Share

Part 84. Berharap Akan Kembali

Om Salim, Tante Melia, Karin, bersama seorang perempuan yang kutebak teman karin, tampak menunggu di lorong rumah sakit depan ICU. Om Salim duduk dengan tangan menutupi wajahnya, lelakinitu terlihat frustasi. Tante Melia terlihat masih saja menangis, hingga wajahnya sedikit membengkak. Karin menampakkan wajah tak jauh berbeda dengan sang mama. Sedangkan perempuan itu duduk terpaku sambil merengkuh bahu karin.

Tante Melia menghambur ke arahku saat jarak kami semakin dekat. Perempuan cantik paruh baya itu menangis tersedu-sedu sambil memelukku.

"Maafkan Tante, Na! Maafkan Tante! Tante mohon, jangan kau membenci tante! Apalagi sampai membenci Abang," ucap Tante Melia di sela isak tangisnya.

Farah melepas genggamanku. Aku terpaku ditempat dengan tatapan lurus ke depan, menatap pintu berukuran tinggi besar di hadapanku. Air mata semakin deras mengalir tanpa suara. Tenggorokanku serasa tercekat, tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

Tante Melia merenggangkan pelukannya. Matanya menat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status