Tunggu Pembalasanku, Mas!

Tunggu Pembalasanku, Mas!

last updateLast Updated : 2024-04-01
By:  Ade EsrianiOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 ratings. 4 reviews
64Chapters
29.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Miranda Kusuma begitu terkejut mendengar pengakuan Hanif, suaminya yang mengatakan bahwa mobil kesayangannya yang saat itu sedang dipinjam oleh suaminya telah hilang dicuri orang, saat suaminya sedang membeli martabak di pinggir jalan.Anehnya saat Mira mengajak Hanif untuk membuat laporan ke kantor polisi, Hanif justru mencari-cari alasan. Kira-kira mobil tersebut beneran hilang atau ... Simak kisahnya yuk, biar enggak penasaran.

View More

Chapter 1

1. Sandiwara

Bagian 1

"Mira, maaf, mobilmu hilang dicuri orang saat mas sedang memesan martabak, tadi," ucap Mas Hanif suamiku sambil menjatuhkan bobotnya di kursi. Wajahnya terlihat panik dengan keringat di mana-mana.

"Apa?" tanyaku, aku kaget sekaligus shock mendengarnya.

Bagaimana mungkin mobilku bisa hilang?

Tadi pagi Mas Hanif memang meminjam mobilku dengan alasan ia bosan memakai mobilnya.

"Bagaimana ceritanya, Mas? Kamu pasti bercanda, kan? Kamu enggak serius kan, Mas?" Aku mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Pasti Mas Hanif hanya ingin mengerjaiku saja.

"Mas serius, Mira. Tadi mas lupa mengambil kuncinya. Saat mas lengah, mobil tersebut sudah dibawa oleh maling. Mas udah berusaha ngejar, tapi kehilangan jejaknya." Mas Hanif masih ngos-ngosan saat menjawab pertanyaanku.

"Ya sudah, ikut aku, kita ke kantor polisi sekarang juga!" Aku langsung menarik tangannya.

"Ja--jangan, ga--gak usah. Biar besok Mas cari lagi, Mas capek," ucapnya terbata.

Keningku mengernyit melihat tingkah Mas Hanif. Disaat suasana seperti ini, Mas Hanif malah cuek. Padahal yang hilang itu mobil seharga ratusan juta. Ada apa sebenarnya?

"Mobilku dicuri orang loh, Mas! Jika ditunda-tunda, malingnya pasti akan semakin jauh melarikan diri. Bisa-bisa mobilku dibawanya keluar kota sehingga akan sulit untuk melacaknya. Ayo, Mas, sekarang aja!" Aku bersikeras.

"Beneran loh, mas capek bangat, tubuh mas lemas banget. Tenaga mas juga sudah habis terkuras saat mengejar maling itu." Mas Hanif tetap keras kepala.

Tapi tunggu dulu, kenapa tas kerja Mas Hanif ada bersamanya, ya? Biasanya tas kerjanya ia taruh di dalam mobil. Masa cuma mau beli martabak doang sampai bawa-bawa tas segala? Kan enggak lucu!

"Saat turun dari mobil, tasnya Mas bawa ya?" tanyaku lagi.

"Iya, syukurlah Mas bawa tas ini ikut serta dengan Mas. Jika tidak, mungkin sudah ludes semuanya. Laptop dan data-data penting lainnya akan raib bersama mobil itu."

"Mas beli martabaknya dimana? Biar aku cek kesana, aku ingin melihat rekaman CCTV. Dengan demikian, maka kita pasti akan lebih mudah untuk menangkap pelakunya."

"Mas belinya di warung pinggir jalan. Di sana gak ada Cctv. Namanya juga warung kecil, mana ada Cctv-nya," ucapnya lagi.

Warung pinggir jalan? Enggak biasanya Mas Hanif mau beli makanan di tempat seperti itu. Mas Hanif kan orangnya gengsian! Kok' alasannya enggak masuk akal ya!

