Beranda / Pernikahan / WANITA YANG KAU HINAKAN / BAB 68. Saling minta maaf.

Share

BAB 68. Saling minta maaf.

Penulis: Kencana Ungu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-28 11:35:16

“Ita, sini duduk dulu. Ibu mau bicara penting sama kamu,” ucap Bu RT, suaranya terdengar parau. Aku yang sedang membereskan lipatan baju kering segera menghampiri beliau.

“Ada apa, Bu. Kayaknya penting banget. Aku jadi takut.”

“Sini, duduk dulu!”

Aku duduk di samping Bu RT. Beliau menatapku penuh selidik dan tatapannya sangat berbeda dari biasanya.

“Ta, apa selama Danu sakit kami masih mendapatkan nafkah batin?” Aku mengernyitkan dahi bingung sekaligus kaget kenapa tiba-tiba Bu RT bertanya seperti itu.

“Alhamdulillah, Bu. Haruskah aku jawab, itu kan, masalah pribadi kami,” jawabku hati-hati. Bu RT seperti tidak puas mendengarkan jawabanku.

“Bukan begitu Ita, kita kan, sama-sama perempuan jadi tidak terlalu mengkhawatirkan juga kalau kita bicara begini.” Aku makin tidak mengerti ucapan Bu RT.

“Memang sih, Bu. Tapi, tetap saja kita dilarang untuk berbicara begitu,” elakku.

“Kalau dilarang gimana itu para psikolog yang harus tahu tentang ini pada kliennya?” ucap Bu RT lagi nadanya agak t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 69. Melawan emak-emak tukang gosip.

    Aku terharu melihat pemandangan itu. Mbak asih hampir saja membuat keributan besar di antara kami.“Asih, sama Jum, kok dipercaya. Ibu, kan tahu mereka itu biang gosip dan sumber masalah di sini. Sudah banyak warga yang diadu domba mereka,” ucap Pak RT lagi. Aku membenarkan ucapan Pak RT.“Sudah, sana kalian lanjut lagi masaknya hari ini kan, terakhir kalian masak bareng. Besok Ita sudah kembali ke rumahnya. Jangan sampai niat tulus Ibu dulu jadi berubah dosa karena sudah berprasangka buruk pada Ita.” Bu RT mengangguk mendengarkan nasihat suaminya.“Sekali lagi maafkan Ibu, ya, Nak. Astaghfirullah Ibu malu sekali, hampir saja Ibu suuzon padamu,” ucap Bu RT tulus.“Iya, Bu. Aku juga minta maaf. Sudah yuk, kita lanjut masak lagi.” Kami masak dengan suka cita. Nanti malam acara kenduri syukuran rumahku. Besok aku sudah pindah ke sana. Bahkan malam ini kami sudah tidur di sana.“Ta, gula kita habis. Ibu minta tolong ya, kami beli dulu biar ini goreng kerupuknya Ibu yang lanjutin. Ibu mau

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 70. Mulut racun Mbak Asih.

    Kran air langsung kuarahkan ke mulut Bu Jum biar tidak bersuara terus. Beliau seperti orang yang kehabisan nafas lalu menghindar. Kualihkan lagi kran air pada mereka, aku tidak peduli tangisan anak-anak mereka yang ikut basah kuyup. Aku seperti orang kesetanan terus saja aku semprot mereka. Setelah puas kumatikan kran dan kulepas selangnya lalu kususui lagi. “Ini peringatan untuk kalian terutama anda Bu Jum! Jika aku masih mendengar lagi gosip miring tentangku yang tidak benar itu maka kalian tidak hanya kena air kran. Aku semprot kalian dengan obat serangga!” teriakku. Lalu Kutinggalkan mereka. Mereka sibuk menenangkan anak-anak mereka yang menangis. Bu Warung tertawa sangat kuat sampai terdengar ke gardu. Sampai rumah Bu RT heran kenapa aku basah kuyup. Aku ceritakan semua pada Bu RT beliau tertawa sampai Kia ikutan tertawa. “Gitu dong, Ta. Kalau ada yang menggunjingmu kamu balas jangan diam saja biar tidak makin menjadi,” kata Bu RT “Aduh, Bu. Bukan aku tidak berani, tapi ak

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 71. Bahagia pulang ke rumah Bapak.

