Home / Romansa / Bukan Istri Pilihan Suamiku / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Bukan Istri Pilihan Suamiku : Chapter 231 - Chapter 240

264 Chapters

Bab 231

Fatan menggenggam tangan istrinya dengan sebelah tangannya. Ia mulai mencoba untuk menerobos gawang pertahanan istrinya. Apa yang sudah dipelajarinya, kini mulai diterapkannya. Awalnya hanya mendorong sedikit demi sedikit sambil menatap mata Nara. Disaat Nara mulai lengah, ia mendorong dengan kuat. Suara jeritan serta air mata istrinya, pertanda bahwa dirinya sudah berhasil menjadi suami sesuatunya. "Abang sakit Nara menangis menahan rasa sakit yang tidak pernah terbayangkan olehnya."Tahan ya sayang, sakitnya cuma sebentar." Fatan mengusap air mata dan mencium bibir bibir istrinya."Sok tahu." Nara menangis menahan rasa sakitnya. Meskipun dia selalu mendengarkan orang mengatakan sakit hanya sebentar, namun ia ragu saat merasakan sakit yang luar biasa seperti ini. "Kata yang sudah berpengalaman kayak gitu." Fatan menatap mata istrinya yang sedang berlinang air mata. Ia tersenyum dan mengusap air mata yang membasahi pipi Nara. Setelah rasa sakit berangsur berkurang dan tangisnya mula
last updateLast Updated : 2023-04-01
Read more

Bab 232

Hana menggelengkan kepalanya"Kenapa nggak mau?" tanya Daffin"Baru saja kemarin dari dokter, masa sekarang sudah ke dokter lagi. Nanti kalau kita dokter, pasti dokter akan berkata, hamil besar memang seperti ini mak Hana, apa lagi kalau sudah dekat dengan jadwal persalinan." Hana berkata seperti apa yang selama ini dijawab oleh dokter spesialis kandungannya. Hana sudah sangat hafal dengan jawaban dari dokter spesialis kandungannya.Daffin menarik nafas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Apa yang dikatakan oleh istrinya, memang benar. Biasanya dokter akan memberi jawaban seperti yang diucapkan Hana. Tentunya setelah memeriksa kondisi kehamilan istri tercintanya."Anak-anak Daddy, sehat-sehat ya disini. Sebentar lagi, kita akan bertemu dan berkumpul. Papi sudah tidak sabar ingin memeluk kalian, mendengar suara kalian." Daffin mengusap perut Hana dan menciumnya dengan penuh kasih sayang."Hana tersenyum memandang wajah suaminya. "Abang, jangan jauh-jauh dari Ha
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Bab 233

Susi memandang nasi yang ada di dalam piringnya. Meskipun perutnya terasa perih, namun tetap saja tidak berselera untuk menyentuh nasi putih dengan menu tempe goreng dan sayur bening. "Aku sangat bosan makan seperti ini. Setiap hari menunya seperti ini selalu," batinnya. "Sudah beberapa bulan ini, kenapa adik, kamu tidak pernah nganterin lagi makanan ke sini?" tanya seorang narapidana yang sedang menyuapkan nasi kedalam mulutnya. Berliana hanya diam tanpa menjawab. Dimasukkannya nasi ke dalam mulutnya dan langsung menelan begitu saja. Setelah Hana tidak pernah lagi mengantarkan makanan-makanan enak untuknya, ia murni memakan makanan dari jatah tahanan saja. Meskipun sudah berbulan-bulan berada di sini, namun tetap saja lidahnya belum bisa menerima rasa makanan jatah dari tahanan. Terkadang, ia makan hanya untuk mengisi lambungnya saja. Susi memandang wajah narapidana yang sedang berbicara tersebut. Telinganya panas ketika orang itu menanyakan tentang anak tiri yang sudah menjebloska
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

