan itu langsung kuteruskan ke ponselku.Paman Mas Danu sebenarnya belum selesai berbicara dengan Mas Danu hanya saja tadi tiba-tiba Joko menelepon ada pelanggan tetap mau belanja bulanan dan jumlahnya sangat banyak. Makanya Mas Danu buru-buru pergi ke toko.Paman dan juga Evi kami persilakan untuk menunggu di rumah. Bagaimana pun juga mereka adalah tamu.‘... Barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya .... HR. Bukhari dan Muslim.Aku memang bukan seorang yang mulus tanpa dosa, tapi aku akan selalu berusaha berbuat baik pada siapa pun meski dianggap bodoh.Bapakku selalu berpesan untuk selalu berbuat baik meski kita dimanfaatkan, meski kita tidak dianggap. Karena kebaikan itu aka

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 210. Wanita baju Orange.

    ~k~u🌸🌸🌸“Loh, siapa kamu!” tegur Mamah Atik saat melihat pria seumuran bapak main nyelonong duduk di teras rumah tanpa permisi.Kami sedang berjemur sekalian menyuapi Kia. Beberapa hari ini hujan terus udara di sini pun sangat dingin.Orang itu bukannya menyahut malah menyalakan rokok.“Paman, ini sarapannya. Nasi uduk aja, ya? Duitku nipis,” ucap Evi. Kami kaget ternyata itu pamannya Mas Danu.“Kamu itu kenapa juga beli beginian. Rumah Mamasmu ini besar gendongan tentunya di dalam banyak makanan. Makan nasi uduk begini Paman mules perutnya.”“Kalian ngapain lihat-lihat! Sekarang mana Mas Danu. Aku mau ketemu Mas Danu,” bentak Evi pada kami.Baru saja aku hendak menyangkal ucapan Evi, Mas Danu sudah ke luar rumah.“Masss ....” Evi lari menghampiri Mas Danu.“Danu. Akhirnya kita bisa bertemu lagi. Paman dari kemarin sudah ada di sini, tapi anak buahmu bilang kamu ada urusan keluarga dan enggak pulang.” Orang yang mengaku Paman Mas Danu pun tergopoh-gopoh menghampiri Mas Danu.Mas Da

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 209. Mbak Susi lagi.

    Assalamualaikum everyone ....Alhamdulillah bisa up bab baru. Yuk, bantu follow akunku 😍🌸🌸🌸“Sini, Ta, biar Mamah yang telepon, Joko!” Kuberikan ponselku pada Mamah.Tidak menunggu lama telepon tersambung.“Halo, Mas Joko! Ini Mamah Atik. Tolong itu barang-barang yang mau diangkut sama Susi ambil lagi!”“Loh, a—nu, Bu. Itu katanya sudah dapat izin dari Ita,” jawab Mas Joko terbata pasti Mas Joko kaget Mamah Atik to the poin begitu.“Enggak! Baik Ita ataupun Danu enggak ada yang izinin. Di mana Susi? Apa sudah pulang?”“Be—lum, Bu. Ma—sih nimbang telur.”“Dasar orang tidak tahu malu. Pokoknya aku enggak mau tahu, ya, ambil lagi apa yang mau diangkut Susi kalau enggak gaji kamu bulan ini tidak aku berikan!” Ancam Mamah Atik.“Aduh! Ba—ik, Bu.”Tuuuutt ....Mamah mematikan telepon.“Ini, Ta. 10 menit lagi kita telepon Joko. Kamu itu menyek-menyek jadi orang makanya saudara-saudara kamu itu selalu saja meremehkanmu.”“Aku hanya tidak ingin hubungan yang sudah tidak baik makin tidak b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 208. Istri muda?

    Hatiku panas mendengar perempuan lain mengagumi suamiku.“Mana anakmu kenapa tidak kamu ajak?” tanya Mas Danu.“Mas aku capek loh, nungguin kamu panas dan haus juga kamu malah tega tanya ini dan itu di sini,” rengeknya.Kami masuk dan Evi membuntuti kami.“Mas, rumahmu bagus banget ya, pantas paman selalu membanggakan kamu.” Mas Danu diam saja. Dia fokus minum dan menikmati donat yang kusuguhkan.“Danu, kamu makan dulu. Pasti kamu lapar,” titah Mamah Atik.“Iya, Mah. Dik, temani Mas makan, ya?”“Aku juga mau makan Mas. Yuk, aku temani.” Evi gegas berdiri dan menarik tangan Mas Danu.“Bukan Dik, kamu. Itu panggilan untuk istriku. Aku memanggilmu dengan namamu saja.” Mas Danu menampik tangan Evi. Dia seperti menahan malu.“Mas meja makanmu bagus banget. Seumur-umur aku baru lihat,” ucap Evi. Dia langsung duduk dan mengambil makan tanpa kami suruh terlebih dahulu.“Evi, sebentar lagi kami mau pergi sebaiknya kamu pulang dulu. Rumah ini akan kami kosongkan.”“Apa? Ya ampun, Mas! Aku jauh-

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 207. Tidak sopan.

