"Udah enakan manggil 'Pak'. Khawatir jika aku membiasakan dengan nama, takutnya keceplosan saat sedang di kampus." Belaku. Lelaki itu hanya nyengir. Sesaat kemudian hanya deru mobil yang terdengar. Sedangkan kami, sibuk dengan hati masing-masing. "Kakak sudah punya calon? Maaf kalau pertanyaanku membuat Kakak gak nyaman," ucapnya. Perkataannya membuatku tersentak. Mengapa harus pertanyaan itu yang ke luar. Belum sempat kujawab, kami sudah sampai tempat tujuan. Pak Aidil berhenti tepat di depan rumah Farah. "Aku membuka pintu mobil lalu turun. " Terima kasih, Pak. Maaf merepotkan," ucapku dengan telapak tangan menyatu terangkat ke dada. "Iya, Kak," ucapnya dengan wajah canggng. "Oh, iya, motor Kakak nanti akan kukabari kalau udah selesai." Lanjutnya lagi. "Iya, Pak. Ya sudah, Zana masuk dulu, ya," ucapku dengan senyum, berusaha seramah mungkin. Lelaki itu membalas hal serupa. Aku membuka gerbang rumah Farah setelah mobil Pak Aidil menghilang dari pandangan. Melangkahkan kaki un
Read more