Bab 234

Daffin masuk ke dalam kamar, dilihatnya Hana yang sedang berbaring miring ke arah dinding sambil memijat tulang punggung bagian belakang. Melihat gerak tangan sang istri, ia tahu bahwa wanita berperut besar itu sedang merasa sakit. Tanpa bertanya, pria itu duduk di belakang punggung dan mulai memijit istrinya.Hana memandang ke belakang dan tersenyum ketika melihat Daffin yang ternyata sudah duduk di belakangnya "Kok nggak kedengaran sih suaranya.""Tadi masuknya memang pelan-pelan kirain lagi tidur, takut ganggu. Sakit ya dek, pinggangnya?" Daffin berkata sambil mencium pipi istrinya."Iya, sejak tadi bangun tidur, pinggang Hana sakit sekali. Hana kasihan lihat mama yang sejak tadi pijat pinggang Hana." Hana teringat mama mertuanya yang tidak ada henti-hentinya melepaskan tangan dari pinggang bagian belakang, panggul dan kakinya. Wanita itu begitu sangat sabar menemaninya. "Sabar ya sayang, sebentar lagi anak kita akan lahir." Meskipun hanya tinggal menunggu hari, namun mengapa tera
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more

Bab 235

Surya duduk dengan gelisah. Berulang kali pria itu menempelkan telinganya di daun pintu dan berharap bisa mendengarkan suara tangis kedua cucunya. Namun lagi-lagi ia harus kecewa dan pada akhirnya kembali duduk di kursi yang berada di depan ruang persalinan. "Pa gimana kabar Hana?" Nara bertanya sambil mengatur napasnya yang masih ngos-ngosan."Papa belum tahu," jawab Surya. "Apa dokter atau perawat belum ada yang keluar dari ruangan untuk kita tanyain?" Mengetahui sahabatnya menjalin persalinan hari ini, membuat dirinya panik. Nara takut ada sesuatu yang buruk terjadi dengan kandungan sahabatnya. Surya menggelengkan kepalanya"Apa Hana tidak jadi Cesar pa?" Seharusnya ia berada di depan ruangan operasi bukan ruangan persalinan. "Papa nggak tahu, tadi papa lagi di kantor terus mama nelpon kata Mama, papa langsung ke rumah sakit karena Hana mau melahirkan. Jadi belum sempat banyak tanya." Surya berkata dengan raut wajah cemas. Nara diam mendengar ucapan dari papa mertua sahabatny
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more

Bab 236

Bab 222"Kak Nara, apa kak Hana sudah lahiran?" Cinta bertanya dengan napas ngos-ngosan. Gadis itu kemudian duduk di samping Nara. Nara menggelengkan kepalanya. "Belum ya?" Melihat gelengan kepala Nara, Cinta mengambil kesimpulan."Gak tahu maksudnya, sejak tadi belum ada perawat atau dokter yang keluar." Nara menjelaskan."Sudah berapa jam, pa?" Cinta memandang Surya."Sudah 3 jam." Surya berkata dengan sangat pelan, namun bisa didengar jelas oleh Cinta dan Nara."Apa, sudah tiga jam pa? Perawat atau dokter belum juga ada yang keluar?" Cinta berkata dengan mata yang terbelalak besar. Kehadiran gadis itu bukan untuk menenangkan hatinya, namun semakin membuat ia pusin dan cemas. "Bagaimana mana ini, apa papa harus ketuk pintu." Surya panik dan beranjak dari duduknya. "Papa jangan, kita tidak tahu seperti apa kondisi Hana. Bila papa berbuat seperti itu, yang ada menganggu pekerjaan dokter." Nara dengan cepat menarik tangan Surya dan memaksa pria itu untuk kembali duduk. Ia berharap
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

Bab 237

Hana sudah berada di dalam ruangan perawatannya. Meskipun tubuhnya terasa amat lelah, namun hatinya sangat senang ketika melihat kedua anaknya yang saat ini sedang tertidur di sampingnya. "Kak Hana, kalau ngantuk tidur aja, Cinta yang bakal jagain si kembar." Cinta tersenyum dan mengambil satu bayi yang memakai bedong berwarna pink dengan sangat hati-hati. Gadis berwajah cantik itu sudah pandai mengambil bayi dan menggendongnya. Hal ini yang membuatnya menjadi candu dan ingin selalu mengendong bayi tersebut. "Iya kalau kamu capek istirahat, biar aku yang jagain si kembar." Nara tersenyum dan mengambil satu bayi yang memakai bedong berwarna biru."Iya sih ngantuk, tapi belum mau tidur. Soalnya masih pengen lihat si kembar," jawab Hana . Tatapan matanya terus saja memandang wajah cantik dan juga tampan kedua bayi kembarnya. "Enak ya kak kalau dua gini jadi kita nggak perlu rebutan. Kak Nara ayo semangat biar bisa punya seperti ini." Cinta tersenyum memandang Nara. Gadis itu memajukan
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