    “Terserah Mbak aja mau bilang apa,” sungutku.“Eh, Ta. Aku cuma mau kasih tahu, ini Ibu lagi sakit, tadi pas ambil wudu untuk salat Zuhur terpeleset dan jatuh. Kami sudah bawa ke klinik. Ibu sekarang di rawat. Kamu ke sini, ya? Eh, jangan lupa bawa uang kami tidak ada duit untuk bayar biaya rawat Ibu.” Sebenarnya aku sangat syok dan juga sedih mendengar kabar ini, tapi karena yang memberi tahu adalah Mbak Susi aku jadi kesal padanya.“I—ya, Mbak. Insya Allah aku ke sana.”“Jangan pakai insya Allah, Ta! Kamu harus segera ke sini!”“Iya, Mbak. Insya Allah.”“Kamu itu insya Allah terus. Aku ti ....” Tuuutt! Kumatikan telepon. Percuma saja ngasih tahu Mbak Susi.Ponsel kembali berdering. Tapi, tidak kujawab. Biarkan saja. Mbak Susi itu bisanya ngajak ribut saja.“Siapa, Ta. Kok kayaknya kamu kesal gitu?”“Mbak Susi, Mah. Ngasih tahu kalau ibu masuk rumah sakit. Jatuh di kamar mandi,” jawabku sedih.“Innalillahi wa’innailaihiroji’un. Terus gimana kondisi ibumu, Ta?”“Aku enggak tanya sama

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 206. Adik tiri.

    *Cinta adalah perbuatan. kata-kata dan tulisan indah hanyalah omong kosong! (Tere Liye)*Assalamualaikum semuaaaaaaa senang sekali Danu kembali hadir. Semoga kalian sehat dan bahagia selalu. Bantu follow, yuk!🌸🌸🌸 “Maaf siapa, ya?”Bukannya menjawab pertanyaanku justru perempuan ini nyelonong masuk begitu saja lalu duduk manis di sofa.“Eh, siapa kamu! Datang-datang enggak sopan!” bentak Mamah Atik.“Perkenalkan aku Evi, adik Mas Danu,” ucapnya bangga.Aku dan Mamah Atik saling berpandangan. Mamah Atik seolah menanyakan apa benar. Aku hanya menggeleng tidak tahu.“Salah alamat kali. Kan, banyak ‘tu yang namanya Danu,” ujar Mamah Atik lagi.“Enggak, dong! Nih, lihat!” Wanita yang bernama Evi ini memperlihatkan foto Mas Danu. Dari mana dia dapat foto terbaru Mas Danu. Itu foto diambil dua hari yang lalu saat kami jalan-jalan ke air terjun. Itu foto bersamaku bisa-bisanya fotonya dicrop begitu saja.“Iya, benar ini Danu anakku, dan ini Ita istri Danu,” ucap Mamah Atik. Wanita yang b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 205. Evi datang.

    “Mainan sama Kia. Anakmu ini cantik dan pintar sekali ya, Dan. Aku jadi pingin punya anak,” jawab Mbak Asih seolah-olah dia tidak sedang sakit.“Alhamdulillah iya, Mbak.“ Mas Danu memangku Kia. Aku ikut duduk di lantai bersama mereka.“Mbak Asih kemarin ke mana sih, katanya kerja kok, enggak pulang?” tanyaku hati-hati. Mbak Asih hanya menggeleng saja.“Mbak Asih, Ita itu mau ngajak shopping beli baju baru. Eh, malahan Mbak Asih enggak pulang-pulang,” kata Mas Danu lagi.“Harusnya kamu telepon dulu, Ta. Jangan main asal tunggu. Kalau kamu kasih tahu mau ngajakin aku shopping pasti aku enggak mau janjian sama Mas Roni,” jawab Mbak Asih sambil menoyor kepalaku.“Oh, jadi Mbak Asih pergi shopping sama Mas Roni?” tanyaku.“Bukan shopping sih, tapi bulan madu. Kami tidur di hotel.” Mendengar pengakuan Mbak Asih Mas Danu sangat marah. Aku pun kaget. Kalau sudah ngomongin hotel sudah pasti ada bumbu-bumbu di dalamnya.“Mbak, harusnya jangan mau diajak Mas Roni kalau enggak shopping. Enak shop

DMCA.com Protection Status