Home / Pernikahan / WANITA YANG KAU HINAKAN / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of WANITA YANG KAU HINAKAN: Chapter 61 - Chapter 70

213 Chapters

BAB 61. Ambil uang Ita.

POV Asih. “Em, nama kamu siapa tadi?” tanyaku basa basi.“Ita, Mbak,” jawabnya sopan. Duh, kenapa ya, kalau orang cantik itu pasti suaranya aja lembut, mendayu gini.“Sudah berapa lama sama Danu?” tanyaku menyelidik.“Enam bulan Mbak,” jawabnya lagi sambil tersenyum. Duh, senyumnya manis banget lagi. Ini benar-benar ancaman untukku. Dia tipe Mas Roni banget. Dulu sewaktu kami masih pedekate aku melakukan berbagai cara yang disukai oleh Mas Roni agar aku bisa jadi istrinya. Termasuk berpura-pura lemah lembut.“Kamu yakin mau nikah sama Danu, Adikku?” tanyaku lagi.“Yakin Mbak, insya Allah.” Nah, kan sok alim lagi.“DANU ITU SUDAH TIDAK PERJAKA. DIA PERNAH TIDUR DENGAN PACARNYA DULU!” kataku penuh penekanan.Berhasil Ita terlihat cukup kaget dan mencoba mengontrol emosinya.“Itu biar jadi urusan kami, Mbak. Nanti akan aku tanyakan langsung pada Mas Danu,” jawabnya tenang.“Enggak percaya? Aku ini Mbaknya jadi aku tahu apa saja yang dilakukan Danu dengan pacarnya dulu. Oh, iya, ikut ak
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

BAB 62. BPJS.

POV Asih.“Berapa itu amplop dari pacarnya Danu, Sih?” tanya ibu. Malam ini kami sedang membuka amplop para tamu undangan.“500 ribu rupiah, Bu,” jawabku berbinar. Di sini undangan segini sangat banyak. Apa lagi tadi aku sudah ambil uang Ita 1 juta rupiah. Untung berlipat-lipat aku.“Coba sini Bu, amplop dari teman-teman sosialitaku biar aku yang buka mereka pasti nyumbangnya lebih banyak. Mereka, kan orang-orang kaya. Ibu tadi lihat kan, mereka tampil cetar membahana.” Ibu manggut-manggut mendengar penuturanku.“Apa! 25 ribu rupiah?” Kepelaku seketika langsung pusing. Bisa-bisanya Jeng Yani Cuma ngamplop 25 ribu rupiah. Tadi saja aku lihat dia ngambil makanan banyak. Awas aja dia besok kalau sunatan anak-anaknya aku bakalan nyumbang lebih kecil dari ini.“Haduh, parah ini, Sih! Tampilan sosialita duit rakyat jelata!” omel ibu.“Astagaaaaaaa! Ini Jeng Kokom juga sama aja 25 ribu rupiah, Bu!” Aku gegas mencari nama-nama geng sosialitaku di antara tumpukan amplop dalam kardus besar. Tad
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

BAB 63. Iri.

POV Asih.“Ada apa, Bu?” tanyaku.“Itu pihak ketering sama orgen tunggal datang minta uang, Sih.” Mataku langsung terbuka sempurna. Kalau begini ceritanya bisa berkurang itu uang 50 juta rupiah.“Masa, sih, Mbak. Adik iparku bilang sudah dibayar semua,” kataku tak percaya aku lihat nota yang dibawa pihak ketering.“Memang Bu, sudah dibayar semua, tapi kan, kemarin Ibu sendiri yang minta tambah semua makanan jadi dua kali lipat dari kesepakatan pertama. Orgen juga minta yang bagus yang komplit pakai gendang segala macam,” jawab pihak keteringan. Benar juga si, aku sendiri yang meminta itu karena aku harus menunjukkan sesuatu yang wah pada semua orang. Aku mau pernikahan adikku ini jadi termewah sepanjang sejarah di kampung ini.Aku memijat pelipis kening, tiba-tiba aku meras sangat pusing.“Kamu bilang gitu, Sih?” tanya ibu. Aku mengangguk saja. Ibu terlihat sangat marah, tapi dia jaim.“Ya, sudah Mbak, kurangnya berapa biar kami lunasi. Kami tidak mau punya utang hajatan. Malu sama o
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

BAB 64. Takut bertemu juragan ikan.

