Share

Part 85. Harapan Terbesar

Kuusap lembut bulir yang mengalir di sudut mata Bang Amar. Meski air mataku lebih deras mengalir membasahi pipi.

Aku tergugu cukup lama di samping telinga Bang Amar. Bibirku kelu untuk melanjutkan kata sebagai penyemangat, karena aku pun tak jauh berbeda dengan keadaannya. Sama-sama terluka karena penolakan.

"Bangun, Bang! Aku tak ingin melihatmu seperti ini. Aku juga tak ingin semua terluka lebih dalam lagi. Cukup dengan keadaanmu sekarang membuat bumiku terasa luruh."

"Tahukah, Abang, jika Allah sama sekali tidak menyukai orang-orang yang berputus asa? Aku yakin Abang tahu itu. Tapi mengapa Abang melakukannya? Zana ingin Abang memperjuangkan Zana dengan gigih, bukan dengan cara begini."

Kugenggam tangannya yang masih tertempel selang infus di sana. Menangkupkannya di pipiku.

"Bangunlah, Bang. Mari kita berjuang merajut mimpi kita menjadi nyata. Aku yakin, saat ini kau mendengar suaraku. Maka bangunlah! Aku menunggumu, akan selalu menunggumu."

Aku tersentak ketika melihat mata itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status