All Chapters of Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami : Chapter 141 - Chapter 150

195 Chapters

Bab 141. Ke hotel

POV Sherly.Aku mematut diri di cermin dengan disaksikan oleh Tante Yanti. Melennggokkan badan ke kanan-kiri. Aku melihat Tante melalui pantulan cermin, nampak daritadi senyumannya tidak luntur sama sekali. Gaun berwarna putih tulang terpasang di badanku, aksen mutiara melengkapi keindahan detail gaun. Kedua lengan gaun sangat pas dengan ukuran lenganku, dari pinggang ke bawah sangat lebar dan memanjang. Aku disuruh untuk berjalan melewati altar yang sudah tersedia di dalam gedung butik khusus gaun wedding. Aku baru pertama kali melangkah di gedung ini, sepertinya gedung ini tidak terlihat sebelum mengenal Tante. Apa karena kemewahan gedung ini membuatku tutup mata. Para karyawan di sini pada memujiku, katanya aku sangat cantik dan cocok memakai gaun yang dikenakan sekarang. Kami memilih gaun yang ready stok, karena untuk memesan dan membuat kusus sesuai desain sendiri itu tidak ada waktu. Karena waktu sudah sangat mepet, jadi kami disuruh memilih gaun yang sudah tersedia di sini.
Read more

Bab 142. Gaun pengantin

Aku melangkah kecil ke parkiran, hotel yang dituju adalah hotel bintang empat se-Jakarta. Di mana hotel itu yang dipilih Tante untuk pernikahan kami nantinya. Rencana pernikahan yang sederhana ternyata hanya sebatas wacana. Aku tidak tahu lagi, seperti apa pernikahanku nanti, tapi pastinya sangat mewah. “Setelah ke hotel kita langsung ke butik satunya ya, kalau di sana tidak terbatas waktunya, paling mepet 2 Minggu sebelum hari H.““Mau ngapain, Tante?““Milih kain, setelah itu nanti jemput Mbak Lastri dan pak Yanto ya, Tante tunggu di sana buat ukur badan,” suruhnya.Aku mengangguk lagi.Mobil yang aku kendarai sudah sampai di depan lobby hotel, para penjaga pun mengambil alih meminta kunci mobil untuk memarkirkan. Sementara aku dan Tante diajak langsung masuk ke resepsionis. Tante menunjukkan layar ponselnya yang langsung disambut pelayan hotel dengan sangat ramah. Pelayan itu langsung mengajak kami di sebuah ruangan. Kami duduk di sofa dengan meja kaca dan Pelayan itu mulai membu
Read more

Bab 143. Persiapan

“Sherly, kalau ijabnya sekalian di gedung ini gak papa kan?“ tanyanya menoleh ke arahku. Aku bengong sejenak.“Soalnya rumah Tante ataupun ruko yang kamu tinggali sepertinya tidak muat untuk 300-an, Sherly.““Iya, enggak papa, Tante. Enaknya saja bagaimana,” jawabku kemudian, memang benar apa yang diucapkan Tante. Kayaknya lucu juga ya nikah di dalam Ruko.“Baiklah.““Mbak, nanti saya minta yang sebelah sini digelar karpet saja ya, saya pengen akad nanti lesehan saja. Hanya ada meja kecil buat pengantin. Jadi setelah acara akad selesai, baru dekorasinya diubah setelahnya, jadi dua konsep gitu, bisa?“ tanya Tante ke Mbaknya.“Bisa banget, Ibu. Kebetulan paket yang ibu pilih adalah termasuk VVIP, jadi kita yang menyesuaikan keinginan pelanggan sepuasnya. Owh ya satu lagi ... kami menyediakan perawatan selama satu Minggu sebelum pernikahan untuk pengantin kedua mempelai. Juga ada fasilitas menginap di hotel selama 10 hari, 1 Minggu sebelum hari H dan 3 harinya setelah hari H. Jadi ada 4
Read more

Bab 144. Siapa lelaki itu?

