Dadaku bergemuruh dan napasku naik turun, ada yang sesak di sini. tanganku seketika mengepal. Inginku layangkan di pipinya.“Clara!“ desisku dengan menekan suara.Clara mendongak menatapku. “Siapa?““Hah?““Kamu sedang berkirim pesan dengan siapa?“ tanyaku mendekat. Andaikan aku sedang tidak menggendong Amira. Sudah kurebut ponsel di tangannya sedari tadi.“Apa sih, Mas. Biasa saja kali ngomongnya, kayak di hutan saja, teriak-teriak,” sungutnya dengan pasang muka ditekuk sembari tangannya menyembunyikan ponselnya di balik badannya.Hilang sudah kesabaranku, aku segera menaruh Amira ke ranjang. Tidak kupedulikan lagi mau nangis atau terbangun. Aku harus tahu isi ponsel itu yang membuat Clara tertawa seorang diri.“Sini kasih lihat!“ Aku segera melayangkan tubuh agar lebih dekat dan bisa mengambil ponsel itu. “Mas, aku ini cuma pengagum BTS, tidak ada cowok lain selain Mas Pram,” jawab Clara menghindar.“BTS?“ Aku sungguh tidak paham apa singkatan apa itu.Aku menarik tubuhku, menguru
“Assalamualaikum, Pak.“ Sapaku ke atasanku yang sudah datang lebih awal dan tengah sibuk membereskan barang.“Walaikum salam, cepat pakai celemek yang ada di dalam, segera bantu bapak setelah ini. Besok kalau datang usahakan lebih pagi, ya!“ suruhnya tanpa menatapku dan masih melanjutkan pekerjaannya.Aku mengangguk, menuruti instruksinya. Aku melangkah masuk ke meja yang terletak di dalam toko, segera aku menyimpan tas ini ke gantungan dinding di antara tempelan beberapa kertas yang sudah terisi coret-coretan.Aku pun meraih celemek yang menggantung, hanya itu yang terlihat. Celemek itu sepertinya sudah bekas pakai, karena terlihat banyak tepung menempel.“Ngapain aja sih di dalam? Ngambil celemek saja sampai satu jam!“ teriak pemilik toko itu. Aku meneguk ludahnya mendengar suaranya. Baru pertama kali aku sudah tidak dibuat nyaman olehnya, bagaimana caranya aku bisa menjalani tiga tahun penuh? Padahal aku yakin aku menaruh tas ini paling tidak sampai 10 menit, tapi langsung diprote
POV Sherly.Aku mematut diri di cermin dengan disaksikan oleh Tante Yanti. Melennggokkan badan ke kanan-kiri. Aku melihat Tante melalui pantulan cermin, nampak daritadi senyumannya tidak luntur sama sekali. Gaun berwarna putih tulang terpasang di badanku, aksen mutiara melengkapi keindahan detail gaun. Kedua lengan gaun sangat pas dengan ukuran lenganku, dari pinggang ke bawah sangat lebar dan memanjang. Aku disuruh untuk berjalan melewati altar yang sudah tersedia di dalam gedung butik khusus gaun wedding. Aku baru pertama kali melangkah di gedung ini, sepertinya gedung ini tidak terlihat sebelum mengenal Tante. Apa karena kemewahan gedung ini membuatku tutup mata. Para karyawan di sini pada memujiku, katanya aku sangat cantik dan cocok memakai gaun yang dikenakan sekarang. Kami memilih gaun yang ready stok, karena untuk memesan dan membuat kusus sesuai desain sendiri itu tidak ada waktu. Karena waktu sudah sangat mepet, jadi kami disuruh memilih gaun yang sudah tersedia di sini.