POV Asih.Lili juga sama sepertiku dia tidak suka pada Ita. Dia selalu menyuruh-nyuruh Ita, ini dan itu, tapi tetap saja tidak keguguran. Bahkan masuk rumah sakit pun tidak.Hanya bolak-balik kamar mandi sebentar . Apa dia tahu ya, kalau susunya aku kasih obat. Dia hanya minum sedikit saja kemudian dia buang.Aku berjanji pada diriku sendiri akan membuat hidup Ita menderita. Sampai dia pindahan ke rumah sebelah aku pun terus menerornya.Sampai suatu hari juragan ikan datang ke rumah Ita hanya untuk membeli kangkung jualan Ita. Aku tentu saja kaget bukan main begitu juga dengan juragan ikan dia kaget melihat keberadaanku.Bukan tanpa sebab aku takut ketemu Juragan ikan. Jika dia membeberkan rahasiaku pada Ita tamatlah riwayatku.Aku satu tahun lalu menjalin hubungan spesial dengan juragan ikan. Ya, aku ini simpanannya dia. Semua aku lakukan dengan sadar karena aku sudah capek hidup menderita. Hidup dengan Mas Roni sangat membosankan. Monoton begini-begini saja. Sudah jatah uang telat
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

BAB 65. Rencana.

POV Asih. Mas Roni kaget karena aku bisa bayar hutang ke Bank. Aku bohongi saja dia dengan menjual semua perhiasanku yang aku tabung dari gadis dan aku juga sudah mengancamnya untuk tidak mengambil uang Bank lagi jika di nekat melakukannya lagi maka tidak segan-segan aku buang dari hidupku. Entah dia dengarkan atau tidak yang penting sekarang hutang kami lunas dan aku bisa membeli perhiasan, tas baru, baju baru, perabotan rumah baru. Baru saja aku merasakan hidup enak sebagai wanita simpanan anak juragan ikan yang bernama Lani melabrakku. Untung saja tidak diviralkan. Anak juragan ikan ini seorang ustazah. Jadi, dia memberiku peringatan secara halus dengan syarat aku tidak lagi mau jadi wanita simpanan juaragan ikan. Aku sangat kesal, tapi tidak bisa berbuat apa-apa lagi kalau aku nekat aku bisa dibasmi dari sini. Juragan ikan juga aneh, dia sama sekali tidak membelaku. Terakhir aku berjumpa dia setelah 4 bulan perpisahan kami dia sedang memantau tambak ikan dengan berpakaian seper
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

BAB 66. Ternyata Mbah dukun itu?

POV Asih. Yes! Aku akan pakai ini untuk melunasi hutangku pada juragan ikan. Aku obrak abrik lagi isi kamar Danu. Aku juga menemukan sejumlah uang, ya, meski tidak banyak, tapi lumayan untuk bayar kreditan bajuku yang sudah nunggak dua bulan.“Kita harus hati-hati, Dik. Jangan sampai meninggal jejak walau sehelai rambut kita,” ucap Mas Roni mewanti-wanti.“Iya, Mas, siap!"“Bagi Mas juga uangnya untuk beli rokok sama bensin full tank.”“Iya, Mas. Ih, cerewet. Ayok! Buruan!”Kami ke luar dari rumah Danu persis pencuri kelas kakap yang sudah terlatih.Kami membakar rumah Danu dengan menyiramkan sedikit bensin di dinding dapur yang terbuat dari bambu. Kompor untuk masak Ita letakkan tidak jauh dari situ dengan begitu gas akan meledak dan habis rumahnya.Kami pulang ke rumah dengan riang gembira. Meski kaki Mas Roni Makin membengkak dan seperti terbakar, kata Mbah dukun dimandikan kembang tujuh rupa ditambah darah ayam cemani nanti akan sembuh.“Mas, kapan kita antar sertifikat tanah ini
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

BAB 67. Jebakan.

POV Asih.“Taappi ... rasanya aku pernah melihat iparmu ini. Sebentar aku ingat-ingat dulu,” ucap Mbah dukun lagi.“Nah, lihat ini sama enggak? Kacamataku entah ke mana tadi dibuat mainan cucu.” Aku mengambil foto yang disodorkan Mbah dukun padaku.Alangkah terkejutnya aku, ini foto Eko juga, tapi kenapa bisa di sini, ya?“Iya, Mbah sama, ini foto iparku,” jawabku tanpa ragu.“Itu foto di bawa oleh seorang wanita yang sedang hamil ke sini. Dia bilang ingin memikat laki-laki ini untuk dijadikannya suami. Aku setuju saja karena kasihan melihat dia sedang hamil. Ternyata ini iparmu. Kalau begini aku yang pusing,” ungkap Mbah dukun sambil mengelus-elus jenggotnya. Aku pun pusing mendengar pengakuan Mbah dukun.Bisa-bisanya istri muda Eko memakai jasa Mbah dukunku juga.“Jadi bagaimana, Mbah?” tanyaku memastikan.“Aku pikirkan dulu, saat ini belum bisa kasih keputusan,” jawab Mbah dukun membuatku makin pusing.“Mbah, tolonglah. Mbah harus memihak pada kebenaran dong, Mbah. Jangan sama yan
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

BAB 68. Saling minta maaf.