“Baik. Saya ijin undur diri dulu ya, Bu, Kakak. Terima kasih sudah memilih kami untuk acara hari besar nanti.“Kami manggut-manggut, tersenyum ke arahnya. Menatap siluet tubuhnya yang meliuk-liuk, melewati ballroom yang sebentar lagi akan menjadi saksi pernikahanku yang kedua nanti.“Kamu ada rekomendasi, Sherly untuk photographernya?“ tanya Tante menoleh ke arahku.“Belum ada, Tante. Nanti Sherly nyari ke IG.““Baik. Kalau MUA Tante sudah pesankan. Di Khadijah Az-zahra yang dari Jawa timur itu. Kebetulan hari H nanti kosong jadi bisa.“Aku sedikit familiar mendengar MUA itu disebutkan, tapi di mana? Lantas aku segera membuka ponsel untuk menjawab penasaranku ini, lalu mengetik pencarian nama MUA yang disebutkan Tante barusan. Jangan sampai salah MUA. Bisa jadi kan Tante salah milih, ya kan. Kalau sampai iya, aku akan membawa MUA sendiri sebagai cadangan kalau kecewa hasilnya nanti.Pencarianku ketemu, lagi aku dibuat takjub oleh Tante. Aku terus mengusap layar melihat akun MUA, melih
Read more

Bab 145. Terinspirasi

Sesampainya Ruko, aku segera turun dari mobil dan tidak lupa menguncinya. Segara aku masuk membuka pintu ruko yang tidak dikunci. “Assalamualaikum, Emak.““Bapak!“Sapaku sedikit berteriak sembari masuk. Pandanganku mengintari ke ruangan, mencari emak, bapak yang tidak kunjung keluar.Aku segera ke kamar mandi untuk berwudhu sembari menunggu mereka.“Walaikum salam, Nak Sherly sudah pulang?“ sambut Emak yang datang dari arah belakang, dan menghampiriku. Aku lekas mencium Takdzim punggung tangannya.“Iya, Mak. Mak lekas bersiap, ya. Nanti Emak dan Bapak mau Sherly ajak pergi setelah salat ashar.““Mau ke mana?““Kata Tante mau ngukur badan, bikin seragam yang senada dengan Tante.““Duh, Mbak Yanti itu selalu begitu, emak malu lama-lama kalau dibantu terus.““Ya mau bagaimana lagi, Mak. Soalnya Tante sudah menganggap kita sebagai keluarganya. Jadi ya gitu, enggak perhitungan sama kita, Mak.““Pokoknya kita harus ingat kebaikan mbak Yanti, Nak. Balas kalau kita dimampukan, apapun yang d
Read more

Bab 146. Sebar undangan

Tidak lama pesanan datang, kami segera menyantap makanan yang sudah dipilihkan Tante; udang saos tiram, kepiting juga cumi-cumi goreng dan tumis kangkung. Sedikit aku memejamkan mata, menikmati setiap rasa melalui indera pengecap. Semua bahan yang dipilih memang kualitas bagus juga bersih, terlihat dari ukurannya yang besar-besar, hanya saja untuk rasa aku kurang menyukainya. Kurang mantap kalau orang Jawa bilang.Sepertinya emak bisa memasak lebih enak dari ini. Wah jadi tidak sabar bikin konsepnya.Seusai makan, kami pun salat magrib bergantian di mushola yang tersedia di restoran ini. “Mak, doain Sherly ya, Mak. Biar rejeki Sherly mengalir deras, hingga bisa membuat warung makan Segede ini,” ujarku ke emak sembari menunggu Tante dan Bapak shalat.“Amin, pasti itu, gak perlu diminta pun, Emak pasti mendoakan kebaikan untukmu, Nak.““Makasih ya, Mak. Sherly yakin Mak, kalau sudah buka pasti rame, Mak. Masakan Emak kan enak.“Mak menoleh tersenyum ke arahku, aku pun langsung bersend
Read more

Bab 147. Ke rumah sakit

Pagi buta aku sudah dibangunkan Emak. Jam setengah 4 pagi. Emak memintaku untuk membantu memasak. Katanya ingin membawakan bekal makanan untuk bapak agar tidak kelaparan di perjalanan nanti. Aku mengangguk mengiyakan, sedikit mengerti dengan selera bapak yang kurang suka jajan kecuali sungkan karena diajak. Katanya lebih enak masakan emak. Pipi Emak pun langsung merona merah kala itu. Aku sedikit iri dengan rumah tangga Emak. Sepertinya tidak ada konflik tapi selalu hangat. Apa mungkin karena Bapak lebih rela memilih emak daripada nongkrong dengan para teman-temannya? Aku sering lihat Emak gak pernah ngeluh kesepian, juga selalu cerewet di depan bapak. Bapak pun lebih mengutamakan pendapat Emak dan mendahulukan emak. Mereka terlihat kompak. Semoga saja rumah tanggaku nanti bisa seharmonis orang tuaku. Amin. Aku pun segera bangkit dan beranjak ke dapur. Membantu mengupas bawang dan teman-temannya. Sementara Emak tengah sibuk merebus ayam yang masih membeku.Tidak terasa, suara adzan
Read more