"Ya sudah, katakan saja dimana tempatnya, siapa tahu ada saksi mata di tempat kejadian perkara, biar aku aja yang kesana." Aku terus mendesaknya. Ya, aku tidak ingin kehilangan mobil kesayanganku itu. Mobil itu dibeli menggunakan uang dari hasil gajiku yang dengan susah payah aku kumpulkan.

"Mas gak tau apa nama warungnya, lupa. Mas mau mandi dulu, ya. Tenang saja, Mas akan mengurusnya besok."

Mas Hanif pun beranjak dari tempat duduknya, lalu menaiki anak tangga

menuju lantai atas. Kamar kami memang berada di lantai atas.

Kok' kelihatannya Mas Hanif santai-santai gitu, ya! Bahkan aku lebih panik dari dirinya.

"Bu, ini air minum buat Bapak. Bapak kemana, Bu?" tanya Bi Inah, asisten rumah tanggaku, ia datang membawa nampan berisi air mineral.

"Bapak mau mandi, Bi. Taruh aja di atas meja."

Aku memutuskan untuk menyusulnya ke kamar, siapa tahu ia butuh sesuatu.

Saat tiba di kamar, aku mendengar bunyi gemericik air dari dalam kamar mandi yang menandakan bahwa Mas Hanif sedang mandi.

Pikiranku tidak tenang, masih memikirkan soal mobil kesayanganku itu. Akan kudesak Mas Hanif agar mau ikut aku ke kantor polisi untuk membuat laporan. Aku tidak mau kehilangan mobil itu.

Sebenarnya aku merasa ada yang janggal dari tingkah Mas Hanif. Anehnya lagi, ia tidak mau saat diajak ke kantor polisi. Apa ada sesuatu yang disembunyikannya dariku?

Ting!

Bunyi ponsel Mas Hanif membuyarkan lamunanku.

Aku segera meraih ponsel yang terletak di atas nakas tepat di samping ranjang. Sebuah pesan masuk dari kontak bernama Sofia.

"Makasih ya, Mas! Sayang kamu banyak-banyak, muach." Diikuti emoticon hati sepuluh biji.

Aku masih sempat membaca pesan tersebut sebelum layarnya kembali meredup.

Apa-apaan ini? Siapa Sofia? Ada hubungan apa dia dengan suamiku?

Aku kembali mengusap layar ponselnya, namun sayangnya ponselnya menggunakan kata sandi layar sehingga aku kesulitan untuk membukanya.

Sejak kapan ponsel Mas Hanif menggunakan kata sandi? Biasanya ponselnya ia letakkan di sembarang tempat, aku bebas memeriksanya. Selama ini kami selalu terbuka satu sama lain.

Aku semakin curiga, apalagi setelah membaca pesan tadi.

Apa kamu sudah bermain api di belakangku, Mas?

Pintu kamar mandi terbuka, aku menatap tajam ke arah lelaki yang telah menjadi imanku selama empat tahun ini.

"Siapa Sofia, Mas?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Sofia?" tanyanya balik, ia terlihat salah tingkah.

"Ngapain dia mengirim pesan sambil menyertakan emoticon hati segala? Sejak kapan juga ponsel kamu menggunakan kata sandi?"

"Oh, Sofia, dia itu teman sekantornya, Mas. Dia cuma mau ngucapin terima kasih, soalnya tadi Mas bantuin dia di kantor."

"Bantuin apa?" tanyaku penuh selidik.

"Mira, kok' dari tadi kamu bertanya terus! Sejak kapan kamu curigaan gini saja Mas? Ingat ya, Mas paling gak suka dicurigai." Mas Hanif malah ngegas.

"Siapa yang curiga? Aku 'kan cuma nanya! Oke, lupakan soal Sofia atau siapakah namanya, engak penting. Sekarang kita bahas soal mobil. Besok pagi kita ke kantor polisi. Gimana?"

"Baiklah. Mas lelah, pingin istirahat. Mas tidur duluan, ya!" Mas Hanif langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Tak lama kemudian, dengkuran halus pun terdengar darinya.

