“Mau ke mall, Pak. Beli emas kuningan. Nanti Pram mau ke sini minta emas Ibunya yang masih aku simpan, rencananya nanti aku tukar dengan emas kuningan,” jelasku pelan.“Kok begitu?“ Bapak menatapku dengan kening berkerut. Seakan protes dengan rencanaku.“Kasihan Bu Leni, Pak. Beliau sekarang badannya tidak terurus. Mungkin nanti perhiasan ini bisa digunakan pas beliau sangat membutuhkan nantinya.“Bapak manggut-manggut. “Emang emasnya mau dibuat apa sama Pram?““Katanya mau bayar utang sih, Pak.““Utang? Ck, ck, ck. Lelaki itu, untung kamu sudah pisah, Sherly.““Ehm, iya, Pak. Doain Sherly ya, Pak. Semoga nanti Abang Zen memang jodoh Sherly dunia akhirat,” lirihku pelan.“Tidak perlu meminta, pasti akan Bapak doakan sepanjang waktu, Sherly.“Aku tersenyum. Melangkah mendekat merengkuh memeluk bapak. Terimakasih ya Allah.Aku melepaskan pelukan saat teringat waktu tidak banyak lagi,” Pak Sherly pamit dulu, ya, Pak. Takut enggak keburu waktunya.“ Aku meraih tangan Bapak dan mencium pung
Read more