Bab 148. Tes DNA sudah keluar

“Atas Nama Pramudya Enggar Sutomo!“ seru suster dari dalam ruangan setelah sekian menit penantian.“Ya!“ Aku menjawabnya dengan sedikit seru lalu bangkit berdiri dan menghampirinya.“Hasil tes sudah keluar, silakan urus administrasi ke ruangan sana! Nanti struknya bawa ke sini lagi!“ suruh Suster itu sembari tangannya menunjuk ke sebuah lorong dan menyodorkan beberapa lembar yang aku tidak begitu paham isinya. Terlalu banyak rangakaian kata yang aku tidak mengerti dan sulit dipahami untuk orang awam sepertiku.“Baik, Sus.“ Aku menerima kertas itu dan berjalan melewati lorong, tidak sampai jauh aku sudah sampai tujuan. Aku lekas menyodorkan kertas ini ke loket yang kebetulan masih kosong.Aku masih berdiri menatap perawat laki-laki yang sibuk membuka kertas yang barusan aku sodorkan. Lalu perawat itu duduk dan mulai mengeprint. Tidak lama perawat itu berdiri lagi, dan kini menyodorkan kertas baru. “Total administrasi 10 juta 5 ratus ribu rupiah ya, Kak.“Aku meneguk ludah sesaat saat
Read more

Bab 149. By Ratna lebam lagi

Aku menghela napas panjang lalu mengeluarkan perlahan. Emang dari dulu harus banyak sabar menghadapinya dan tentu saja, tidak perlu mendengar ocehannya.Segera, aku pun lekas berbalik dan meninggalkan rumah Clara, datang enggak datang, sudah bukan urusanku lagi. Monggo kerso.“Aku akan pastikan datang dan lihat suami bangkotanmu itu!“ teriak Clara menggebu-gebu.Aku hanya mengedikkan bahu dan tetap melanjutkan langkahku ke mobil. Setelah ini masih ada jadwal ke beberapa tempat untuk memberikan undangan. Ke rumah Bu Ratna salah satunya.Kuurungkan niat yang hendak naik mobil, rumah Bu Ratna tidaklah terlalu jauh, sepertinya jalan kaki juga tidak memakan waktu banyak juga tidak akan begitu capek. Akupun mengunci kembali mobilnya dan mulai melangkah maju menuju rumahnya Bu Ratna.Sekian menit jalanan sudah aku tapaki, kini aku sudah berdiri di depan pintu rumahnya Bu Ratna. Aku melongok sebentar ke rumahnya Bu Ani, Bu Reni, dan juga Bu Ratih yang masih ke tutup pintunya. Sudah lama t
Read more

Bab 150. Bertemu Clara

“Bu, ada masalah apa?“ tanyaku kemudian.“Enggak ada, Sherly. Badan Ibu lagi kurang enak saja. Paling besok juga lekas membaik. Sudah! Jangan terlalu dipikirkan!““Tapi, Bu ...““Benar. Owh ya, undangan untuk Bu Reni dan kawan-kawan mana? Sudah dikasih?“Aku menggeleng. Bu Ratna selalu mengalihkan arah pembicaraan saat aku menanyai kondisinya..“Mana? Sini titipkan ke Ibu saja. Biar Ibu sekalian bisa main ke rumah mereka!“ ujar Tante sembari memberikan tangannya. Aku mengangguk lalu mengambilkan beberapa undangan khusus kampung ini dan memberikan ke Bu Ratna.“Enggak merepotkan, Bu Ratna?““Enggaklah, sudah jangan sungkan.““Terima kasih, ya, Bu.““Iya, owh, ya. Tante mau pergi habis ini, kamu sudah kasih undangan ke Mbak Leni?““Belum, tadi baru dari Clara.““Ya sudah, sana. Nanti keburu sore, langsung ke tempatnya Mbak Leni,” ujar Bu Ratna. Aku langsung bangkit berdiri, Bu Ratna mau pergi, itu artinya aku harus segera pamit agar tidak menggangu waktunya. Mungkin kapan lagi main k
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status