    Bu RT memang memberi dipan jati bekas anaknya yang tidak terpakai karena anaknya ganti spring bed, aku juga sudah membeli lemari plastik untuk wadah pakaian kami yang tidak seberapa hanya beberapa potong saja.Pakaian kami tidak banyak karena dapat sumbangan dari warga jadi kami memilih yang masih layak saja. Bukan tidak bersyukur, tapi memang kami harus memilih baju-baju itu karena tidak semua warga memberi yang layak. Contohnya Mbak Asih dia memberiku daster-daster yang sudah bolong-bolong dan sobek sana sini makanya aku jadikan lap saja.Kasurnya kami beli. Dapat uang yang dari Wak Ratno. Alhamdulilah. Aku juga membeli Magicom kecil, kuali, panci, piring, mangkok, sendok, gelas, garpu, masing-masing satu lusin. Bak dan ember cuci juga membeli kompor Rinnai plus tabungnya. Karpet untuk ruang tamu, meja untuk wadah makanan yang kami letakkan di dapur dan listrik dari rumah Pak RT. Kami sepakat untuk membayar setiap bulan semampu kami dan kami hanya memasang dua lampu. Satu kami p

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 72. Kekhawatiran ibu.

    Aku membantu ibu membuat teh di dapur sedang Mas Danu di depan ngobrol dengan bapak.“Sudah, kamu di depan saja sana, ikut ngobrol sama Bapak. Itu loh Bapakmu sudah kangen sama kamu padahal baru beberapa Minggu yang lalu main ke rumah kamu,” ucap Ibu.“Benarkah, Bu?”“Iya, benar. Tiap hari yang diingat kamu. Setiap Bapak makan enak yang diingat juga kamu. Kata Bapak, Ita, sudah makan belum ya, Bu. Terus makan pakai apa, ya?” Cerita ibu membuatku terharu. Ah, bapak, anakmu sudah tua begini saja masih kamu ingat sudah makan atau belum, dan makan lauk apa.“Ibu, enggak bilang sama Bapak, kalau aku baik-baik saja?” tanyaku.“Sudah, tapi tetap saja bapakmu itu khawatir,” jawab ibu.“Aku bawa tehnya ke depan ya, Bu.”Melihatku membawa nampan teh, mata bapak berkaca-kaca pasti Mas Danu telah menceritakan segala sesuatunya pada bapak.“Ini tehnya Bapak, ini kopinya Mas Danu.”“Makasih ya, Nak. Oh, iya, kata Danu kalian habis kena musibah lagi?” tanya bapak penasaran.“Iya, Pak. Alhamdulill

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-29
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 73. Teganya Mbak Nur.

    “Maaf ... maksudnya Mbak Nur apa, ya?” tanyaku sesopan mungkin. Aku memang sudah tahu maksud omongan Mbak Nur aku hanya ingin mengetesnya apa dia salah omong atau memang disengaja?“Gitu aja enggak, ngerti. Ya, itu suamimu kerjaan dari dulu kan, memang begitu enggak jelas. Buktinya hidup kalian susah terus,” jawab Mbak Nur tanpa direm.“Mbak, aku tahu Mbak enggak suka sama Mas Danu, tapi bukan berarti Mbak bisa seenak sendiri jelek-jelekin suamiku. Bagaimana pun dia suamiku. Surgaku ada padanya dan aku selama ini merasa dinafkahi olehnya. Mungkin memang kami tidak seperti Mbak yang banyak duit, tapi insya Allah kami bahagi. Ingat Mbak kebahagiaan orang tidak bisa disamakan. Mungkin Mbak Nur akan bahagia kalau banyak duit dan bisa beli ini itu, tapi bahagia bagi kamu tidak melulu diukur dengan uang,” jawabku tegas. Mbak Nur tidak benar-benar mendengarkan dia mencibir menirukan ucapanku dengan gerakan bibirnya yang maju, mundur, kanan, kiri.“Heloooo ... memang benar semua tidak diuku

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-30
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 74. Mulut rombeng.

