Share

Part 92. Pembagian Harta

"Kenapa gak telpon Zana, Bu?"

"Gak kepikiran."

Aku merubah posisi menjadi duduk tegak. Tanganku meraih uluran map dari Ibu. Membukanya perlahan.

"Bukannya surat cerai kamu udah ke luar ya, Na?" tanya Ibu. Mungkin beliau mengira map yang tengah berada di tanganku sekarang berisi surat cerai.

"Udah, Bu. Akta cerai Zana udah lama ke luar," jelasku.

"Lalu, itu apa isinya?"

"Surat tanah, Bu. Emang tadi belum dibuka?" Aku balik bertanya. Ibu hanya menggeleng.

"Kak Naima juga gak cerita?" tanyaku lagi. Ibu kembali menggeleng.

"Naima cuma bilang, kalau punya waktu senggang sering-sering mampir ke rumahnya ataupun rumah Farida. Anggap mereka seperti dulu, jangan karena kau sudah berpisah dengan Haikal lantas mereka dilupakan. Menurut Ibu itu bagus. Jangan putus silaturrahmi dengan mereka." Tambah Ibu.

"Iya, Bu. Nanti kalau kuliah agak senggang, Zana juga pengen ke rumah Kak Naima sama Kak Farida."

Tak kusangka, dua mantan kakak iparku itu seperhatian ini padaku. Aku benar-benar merasa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status