Mas … Mas … di saat seperti ini kamu masih bisa tidur dengan nyenyak seperti tidak terjadi sesuatu. Sedangkan aku tidak bisa tidur sama sekali, aku masih memikirkan mobil kesayanganku itu.

Ting!

Ponsel Mas Hanif kembali berbunyi.

Ada pesan masuk lagi dari kontak yang sama.

"Sayang, kamu udah tidur belum?"

Darahku serasa mendidih saat membaca pesan tersebut. Kontak yang bernama Sofia itu memanggil suamiku dengan sebutan sayang? Berarti benar dugaanku, Mas Hanif ada main di belakangku.

Kontak yang bernama Sofia itu kembali mengirim sebuah foto, tapi aku tidak bisa membukanya.

Mumpung Mas Hanif sedang tertidur pulas, aku pun mencoba untuk membuka ponselnya. Aku langsung memasukkan tanggal pernikahan kami, tapi hasilnya Zonk. Aku mencoba lagi, menekan tanggal lahirnya, tapi tetap Zonk. Karena kesal, aku memasukkan sembarang angka, dan akhirnya ponselnya bisa dibuka.

Yes, berhasil!

Langsung saja kutelusuri aplikasi berwarna hijau bergambar telepon di ponselnya.

Mataku membulat seketika saat melihat foto seorang wanita yang mengenakan baju kurang bahan sedang berselfie ria. Wanita itu duduk di bangku kemudi sambil memamerkan senyum manisnya.

Di bawah foto itu ditulis caption, 'Makasih ya, Mas, buat hadiahnya. Aku suka, jadi makin cinta sama kamu.'

Mobil itu sepertinya tidak asing bagiku. Aku zoom foto tersebut untuk memperjelas, dan ternyata aku tidak salah lihat. Mobil itu adalah mobilku yang kata Mas Hanif hilang dicuri orang.

Astaghfirullah … aku menggeleng pelan, rasanya tidak percaya dengan semua ini.

Pantas saja Mas Hanif tidak mau diajak ke kantor polisi untuk melaporkan kasus pencurian mobil itu. Rupanya ini jawabannya. Ternyata mobil yang dibeli dari hasil keringatku ia berikan kepada wanita lain. Rupanya Mas Hanif ingin bermain-main denganku!

Baiklah, aku ikuti permainanmu. Tunggu saja pembalasanku!

Bersambung ….