    “Setahuku memang begitu Mbak, temanku yang seorang bidan bilang semahal apa pun sufor masih tetap bagus ASI meski hanya makan pakai lauk bening bayam. Lagi pula sufor itu untuk orang yang bermasalah ASI-nya macet atau tidak keluar lagi. Mbak kan, sehat. Mbak hanya malas memberi anak ASI.”“Nah, tuh, dengerin Mah. Dulu Mas, juga udah bilang sama Mbakmu itu, Ta. Tetap aja dia ngeyel. Mas bilang besok aja kalau udh dua tahun kasih sufornya. Ini yang ada bayi baru lahir langsung dikasih sufor. Padahal ASI-nya Mbakmu itu bagus,” sahut suami Mbak Nur.“Apaan si, Pah, aku kan mau tetap seksi di mata kamu makanya aku pilih sufor, lagi pula kita kan mampu beli, uang kita banyak untuk apa kalau enggak untuk anak,” elak Mbak Nur.“Astaghfirullah ... Istighfar, Nak. Itu sudah jadi kodrat kamu sebagai wanita. Jika tidak ada uzur kamu tidak boleh seperti itu.” Bapak ikut berkomentar.“Bapak, ih, kok malah belain Ita, si? Lihat tuh, Dafa sama adiknya juga sehat, gemuk. Itu Kia, malah kurus kering pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-30
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 75. Penolakan.

    “Kenapa jadi melow-melowan gini, si, yuk, buruan pada mandi gantian nanti kalau si Nur pulang main serobot lagi. Bapak bisa pusing lagi,” ujar bapak. Kemudian beliau memapah Mas Danu untuk berdiri.Sebenarnya Mas Danu jalannya sudah lumayan lancar hanya belum bisa jalan jauh, masih suka ngilu kalau sudah menempuh jarak yang lumayan jauh.Kami berangkat ke rumah Mbak Ning setelah Maghrib menggunakan mobil Mbak Nur. Masya Allah acaranya memang meriah. Dekorasi pelaminan pengantin sunat saja sebagus itu.Mbak Ning dan suaminya menyambut kami dengan suka cita. Hanya saja mereka tidak mau bersalaman dengan Mas Danu. Untung ada bapak dan Ibu juga Mas Agung yang menguatkan aku dan Mas Danu. Kalau tidak ada mending aku pulang saja.Mbak Ning menimang-nimang Kia, kami disuguhi makanan. Malam ini ada pengajian setelah nanti salat Isya. Aku ikut turut bahagia melihat kebagian saudari-saudariku.Setelah salat Isya kami memberikan amplop pada Mbak Ning.Mbak Ning menerima amplop dari ibu, Mbak

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-30
  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 76. Ke mana suamiku?

    “Ini emas, Bapak sama Ibu ngumpulin dari sejak kalian semua tamat sekolah SMA. Alhamdulillah terkumpul segini,” ucap ibu berbinar.“Ini kalian masing-masing mendapatkan 15 gram. Yang 10 gram logam mulia dan yang 5 gram perhiasan. Kalian boleh memilih yang kalian suka semuanya dapat bagian yang sama,” kata ibu lagi.Mbak Ning mengambil emas itu dari tangan ibu. Lalu mencebiknya.“Bu, aku sudah punya banyak perhiasan emas, bahkan aku punya berlian juga, maaf ya, enggak aku pakai, tapi aku simpan pemberian Ibu. Aku ambil kalungnya.“Sama aku juga, Bu. Aku ambil, tapi enggak aku pakai ya, aku ambil gelangnya,” ucap Mbak Nur.“Antingku hilang entah ke mana jadi aku ambil antingnya saja ini langsung aku pakai Bu, tapi nanti kalau aku sudah beli yang lebih gede gramnya aku simpan ya, Bu,” ujar Mbak Susi.Tibalah giliranku. Aku gemetaran mengambil itu mataku berkaca-kaca.“Bu, ini benar untuk kami?” tanyaku meyakinkan.“Iya, Nak,” jawab ibu.“Maaf, Bu, bukan berarti aku menolak pemberian Ibu,

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-30

Bab terbaru

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 203. Ending.