Bab 238

Karin masuk kedalam kamar rawat Hana sambil menggandeng tangan Rafasya. Ia tersenyum ramah menyapa Mita dan bertegur sapa terlebih dahulu dengan Daffin dan Surya. Setelah sedikit Berbasa-basi barulah wanita itu bergabung dengan Hana. "Hana selamat ya, aku terkejut ketika Abang Rafa mengatakan kalau kamu sudah lahiran. Padahal tanggal Cesar belum ya. Begitu aku pulang dari syuting, aku langsung mengajak Abang Rafa ke sini. Aku sudah tidak sabar ingin berkenalan dengan si kembar. Lihat ini pakaianku saja belum sempat aku ganti. "Karin berbicara dengan penuh semangat. Anak-anak nggak sabar nunggu jadwal Caesar kak," jawab Hana sambil tersenyum.Karin tertawa ketika mendengar jawaban dari Hana. Dipandangnya kedua bayi yang saat ini ada di tangan Cinta dan juga Nara. "Aku ingin mencoba memegang salah satunya. Yang ini, yang pakai bedong biru." Wanita itu meminta bayi yang di tangan Nara.Nada memberikan bayi itu dengan tersenyum."Tampan sekali ini laki-laki ya?" Tanya Karin. "Iya kak,
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

Bab 239

"Menegur nggak mau, tapi tiba orang mau pergi beli minuman nitip. Dasar sombong dan gak tahu malu, gak berakhlak juga. Sejak tadi Cinta duduk di sana, jangankan diajak bicara, ditegur juga gak." Hana mengomel di dalam hati. Ia sangat tidak suka melihat sikap Karin yang sombong dan memilih-milih teman. Hana sudah kesal melihat Karin, sejak acara pertunangan Nara. "Iya kak," jawab Cinta yang kemudian beranjak dari duduknya."Cinta mau ke mana?" tanya Mita."Mau beli jus di bawah ma, apa Mama, papa, bang Daffin, bang Fatan ada yang mau?" tanya Cinta.Rafasya kesal karena Cinta tidak menyebut namanya. Gadis itu seperti sengaja melakukan hal ini agar membuatnya malu. "Nggak, ini sudah minum kopi," jawab Daffin."Mama sama papa juga nggak, nih sudah minum kopi," jawab Mita.Cinta hanya tersenyum tanpa menegur Rafasya. Ia tahu, bahwa pria itu tidak akan menjawab bila ditanya. "Bang Fatan mau apa?" Cinta bertanya dengan tersenyum. "Samakan sama Nara aja," jawab pria yang sedang dimabuk
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

Bab 240

"Apa kamu yakin ingin menikah dengan ku?" Kalimat pertama yang keluar dari mulut laki-laki tersebut.Cinta diam tanpa mampu menjawab pertanyaan yang langsung pada inti tujuan, yang ingin dipertanyakan oleh Rafasya."Kenapa kamu diam? Aku heran melihat kamu. Apa yang sudah kamu lakukan, hingga dengan mudahnya, kamu mendapatkan hati semua orang. Bahkan kedua orang tuaku, yang begitu sangat sulit untuk didekati, dengan begitu mudahnya takluk kau buat." Rafasya memandang Cinta dengan senyum mengejek. Pertanyaan yang diberikan Rafasya tidak bisa dijawabnya. Selama ini, ia tidak melakukan apapun dan semua itu terjadi dengan sendirinya. Cinta bukan jenis orang yang memang sengaja mencari simpati dari orang lain. "Apa hanya bermodal kasihan saja, makanya mereka seperti itu kepadamu?" Pria itu bertanya sendiri dan menjawab sendiri. Sedangkan gadis yang duduk di depannya hanya diam sambil menundukkan kepalanya.Dadanya terasa sakit dan panas. Perkataan pria itu, bagaikan pisau karter yang me
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more
PREV
1
...
222324252627
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status