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Leha Buang
novel yang bagus jalan ceritanya
2024-11-21 13:47:09
0
user avatar
iki eny
bagus ceritanyq,thanks mba penulis
2024-08-09 18:23:41
0
user avatar
Mifzal Kasyaf
ceritanya kerennn
2024-02-09 00:58:39
0
user avatar
Isabella
ceritanya selalu keren keren
2024-01-18 06:53:28
1
64 Chapters
1. Sandiwara
Bagian 1"Mira, maaf, mobilmu hilang dicuri orang saat mas sedang memesan martabak, tadi," ucap Mas Hanif suamiku sambil menjatuhkan bobotnya di kursi. Wajahnya terlihat panik dengan keringat di mana-mana."Apa?" tanyaku, aku kaget sekaligus shock mendengarnya.Bagaimana mungkin mobilku bisa hilang?Tadi pagi Mas Hanif memang meminjam mobilku dengan alasan ia bosan memakai mobilnya."Bagaimana ceritanya, Mas? Kamu pasti bercanda, kan? Kamu enggak serius kan, Mas?" Aku mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Pasti Mas Hanif hanya ingin mengerjaiku saja."Mas serius, Mira. Tadi mas lupa mengambil kuncinya. Saat mas lengah, mobil tersebut sudah dibawa oleh maling. Mas udah berusaha ngejar, tapi kehilangan jejaknya." Mas Hanif masih ngos-ngosan saat menjawab pertanyaanku."Ya sudah, ikut aku, kita ke kantor polisi sekarang juga!" Aku langsung menarik tangannya."Ja--jangan, ga--gak usah. Biar besok Mas cari lagi, Mas capek," ucapnya terbata.Keningku mengernyit melihat tingkah Mas Hanif.
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more
2. Ketahuan
Bagian 2 Oke, mari kita lihat siapa yang lebih jago di antar kita, Mas.Segera ku salin pesan tersebut, lalu mengirimkannya ke ponselku. Siapa tahu aku membutuhkannya nanti.Sebenarnya, bisa saja aku mengambil mobil itu dari wanita yang bernama Sofia itu. Dengan uang yang kumiliki, mudah bagiku untuk melacak di mana wanita itu berada. Tapi aku tidak mau gegabah. Harus kuselidiki terlebih dahulu apa motif Mas Hanif sampai-sampai ia tega membohongiku.Aku baru ingat, seminggu yang lalu Mas Hanif memang meminta sejumlah uang padaku dengan jumlah yang cukup besar, tapi alasannya tidak jelas mau dikemanakan uang itu. Jelas saja aku tidak mengabulkan permintaannya.Mungkin itu sebabnya Mas Hanif sengaja membohongiku dengan mengatakan kalau mobilku hilang. Aku yakin, jika dituruti keinginannya, pasti ia akan membeli mobil baru untuk wanita itu. Ternyata kamu licik, Mas! Tega-teganya membohongiku."Mir, kamu belum tidur?" Tiba-tiba Mas Hanif terbangun. Aku segera menyembunyikan ponselnya a
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more
3. Sedikit Memaksa
Bagian 3"Dasi kamu kok' berantakan, Mas?""Iya, soalnya Mas gerah!""Gerah? Kan ada AC? AC-nya tidak dihidupin ya? Sini biar aku cek ke dalam!""Tunggu!" Mas Hanif menghalangiku, tapi aku langsung saja menerobos masuk.Seorang wanita yang mengenakan rok di atas lutut sedang berdiri di depan meja kerjanya Mas Hanif. mungkin wanita itu tidak sadar jika kancing bajunya bagian atas terbuka sehingga menampakkan pemandangan yang tidak pantas untuk dilihat. Sepertinya ia sengaja, atau jangan-jangan telah terjadi sesuatu di ruangan ini."Oh, ada tamu, ya!" ucapku sambil memandangi wanita itu."Iya, staf baru," jawab Mas Hanif. Staf baru? Enggak salah? Tadi sekretarisnya bilang klien, sekarang staf. Aku semakin yakin bahwa suamiku memang ada main sama wanita ini."Sofia, kamu boleh keluar. Saya mau bicara dengan istri saya."Sofia? Ya, aku ingat sekarang. Kontak yang mengirim pesan ke nomor Mas Hanif bernama Sofia. Berarti mobilku ada bersama wanita itu.Jika saja aku menuruti emosi, sudah k
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more
4. Teringat Masa Lalu