    ~k~u 🌸🌸🌸“Mas, siapa perempuan ini?” Akhirnya kutanyakan langsung foto yang tadi siang dikirim oleh paman.Mas Danu mengerutkan keningnya matanya menatapku penuh selidik.“Ini nomor Paman Mas, lihat tuh, WA-nya dari atas,” jelasku. Mas Danu memang tidak paham jika pakai smartphone.“Ini dikirim tadi pagi kenapa enggak bilang langsung, Dik?”“Gimana mau bilang kan, Mas sibuk di toko.”“Siapa wanita berbaju orange itu, Mas?” cecarku.“Itu ... em, tapi kamu jangan marah, ya?” Mendengar jawaban Mas Danu justru aku semakin takut. Takut kalau apa yang aku pikirkan benar.“Jawablah, Mas jangan berkelit gitu.”“Namanya Maya, dia teman sekolah Mas waktu SD. Waktu itu tanpa sengaja bertemu di toko. Setelah pertemuan pertama dia sering datang dan banyak bercerita tentang rumah tangganya ....” Mas Danu menjeda ceritanya.Aku sudah berkeringat panas padahal suhu udara malam ini dingin karena tadi sore hujan sangat deras dan sekarang pun masih gerimis kecil.“Karena Mas kasihan makanya Mas seri

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 202. Mengusir benalu.

    “Enggak bersih berarti tidak ada acara masuk rumah.” Mamah Atik ikut menimpali.“Apa ini sudah cukup, Bu?” tanya Evi memperlihatkan irik yang berisi pucuk daun singkong.“Belum! Petik yang banyak, di rumah banyak orang jadi banyak juga yang makan kalau cuma segini habis sama kamu aja!” Mamah Atik pun tidak kalah sengit memarahi Evi.“Aku adukan kalian sama Mas Danu biar kapok!” Ancam Evi.“Adukan saja sana! Danu tidak akan pernah ambil pusing,” jawab Mamah Atik.“Paman, jangan main HP terus nanti HP-nya masuk parit kami lagi yang disalahin dan suruh ganti,” kataku agak kuat karena jarak kami lumayan jauh.“Eh, iya, Ya. Ini aku hanya kirim pesan pada Danu saja,” jawab paman.Benar saja setelah kucek ponsel Mas Danu yang ada di saku celanaku ternyata ada pesan masuk lagi dari paman.[Keputusanmu akan menentukan nasib rumah tanggamu, Dan. Cepat katakan iya atau tidak!]Lagi hanya kubaca saja. Aku tidak berminat sama sekali untuk membalas.“Sudah ada gledek, tuh! Buruan nanti keburu turun

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 201. Mungkinkah?

    🌸🌸🌸Hidup sejatinya adalah perjalanan. Sekarang tergantung kita mau pilih jalan yang mana. Di depan sana ada banyak sekali rintangannya. Berkelok-kelok, lurus mulus, licin berlumpur atau naik turun.Aku menghela nafas berat saat membaca pesan dari paman Mas Danu. Pesan itu langsung kuteruskan ke ponselku.Paman Mas Danu sebenarnya belum selesai berbicara dengan Mas Danu hanya saja tadi tiba-tiba Joko menelepon ada pelanggan tetap mau belanja bulanan dan jumlahnya sangat banyak. Makanya Mas Danu buru-buru pergi ke toko.Paman dan juga Evi kami persilakan untuk menunggu di rumah. Bagaimana pun juga mereka adalah tamu.‘... Barang siapa beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya .... HR. Bukhari dan Muslim.Aku memang bukan seorang yang mulus tanpa dosa, tapi aku akan selalu berusaha berbuat baik pada siapa pun meski dianggap bodoh.Bapakku selalu berpesan untuk selalu berbuat baik meski kita dimanfaatkan, meski kita tidak dianggap. Karena kebaikan itu aka

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 210. Wanita baju Orange.