“Ita, sini duduk dulu. Ibu mau bicara penting sama kamu,” ucap Bu RT, suaranya terdengar parau. Aku yang sedang membereskan lipatan baju kering segera menghampiri beliau.“Ada apa, Bu. Kayaknya penting banget. Aku jadi takut.”“Sini, duduk dulu!”Aku duduk di samping Bu RT. Beliau menatapku penuh selidik dan tatapannya sangat berbeda dari biasanya.“Ta, apa selama Danu sakit kami masih mendapatkan nafkah batin?” Aku mengernyitkan dahi bingung sekaligus kaget kenapa tiba-tiba Bu RT bertanya seperti itu.“Alhamdulillah, Bu. Haruskah aku jawab, itu kan, masalah pribadi kami,” jawabku hati-hati. Bu RT seperti tidak puas mendengarkan jawabanku.“Bukan begitu Ita, kita kan, sama-sama perempuan jadi tidak terlalu mengkhawatirkan juga kalau kita bicara begini.” Aku makin tidak mengerti ucapan Bu RT.“Memang sih, Bu. Tapi, tetap saja kita dilarang untuk berbicara begitu,” elakku.“Kalau dilarang gimana itu para psikolog yang harus tahu tentang ini pada kliennya?” ucap Bu RT lagi nadanya agak t
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

BAB 69. Melawan emak-emak tukang gosip.

Aku terharu melihat pemandangan itu. Mbak asih hampir saja membuat keributan besar di antara kami.“Asih, sama Jum, kok dipercaya. Ibu, kan tahu mereka itu biang gosip dan sumber masalah di sini. Sudah banyak warga yang diadu domba mereka,” ucap Pak RT lagi. Aku membenarkan ucapan Pak RT.“Sudah, sana kalian lanjut lagi masaknya hari ini kan, terakhir kalian masak bareng. Besok Ita sudah kembali ke rumahnya. Jangan sampai niat tulus Ibu dulu jadi berubah dosa karena sudah berprasangka buruk pada Ita.” Bu RT mengangguk mendengarkan nasihat suaminya.“Sekali lagi maafkan Ibu, ya, Nak. Astaghfirullah Ibu malu sekali, hampir saja Ibu suuzon padamu,” ucap Bu RT tulus.“Iya, Bu. Aku juga minta maaf. Sudah yuk, kita lanjut masak lagi.” Kami masak dengan suka cita. Nanti malam acara kenduri syukuran rumahku. Besok aku sudah pindah ke sana. Bahkan malam ini kami sudah tidur di sana.“Ta, gula kita habis. Ibu minta tolong ya, kami beli dulu biar ini goreng kerupuknya Ibu yang lanjutin. Ibu mau
last updateLast Updated : 2022-10-29
Read more

BAB 70. Mulut racun Mbak Asih.

Kran air langsung kuarahkan ke mulut Bu Jum biar tidak bersuara terus. Beliau seperti orang yang kehabisan nafas lalu menghindar. Kualihkan lagi kran air pada mereka, aku tidak peduli tangisan anak-anak mereka yang ikut basah kuyup. Aku seperti orang kesetanan terus saja aku semprot mereka. Setelah puas kumatikan kran dan kulepas selangnya lalu kususui lagi. “Ini peringatan untuk kalian terutama anda Bu Jum! Jika aku masih mendengar lagi gosip miring tentangku yang tidak benar itu maka kalian tidak hanya kena air kran. Aku semprot kalian dengan obat serangga!” teriakku. Lalu Kutinggalkan mereka. Mereka sibuk menenangkan anak-anak mereka yang menangis. Bu Warung tertawa sangat kuat sampai terdengar ke gardu. Sampai rumah Bu RT heran kenapa aku basah kuyup. Aku ceritakan semua pada Bu RT beliau tertawa sampai Kia ikutan tertawa. “Gitu dong, Ta. Kalau ada yang menggunjingmu kamu balas jangan diam saja biar tidak makin menjadi,” kata Bu RT “Aduh, Bu. Bukan aku tidak berani, tapi ak
last updateLast Updated : 2022-10-29
Read more
PREV
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status