Bagian 4Ponsel yang sedang berada di dalam tasku bergetar. Aku pun segera menepikan mobil, lalu mengambilnya dari dalam tas. Ternyata sudah banyak chat yang masuk ke ponselku."Kamu jahat, Mas. Kamu bilang hanya mencintai istrimu seorang. Lalu aku ini apa?" Pesan dari wanita yang bernama Sapi. Namanya memang Sofia, tapi bahuku dia lebih cocok dipanggil sapi."Terus mau kamu gimana? Kamu ingin istriku mengetahui hubungan kita? Mikir yang cerdas, dong, Sofi!""Tapi enggak begitu juga, kali, Mas! Senang-senangnya sama aku, masa yang dipuji wanita mandul itu, sih?"Senang-senang? Apa maksudnya? Terus, wanita mandul, apakah yang dimaksud wanita itu adalah aku?Ya Allah … sakit sekali rasanya disebut sebagai wanita mandul.Pikiranku mulai tidak tenang. Rasa hangat mulai menguar dan menyebar ke setiap inci tubuhku. Aku tidak sanggup membayangkan jika suamiku telah membagi tubuhnya dengan wanita lain.Ternyata ini yang disembunyikan Mas Hanif dariku. Untung semalam aku sempat menyadap ponsel
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more
5. alat Untuk Balas Dendam
Bagian 5Sudah malam begini, Mas Hanif belum pulang juga, padahal tadi ia janji mau pulang cepat setelah selesai meeting. Ponselnya pun tidak bisa dihubungi.Kamu kemana sih, Mas? Kenapa enggak ngasih kabar?Sebenarnya aku sama sekali tidak mengkhawatirkannya, hanya saja aku takut jika ternyata Mas Hanif malah bersama wanita itu. Aku tidak rela! Untuk menjawab rasa penasaranku, aku pun berniat menyusulnya. Aku harus mendatangi kantornya.Segera ku keluarkan mobil dari garasi, kemudian mengendarainya dengan kecepatan sedang hingga akhirnya tiba di kantor Mas Hanif."Pak, Bapak Hanif masih di dalam? Lembur ya?" tanyaku pada Pak satpam yang sedang berjaga."Pak Hanif sudah pulang sejak sore tadi, Mbak, dan seluruh karyawan serta staf kantor sudah pada pulang semuanya.""Bapak yakin?" Karena ragu, aku kembali bertanya. "Yakin, Mbak.""Yasudah kalau begitu, terima kasih, Pak, saya pamit dulu.""Silakan, Mbak!"Kemana kamu, Mas? Apalagi yang kamu lakukan?Akhirnya aku memutuskan untuk pul
last updateLast Updated : 2023-09-08
Read more
6. Dia lagi?
Bagian 6"Pa, aku mau tinggal di sini ya, bareng Papa," ucapku kepada Papa kala itu."Loh, kok' mendadak gini? Terus, Mama setuju?" tanya Papa, terlihat raut kebingungan di wajahnya."Aku kabur, Pa. Aku enggak mau lagi tinggal sama Mama.""Kenapa? Sebenarnya apa yang terjadi? Cerita sama Papa, Nak!""Aku kesal sama Mama. Mama enggak mau restuin hubungan aku sama Mas Hanif, Pa. Mama malah menyangkut pautkannya dengan urusan pribadinya," protesku."Namamu pasti punya alasan yang kuat, Nak. Pasti mamamu ingin yang terbaik untukmu. Tidak ada orangtua yang ingin menjerumuskan anaknya. Semua orang tua menginginkan anaknya bahagia, Nak." Papa mencoba menasehatiku."Kebahagiaan aku tuh Mas Hanif, Pa. Aku yakin pasti akan bahagia hidup bersama dia.""Kamu telah dibutakan oleh cinta, Nak. Coba pikirkan lagi keputusanmu."Mama sama Papa sama saja, tidak mengerti perasaanku."Papa minta sekarang kamu pulang dulu, temui Mama. Minta maaflah padanya. Kamu boleh tinggal di rumah ini sampai kapanpun k
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more
7. Berani Melawan
Bagian 7"Gawat, Sof, Mira telah mencari bantuan, dia berniat ingin menjebloskan orang yang sudah mencuri mobilnya." Sebuah pesan dari dari Mas Hanif masuk ke ponselku. Ada untungnya juga aku menyadap ponselnya Mas Hanif, jadi aku bisa mengetahui semua pembicaranya dengan wanita itu."Masa menghadapi istrimu aja enggak bisa sih, Mas! Tahan dia, bila perlu kurung dia sepeti yang dikatakan Ibu tadi." Pesan balasan dari wanita itu."Tidak semudah itu, Sofi. Mira itu orangnya keras kepala.""Ancam saja, Mas. Dia kan sedang menjalankan program kehamilan tuh, ancam saja bahwa Mas akan menceraikan jika dia tidak nurut juga."Wow! Bahkan wanita yang bernama Sapi itu udah berani menyuruh Mas Hanif untuk menceraikanku. Luar biasa!"Belum saatnya, Sofi. Keinginan Mas belum terwujud. Setelah semuanya berada di genggaman Mas, maka itulah yang akan Mas lakukan!"Picik sekali pikiranmu itu, Mas! Bahkan kamu tidak ingat betapa aku telah berkorban banyak untukmu dan juga ibumu.Kuliahmu saja aku yang