    ~k~u🌸🌸🌸“Loh, siapa kamu!” tegur Mamah Atik saat melihat pria seumuran bapak main nyelonong duduk di teras rumah tanpa permisi.Kami sedang berjemur sekalian menyuapi Kia. Beberapa hari ini hujan terus udara di sini pun sangat dingin.Orang itu bukannya menyahut malah menyalakan rokok.“Paman, ini sarapannya. Nasi uduk aja, ya? Duitku nipis,” ucap Evi. Kami kaget ternyata itu pamannya Mas Danu.“Kamu itu kenapa juga beli beginian. Rumah Mamasmu ini besar gendongan tentunya di dalam banyak makanan. Makan nasi uduk begini Paman mules perutnya.”“Kalian ngapain lihat-lihat! Sekarang mana Mas Danu. Aku mau ketemu Mas Danu,” bentak Evi pada kami.Baru saja aku hendak menyangkal ucapan Evi, Mas Danu sudah ke luar rumah.“Masss ....” Evi lari menghampiri Mas Danu.“Danu. Akhirnya kita bisa bertemu lagi. Paman dari kemarin sudah ada di sini, tapi anak buahmu bilang kamu ada urusan keluarga dan enggak pulang.” Orang yang mengaku Paman Mas Danu pun tergopoh-gopoh menghampiri Mas Danu.Mas Da

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 209. Mbak Susi lagi.

    Assalamualaikum everyone ....Alhamdulillah bisa up bab baru. Yuk, bantu follow akunku 😍🌸🌸🌸“Sini, Ta, biar Mamah yang telepon, Joko!” Kuberikan ponselku pada Mamah.Tidak menunggu lama telepon tersambung.“Halo, Mas Joko! Ini Mamah Atik. Tolong itu barang-barang yang mau diangkut sama Susi ambil lagi!”“Loh, a—nu, Bu. Itu katanya sudah dapat izin dari Ita,” jawab Mas Joko terbata pasti Mas Joko kaget Mamah Atik to the poin begitu.“Enggak! Baik Ita ataupun Danu enggak ada yang izinin. Di mana Susi? Apa sudah pulang?”“Be—lum, Bu. Ma—sih nimbang telur.”“Dasar orang tidak tahu malu. Pokoknya aku enggak mau tahu, ya, ambil lagi apa yang mau diangkut Susi kalau enggak gaji kamu bulan ini tidak aku berikan!” Ancam Mamah Atik.“Aduh! Ba—ik, Bu.”Tuuuutt ....Mamah mematikan telepon.“Ini, Ta. 10 menit lagi kita telepon Joko. Kamu itu menyek-menyek jadi orang makanya saudara-saudara kamu itu selalu saja meremehkanmu.”“Aku hanya tidak ingin hubungan yang sudah tidak baik makin tidak b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 208. Istri muda?

    Hatiku panas mendengar perempuan lain mengagumi suamiku.“Mana anakmu kenapa tidak kamu ajak?” tanya Mas Danu.“Mas aku capek loh, nungguin kamu panas dan haus juga kamu malah tega tanya ini dan itu di sini,” rengeknya.Kami masuk dan Evi membuntuti kami.“Mas, rumahmu bagus banget ya, pantas paman selalu membanggakan kamu.” Mas Danu diam saja. Dia fokus minum dan menikmati donat yang kusuguhkan.“Danu, kamu makan dulu. Pasti kamu lapar,” titah Mamah Atik.“Iya, Mah. Dik, temani Mas makan, ya?”“Aku juga mau makan Mas. Yuk, aku temani.” Evi gegas berdiri dan menarik tangan Mas Danu.“Bukan Dik, kamu. Itu panggilan untuk istriku. Aku memanggilmu dengan namamu saja.” Mas Danu menampik tangan Evi. Dia seperti menahan malu.“Mas meja makanmu bagus banget. Seumur-umur aku baru lihat,” ucap Evi. Dia langsung duduk dan mengambil makan tanpa kami suruh terlebih dahulu.“Evi, sebentar lagi kami mau pergi sebaiknya kamu pulang dulu. Rumah ini akan kami kosongkan.”“Apa? Ya ampun, Mas! Aku jauh-

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 207. Tidak sopan.

