Kembali aku meluruskan pinggang duduk sendirian di food court menyantap makanan tanpa selera.[Alya! Kamu di mana? Cepat pulang!]Ya Allah, Tante Anin ternyata masih setia menunggu dibukakan pintu. Aneh, katanya sakit kok masih bisa kelayapan.[Kami tidak pulang ke rumah itu lagi, Tan. Kami sudah pindah. Bye-bye Tante Anin.] Sent. Read.Terlihat Tante Anin sedang mengetik, tapi aku tidak kalah cepat segera kuklik tombol blokir.Aku bisa bayangkan bagaimana kesalnya Tante Anin. Dia pasti akan terus berteriak tidak jelas di depan rumahku.“Ini Nind, pesanan kamu semuanya habis 4 juta rupiah,” kataku seraya memberikan 5 buah paper bag berisi keperluan Nindi.“Makasih, Al. Nanti aku tranfser setelah aku keluar dari rumah sakit sekalian dengan biaya perawatanku di sini.”“Bergaya! Memang kamu punya duit?” sindirku.“Punyalah, Al. Kan, tadi kamu udah tahu sendiri saldo tabunganku.”“Untuk kamu saja, Nin. Maaf aku tidak mau.”“Oke, aku tahu kamu tidak mau makan uang dari hasil pekerjaanku.
Read more