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more
8. Mengadu Kepada Papa
Bagian 8"Mbok, Papa ada?" tanyaku pada Mbok Siti yang sedang menyapu teras depan."Ada, Non, lagi sarapan," jawab beliau.Mbok Siti adalah asisten rumah tangga Papa.Setelah mendengar jawaban Mbok Siti, aku pun langsung menuju ruang makan. "Papa."Aku langsung memeluk Papa dari belakang."Eh, anak papa, kamu sudah sarapan, Nak? Ayo sarapan sama papa."Bukannya melepas pelukan, aku bahkan memeluknya makin erat, lalu terisak di pelukannya."Kamu kenapa, Nak? Ada masalah? Cerita sama papa, Nak!" Papa menaruh sendoknya ke atas piring, menghentikan aktivitas makannya."Ayo duduk dulu, Nak." Papa mengambil tisu yang berada di atas meja, kemudian mengelap air mataku."Mbok, tolong bikinin teh hangat untuk Mira!" pinta papa kepada Mbok Siti."Iya, Tuan," sahut si Mbok."Tenang dulu ya, Nak. Papa minta jangan menangis lagi.""Ini teh hangatnya, Non." Mbok Siti menaruh gelas yang berisi teh hangat tersebut di atas meja."Makasih, Mbok.""Situ pamit ke belakang dulu ya, Tuan!""Iya, Mbok, sila
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more
9. Kejahatan Yang Dilakukan Ibu Mertua
Bagian 9"Kejadiannya sudah lama sekali, saat itu kamu masih duduk di bangku TK. Mamamu dan mamanya Hanif itu sahabatan sejak dari SMP. Saat itu Zamila menelepon papa, meminta papa untuk datang ke sebuah hotel yang tidak terlalu jauh dari kantor papa. Katanya mamamu ingin memberi kejutan buat papa. Saat Papa tiba di hotel tersebut, Zamila mengarahkan papa ke sebuah kamar hotel. Saat pintu kamar hotel terbuka, ternyata mamamu sedang tidur dalam satu selimut bersama lelaki lain. Papa marah sama mamamu, dari situlah awal mula pertengkaran kami." Papa terlihat sedih saat menceritakan kejadian itu, bahkan sampai menitikkan air mata."Terus Papa percaya begitu saja?" "Iya karena papa menyaksikannya langsung dengan mata kepala papa sendiri.""Terus gimana penjelasan Mama? Aku tidak yakin jika Mama melakukan hal serendah itu, Pa." Aku menggeleng, berusaha menahan bulir bening yang hendak keluar dari kelopak mata."Mamamu memberi penjelasan bahwa dia dijebak oleh Zamila. Zamila yang memintany
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more
10. Mendatangi Rumah Mama
Bagian 10Sesuai janji, setelah pekerjaan Papa selesai, aku dan Papa akan mendatangi rumah Mama. Aku akan meminta maaf terlebih dahulu, sekaligus ingin merayu Mama agar bersedia rujuk lagi sama Papa.Papa menjemputku di butik, dan aku ikut dengan mobil Papa.Ya, semenjak memutuskan untuk resign dari perusahaan, aku diam-diam membuka butik tanpa sepengetahuan Mas Hanif dan juga ibu mertua. Butik itu dikelola oleh Dinda, sahabatku, seorang janda yang menjadi korban perselingkuhan suaminya. Aku hanya menanam modal, dan Dinda yang mengelolanya.Mas Hanif melarangku untuk beraktivitas di luar rumah, alasannya agar program kehamilan yang sedang aku jalani berhasil. Tapi ternyata itu hanya alasannya saja. Mas Hanif melarangku keluar rumah agar ia bebas berkeliaran dengan selingkuhannya itu di luar sana.Ibu mertua sama seperti suamiku, beranggapan bahwa aku tidak lagi memiliki penghasilan setelah berhenti bekerja. Itulah sebabnya ibu mertua tidak lagi suka padaku. Menurut mereka aku hanyalah
last updateLast Updated : 2023-09-26
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status