    “Terserah Mbak aja mau bilang apa,” sungutku.“Eh, Ta. Aku cuma mau kasih tahu, ini Ibu lagi sakit, tadi pas ambil wudu untuk salat Zuhur terpeleset dan jatuh. Kami sudah bawa ke klinik. Ibu sekarang di rawat. Kamu ke sini, ya? Eh, jangan lupa bawa uang kami tidak ada duit untuk bayar biaya rawat Ibu.” Sebenarnya aku sangat syok dan juga sedih mendengar kabar ini, tapi karena yang memberi tahu adalah Mbak Susi aku jadi kesal padanya.“I—ya, Mbak. Insya Allah aku ke sana.”“Jangan pakai insya Allah, Ta! Kamu harus segera ke sini!”“Iya, Mbak. Insya Allah.”“Kamu itu insya Allah terus. Aku ti ....” Tuuutt! Kumatikan telepon. Percuma saja ngasih tahu Mbak Susi.Ponsel kembali berdering. Tapi, tidak kujawab. Biarkan saja. Mbak Susi itu bisanya ngajak ribut saja.“Siapa, Ta. Kok kayaknya kamu kesal gitu?”“Mbak Susi, Mah. Ngasih tahu kalau ibu masuk rumah sakit. Jatuh di kamar mandi,” jawabku sedih.“Innalillahi wa’innailaihiroji’un. Terus gimana kondisi ibumu, Ta?”“Aku enggak tanya sama

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 206. Adik tiri.

    *Cinta adalah perbuatan. kata-kata dan tulisan indah hanyalah omong kosong! (Tere Liye)*Assalamualaikum semuaaaaaaa senang sekali Danu kembali hadir. Semoga kalian sehat dan bahagia selalu. Bantu follow, yuk!🌸🌸🌸 “Maaf siapa, ya?”Bukannya menjawab pertanyaanku justru perempuan ini nyelonong masuk begitu saja lalu duduk manis di sofa.“Eh, siapa kamu! Datang-datang enggak sopan!” bentak Mamah Atik.“Perkenalkan aku Evi, adik Mas Danu,” ucapnya bangga.Aku dan Mamah Atik saling berpandangan. Mamah Atik seolah menanyakan apa benar. Aku hanya menggeleng tidak tahu.“Salah alamat kali. Kan, banyak ‘tu yang namanya Danu,” ujar Mamah Atik lagi.“Enggak, dong! Nih, lihat!” Wanita yang bernama Evi ini memperlihatkan foto Mas Danu. Dari mana dia dapat foto terbaru Mas Danu. Itu foto diambil dua hari yang lalu saat kami jalan-jalan ke air terjun. Itu foto bersamaku bisa-bisanya fotonya dicrop begitu saja.“Iya, benar ini Danu anakku, dan ini Ita istri Danu,” ucap Mamah Atik. Wanita yang b

  • WANITA YANG KAU HINAKAN   BAB 205. Evi datang.

    “Mainan sama Kia. Anakmu ini cantik dan pintar sekali ya, Dan. Aku jadi pingin punya anak,” jawab Mbak Asih seolah-olah dia tidak sedang sakit.“Alhamdulillah iya, Mbak.“ Mas Danu memangku Kia. Aku ikut duduk di lantai bersama mereka.“Mbak Asih kemarin ke mana sih, katanya kerja kok, enggak pulang?” tanyaku hati-hati. Mbak Asih hanya menggeleng saja.“Mbak Asih, Ita itu mau ngajak shopping beli baju baru. Eh, malahan Mbak Asih enggak pulang-pulang,” kata Mas Danu lagi.“Harusnya kamu telepon dulu, Ta. Jangan main asal tunggu. Kalau kamu kasih tahu mau ngajakin aku shopping pasti aku enggak mau janjian sama Mas Roni,” jawab Mbak Asih sambil menoyor kepalaku.“Oh, jadi Mbak Asih pergi shopping sama Mas Roni?” tanyaku.“Bukan shopping sih, tapi bulan madu. Kami tidur di hotel.” Mendengar pengakuan Mbak Asih Mas Danu sangat marah. Aku pun kaget. Kalau sudah ngomongin hotel sudah pasti ada bumbu-bumbu di dalamnya.“Mbak, harusnya jangan mau diajak Mas Roni kalau enggak shopping. Enak shop

DMCA.com Protection Status