“Tapi luka ini seperti bekas pukulan, Ibu berantem sama suami?“ tanyaku langsung.“Ah, enggak ... mana mungkin, Suamiku orangnya baik kok,” ujarnya dengan memaksakan tersenyum.“Ayo, aku sudah siap ini. Kali ini kita hanya empat orang, soalnya yang lain ada kegiatan. Tapi ada nitip buah tangan untuk Mbak Yanti,” ujarnya lagi.Aku mengangguk, bangkit. Aku pura-pura percaya dengan apa yang dia ucapkan barusan. Bila memang dia sedang menutupi perbuatan jelek suaminya, aku tidak akan tinggal diam. Tentu saja membuat perhitungan dengan lelaki yang tega menyakiti Bu Ratna. Entah nanti dengan cara apa aku membalasnya.Aku keluar, terlihat mbek Reni, mbak Dwi, dan Mbak Padma berjalan ke arahku dengan ada yang membawa buah parcel dan bingkisan apa yang aku tidak tahu.Aku sedikit lega, saat mendengar hanya 4 orang saja yang ke rumah sakit, setidaknya nanti pulangnya bisa sekalian membawa emak dan Bapak untuk ikut pulang, aku ingin membicarakan lamaran ini ke mereka.Setelah mengumpul masuk, ak
Baca selengkapnya