Share

BAB 83. Mba Asih pakai pelaris.

“Pesan kok cuma sebungkus, Dan. Sudah enggak pernah beli,” jawab Mbak Asih.

“He, maaf Mbak, kami baru datang malam ini, karena Mbak pasti tahulah alasannya,” kata Mas Danu. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Ya, aku tahu. Pasti kamu enggak punya duit, kan? Hidup kok susah melulu Dan, kapan kamu bisa nyenengin kami semua,” omel Mbak Asih.

“Ya, sudah sana duduk tunggu dulu, ini aku masih buatkan untuk 3 orang lagi, kasihan mereka sudah nunggu dari tadi.” Aku dan Mas Danu mencari tempat duduk yang kosong.

“Alhamdulillah warung Mbak Asih rame banget ya, Mas. Aku senang kalau lihat orang buka usaha terus ramai pembelinya,” kataku sambil memperhatikan sekeliling. Mereka para pembeli sepertinya sangat menikmati sekali pecel lele buatan Mbak Asih.

"Alhamdulillah, Dik. Mas juga ikut senang. Semoga warung Mbak Asih setiap harinya selalu ramai," sahut Mas Danu.

"Aamiin ...." jawabku tulus.

Kia minta turun karena dia lihat ada kucing di bawah meja. Aku menurunkan Kia dari gendongan. Kucin
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status