Aku melangkah kecil ke parkiran, hotel yang dituju adalah hotel bintang empat se-Jakarta. Di mana hotel itu yang dipilih Tante untuk pernikahan kami nantinya. Rencana pernikahan yang sederhana ternyata hanya sebatas wacana. Aku tidak tahu lagi, seperti apa pernikahanku nanti, tapi pastinya sangat mewah. “Setelah ke hotel kita langsung ke butik satunya ya, kalau di sana tidak terbatas waktunya, paling mepet 2 Minggu sebelum hari H.““Mau ngapain, Tante?““Milih kain, setelah itu nanti jemput Mbak Lastri dan pak Yanto ya, Tante tunggu di sana buat ukur badan,” suruhnya.Aku mengangguk lagi.Mobil yang aku kendarai sudah sampai di depan lobby hotel, para penjaga pun mengambil alih meminta kunci mobil untuk memarkirkan. Sementara aku dan Tante diajak langsung masuk ke resepsionis. Tante menunjukkan layar ponselnya yang langsung disambut pelayan hotel dengan sangat ramah. Pelayan itu langsung mengajak kami di sebuah ruangan. Kami duduk di sofa dengan meja kaca dan Pelayan itu mulai membu
“Sherly, kalau ijabnya sekalian di gedung ini gak papa kan?“ tanyanya menoleh ke arahku. Aku bengong sejenak.“Soalnya rumah Tante ataupun ruko yang kamu tinggali sepertinya tidak muat untuk 300-an, Sherly.““Iya, enggak papa, Tante. Enaknya saja bagaimana,” jawabku kemudian, memang benar apa yang diucapkan Tante. Kayaknya lucu juga ya nikah di dalam Ruko.“Baiklah.““Mbak, nanti saya minta yang sebelah sini digelar karpet saja ya, saya pengen akad nanti lesehan saja. Hanya ada meja kecil buat pengantin. Jadi setelah acara akad selesai, baru dekorasinya diubah setelahnya, jadi dua konsep gitu, bisa?“ tanya Tante ke Mbaknya.“Bisa banget, Ibu. Kebetulan paket yang ibu pilih adalah termasuk VVIP, jadi kita yang menyesuaikan keinginan pelanggan sepuasnya. Owh ya satu lagi ... kami menyediakan perawatan selama satu Minggu sebelum pernikahan untuk pengantin kedua mempelai. Juga ada fasilitas menginap di hotel selama 10 hari, 1 Minggu sebelum hari H dan 3 harinya setelah hari H. Jadi ada 4
“Baik. Saya ijin undur diri dulu ya, Bu, Kakak. Terima kasih sudah memilih kami untuk acara hari besar nanti.“Kami manggut-manggut, tersenyum ke arahnya. Menatap siluet tubuhnya yang meliuk-liuk, melewati ballroom yang sebentar lagi akan menjadi saksi pernikahanku yang kedua nanti.“Kamu ada rekomendasi, Sherly untuk photographernya?“ tanya Tante menoleh ke arahku.“Belum ada, Tante. Nanti Sherly nyari ke IG.““Baik. Kalau MUA Tante sudah pesankan. Di Khadijah Az-zahra yang dari Jawa timur itu. Kebetulan hari H nanti kosong jadi bisa.“Aku sedikit familiar mendengar MUA itu disebutkan, tapi di mana? Lantas aku segera membuka ponsel untuk menjawab penasaranku ini, lalu mengetik pencarian nama MUA yang disebutkan Tante barusan. Jangan sampai salah MUA. Bisa jadi kan Tante salah milih, ya kan. Kalau sampai iya, aku akan membawa MUA sendiri sebagai cadangan kalau kecewa hasilnya nanti.Pencarianku ketemu, lagi aku dibuat takjub oleh Tante. Aku terus mengusap layar melihat akun MUA, melih
Sesampainya Ruko, aku segera turun dari mobil dan tidak lupa menguncinya. Segara aku masuk membuka pintu ruko yang tidak dikunci. “Assalamualaikum, Emak.““Bapak!“Sapaku sedikit berteriak sembari masuk. Pandanganku mengintari ke ruangan, mencari emak, bapak yang tidak kunjung keluar.Aku segera ke kamar mandi untuk berwudhu sembari menunggu mereka.“Walaikum salam, Nak Sherly sudah pulang?“ sambut Emak yang datang dari arah belakang, dan menghampiriku. Aku lekas mencium Takdzim punggung tangannya.“Iya, Mak. Mak lekas bersiap, ya. Nanti Emak dan Bapak mau Sherly ajak pergi setelah salat ashar.““Mau ke mana?““Kata Tante mau ngukur badan, bikin seragam yang senada dengan Tante.““Duh, Mbak Yanti itu selalu begitu, emak malu lama-lama kalau dibantu terus.““Ya mau bagaimana lagi, Mak. Soalnya Tante sudah menganggap kita sebagai keluarganya. Jadi ya gitu, enggak perhitungan sama kita, Mak.““Pokoknya kita harus ingat kebaikan mbak Yanti, Nak. Balas kalau kita dimampukan, apapun yang d
Tidak lama pesanan datang, kami segera menyantap makanan yang sudah dipilihkan Tante; udang saos tiram, kepiting juga cumi-cumi goreng dan tumis kangkung. Sedikit aku memejamkan mata, menikmati setiap rasa melalui indera pengecap. Semua bahan yang dipilih memang kualitas bagus juga bersih, terlihat dari ukurannya yang besar-besar, hanya saja untuk rasa aku kurang menyukainya. Kurang mantap kalau orang Jawa bilang.Sepertinya emak bisa memasak lebih enak dari ini. Wah jadi tidak sabar bikin konsepnya.Seusai makan, kami pun salat magrib bergantian di mushola yang tersedia di restoran ini. “Mak, doain Sherly ya, Mak. Biar rejeki Sherly mengalir deras, hingga bisa membuat warung makan Segede ini,” ujarku ke emak sembari menunggu Tante dan Bapak shalat.“Amin, pasti itu, gak perlu diminta pun, Emak pasti mendoakan kebaikan untukmu, Nak.““Makasih ya, Mak. Sherly yakin Mak, kalau sudah buka pasti rame, Mak. Masakan Emak kan enak.“Mak menoleh tersenyum ke arahku, aku pun langsung bersend